NovelToon NovelToon
Sang Manager : Cinta Orang Kantoran Part 3

Sang Manager : Cinta Orang Kantoran Part 3

Status: sedang berlangsung
Genre:Bullying di Tempat Kerja / Office Romance
Popularitas:167k
Nilai: 4.9
Nama Author: Septira Wihartanti

Mencari-cari kesalahan karyawan dengan tujuan dipecat adalah pekerjaan Regi Einar. Ia menerima daftar Karyawan Bermasalah di Garnet Bank, dan tugasnya adalah mencari alasan masuk akal yang bisa dijadikan senjata untuk mengeluarkan 'penyakit' di perusahaan. Pekerjaan itu tidak mudah. Bahkan beberapa karyawan seakan tidak berdosa dan sudah mengabdi lama di sana.

Regi bisa menyelesaikan setengah dari daftar bermasalah, namun ia tiba-tiba tersendat akan sesuatu yang datang pertama kalinya dalam hidupnya.

Kenapa Ratu Arumi harus begitu cantik di matanya?! Dan kenapa ia harus jatuh cinta saat sedang di tengah proyek penting?! Selama 28 tahun ia single, kenapa harus sekarang?!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Septira Wihartanti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Rencana Rahwana

Baru kali ini selama hidupnya Regi menyetir seperti dikejar setan. Ia tidak ingat lagi apa saja yangs sudah ia lalui di jalan. Apakah ia berhenti di lampu lalu lintas atau memang lampu lalinnya hijau semua, apakah ia memelankan laju mobilnya di perlintasan kereta api atau ia tetap ngebut, Regi tak ingat.

Yang ia ingat adalah saat ia sampai di pintu besi tinggi berwarna hitam, turun untuk membuka pagar itu, masuk lagi ke mobil, masuk ke halaman rumahnya, bahkan ia berhenti di depan garasinya, tidak masuk ke dalam garasi, ia parkir asal saja yang penting mesin ini sudah ada di dalam pagar.  Dan terakhir ia berjalan memutar untuk membuka pintu mobil Ratu. Ratu langsung mengalungkan kedua tangannya ke leher Regi.

Mereka berjalan masuk ke dalam rumah sambil berciuman. Sesekali Regi melepas bibir Ratu untuk menekan smartlocknya, dengan Ratu yang menyesap sepanjang leher Regi.

“Kamu belum gembok pagarnya.” Bisik Ratu.

“Ergh... astagaaaa...’ keluh Regi sambil dengan malas, setengah berlari ke arah pagar dan menggemboknya.

Ketika Regi akhirnya berhasil membuka pintu rumahnya, tentu saja tidak ada waktu untuk mencari saklar lampu segala, pria itu sedikit mendorong Ratu, membanting pintu di belakangnya, dan mengimpit tubuh mungil wanita itu ke dinding terdekat. Regi membungkuk, mengisap leher Ratu secara naluriah, dan menyelipkan tangannya ke balik rok gaun Ratu untuk merasakan pahanya yang mulus.

“Kalau aku terlalu cepat, kamu bilang ya,” desis Regi.

“Kamu terlalu... ah... lambat.” De sah Ratu.

Tangan Ratu gemetar ketika terangkat untuk membelai rambut Regi. Regi menyusuri dagu sampai mulut Ratu dengan ciuman, mengisap dan menjilat, merasakan setiap milimeter  bibirnya yang lembut dan lidahnya yang manis dan penuh gairah. Regi bagaikan seperti tidak terkendali.

Ia melakukan semua yang tertahan selama ini ke diri Ratu. Menjauh sedikit sambil tetap menelusuri tubuh wanita itu hanya untuk membuka dasi dan kemejanya, dan melepasnya untuk teronggok di lantai. Ratu menggunakan jeda waktu yang sedikit itu untuk meloloskan gaunnya one piece-nya ke lantai.

Regi merengkuh kembali tubuh Ratu dan dengan jentikan jari, br a Ratu terlepas. Sepertinya itu memang bakat terpendam Regi.

Dada Ratu menekan tubuh Regi, dan tangan Regi langsung bagai merdeka bergerilya. Membelai, mere mas, memainkan puncaknya dengan ibu jarinya, lalu mendorong tubuh mungil wanita itu ke sofa terdekat.

Di terangnya cahaya dari arah lampu taman, dalam kondisi ruangan luas itu tanpa lampu yang menyala, namun Regi masih sangat jelas melihat sosok di bawahnya ini.

“Astaga cantik...” desis pria itu pelan sambil mengelus pipi Ratu. “Kamu sangat cantik...”

Ratu menangkap tangan Regi, lalu mengecup telapak pria itu, menyesap sedikit jari Regi lalu tersenyum menggoda.

“Sini, sayang... peluk aku lagi...” desis Wanita itu.

Regi menangkup dada Ratu, mengangkat tubuh lembut itu dan menunduk untuk mengisap puncaknya. Ratu merintih dengan tangannya meremas rambut Regi. Pria itu tersenyum merasakan kondisi Ratu, dan seketika pikiran jahil terlintas di benaknya.

“Kayaknya bisa dimulai kalau kamu yang lepas celanaku,” tawarnya.

Herannya, Ratu tidak menimpali ucapan Regi seperti biasanya. Tapi ia melepaskan ikat pinggang Regi, lalu membuka kancing celananya. Regi semakin terobsesi dengan tubuh setengah t elan jang di bawah cahaya redup lampu taman yang menembus jendela dari luar. Leher, dada, liku pinggang, lekuk pinggul, dan kakinya yang tampak ringkih dan lembut.

Moment saat Ratu menurunkan celana Regi, lalu akhirnya menyelipkan jemarinya ke pinggiran bo xer Regi, adalah hal yang paling diingat pria itu. Perlakuan tak se no noh, namun sangat memikat.

Regi meremas pinggiran sofa dan menggigit bibirnya saat bibir mungil Ratu terbuka, lalu lidahnya keluar dan menjilat tubuh sensitif Regi.

Regi mengernyit.

Kenapa rasanya bisa langsung menghujam otaknya seperti ini.

“Sayang...” Ratu menengadah sambil menatap Regi, “Ini pertama kalinya aku melakukan hal ini, kalau tidak enak atau sakit kena gigi, bilang ya...”

“Justru aku yang harusnya tanya, kamu sanggup? Punyaku kotor loh.”

“Kotor apanya...?” desis Ratu menyeringai sambil mengeluarkan lidahnya kembali, kali ini ia bisa memasukan setengah tubuh Regi ke dalam mulutnya.

“Argh.... astagaaaa,” geram Regi sambil mengernyit.

Ia mencengkeram tengkuk Ratu, ia dorong kepala wanita itu perlahan. Ratu mengikuti ritme gerakan tangan Regi, dan akhirnya bagian tubuh itu bisa masuk lebih dari setengahnya.

Regi bagai di awang-awang.

Pria itu memejamkan matanya, menikmati belaian fantastis wanita itu.

Tapi saat ia membuka matanya kembali, rasanya ia tidak tega saat melihat Ratu yang tampak bersusah payah.

Jadi,

Regi mendorong kepala Ratu menjauh lalu membaringkan wanita itu dan meloloskan kain terakhir wanita itu.

Merekah bagai mawar dengan embun pagi, itu yang ada di benak Regi saat ia melihat tubuh Ratu yang basah.

Dengan jemarinya ia membelai pinggirnya, sementara tangan yang satunya membelai paha wanita itu.

“mmmh...” de sah Ratu sambil menaikkan pinggulnya.

Insting saja, Regi menggesekkan ujung tubuhnya ke bagian mencuat  mawar itu.

De sahan Ratu semakin kencang  berubah menjadi erangan. Salah satu kakinya semakin terangkat, memperlihatkan semakin banyak tampilan tubuhnya.

Regi tidak tahan melihat wanita-nya berpenampilan seperti itu, tampak liar sekaligus rapuh.

Ia rengkuh tubuh Ratu, ia lu mat bibirnya, dan sambil mencium Ratu, ia satukan tubuh mereka.

Ratu mengeluh dan mengerang lagi, kuku jarinya menghujam lengan Regi. Sementara Regi fokus untuk menyatu semakin dalam.

Ada bagian yang mengganjal dari dalam, terasa tidak pas. Jadi ia keluarkan sedikit tubuhnya, lalu ia masukkan kembali dengan perlahan.

Ada sedikit keluhan ‘ugh’ dari bibir Ratu, tapi tubuh wanita itu terasa lebih relaks. Tidak terlalu tegang seperti tadi.

“Ini bukan mimpi kan?” gumam Ratu pelan.

“emh...” gumam Regi sambil mengatur nafasnya. “Kalau sakit bilang ya... “

“Sakit.”

“Terlambat...” dan Regi pun mendorong tubuh Ratu dengan sedikit cepat.

Ia mendorong berkali-kali, menjauh berkali-kali. Ratu mendesah tak terkendali.

Mereka tidak bisa memikirkan apa pun, kini hanya ada urusan saling bersatu saja.

**

Rahwana Bataragunadi melempar-lempar permata besar berwarna merah dengan pandangan kosong. Ia sedang duduk di salah satu kursi di ruangan kerja ayahnya. Di depannya ada ayahnya, Sebastian Bataragunadi, dan Omnya, Dimas Tanurahardja.

“Jadi, selama ini kamu tidak bergerak karena meraasa di dalam sana ada pabrik gan ja?” tanya Sebastian ke Dimas.

“Ya, Mas.” Kata Dimas. “Sudah pernah kulaporkan ke GSA. Tapi Iwan bilang dia akan menyelidikinya dulu.”

“3 tahun penyelidikan... kamu dapat apa Nak?”  tanya Pak Sebastian seakan menyindir Rahwana.

“Dapat dugaan.” Jawab Rahwana agak malas menanggapi.

“Tidak biasanya kamu malas-malasan.”

“Aku menunggu waktunya mepet sampai saat terakhirku menjabat di Garnet Property.”

“Alasan saja. Katakan saja sejujurnya.”

Rahwana pun menyeringai.

“Kalau kutangkap saat pabriknya masih kecil... kita hanya dapat pemberitaan ecek-ecek, ayah... Aku perlu tahu mereka memasok untuk siapa. Dan kalau pabrik mereka semakin besar, jadi pembelinya bukan orang biasa. Keuntungan bagi GSA dapat prestasi kalau bisa menangkap gembong besar dong Ayah...”

“Sudah kita duga.” Gumam Pak Sebastian dan Pak Dimas berbarengan.

“Dan... aku berencana untuk membuat harum nama Mas Regi sedikit sih.” Kata Rahwana. “Kan lumayan kalau dia terlibat di sini dan berhasil, dia akan laku bekerja di mana saja dia mau, di belahan mana pun dunia ini.”

“Kenapa sih kamu begitu perhatian ke si judes itu?” tanya Pak Dimas.

“Yoga masih labil, Om. Akui saja. Om Rumi sibuk sama kehidupan pribadinya dan tidak menanggapi serius pekerjaan kita, sementara Om Dimas sudah keteteran. Kita perlu pengganti seseorang yang bertangan besi sebelum...” Rahwana tidak melanjutkan kalimatnya.

“Sebelum...?”

“Hehe.”

“Apa sih kok malah ‘hehe?!” seru Pak Dimas tak sabar.

“Sebelum Beaufort ambil lagi si Regi dan Jarvas meminang Regi. Jelas nggak sih kamu Dimas? Regi itu Aset buat Garnet!” sembur Pak Sebastian sambil menoyor dahi Pak Dimas. “Gitu aja nggak ‘ngeh!”

“Halah!!” dengus Pak Dimas kesal.

“Kita perlu membuat Mas Regi merasa berhutang budi ke Garnet, biar dia loyal ke kita. Aku suka sih sama dia... Walau pun di’ganggu’ sama Ratu, dia tetap fokus.”

“Kamu biarkan perjaka jatuh cinta, bukannya malah jadi bucin?”

“Iya, tadinya aku takut kalau Ratu tidak di pihak kita. Tapi...” Rahwana meletakkan permata itu ke atas meja dan menggerakkan kuda ke arah Raja di atas papan catur. “Ratu tidak bisa ke mana-mana karena hanya padaku dia bisa hidup tenang.”

“Siapa lagi pion lawan?”

“Ini, orang ini... Eri Prasetyo. Dia pionku untuk mengendalikan Ratu.”

“Dia salah satu tersangka.”

“Dan berhubungan dengan ibu Ratu. Ini akan jadi lingkaran setan yang menarik... hehehehe.” Rahwana menyeringai sambil duduk bersandar.

“Mas Yan... Si Iwan salah makan apa?” bisik Pak Dimas ke Pak Sebastian.

“Kayaknya kesurupan genderuwo kali ini.”

“Di ruqyah nggak?”

“Nggak usah, nanti diruqyah dia malah lupa plot ceritanya, gimana?”

“Tega kamu Mas...”

1
mbok e Gemoy
kalau aku pribadi sebisa mungkin bisnis tidak dengan saudara,rentan jadi masalah
mbok e Gemoy
mungki di watak lebih mirip emaknya ya
Atala Putri
itu pengen tau gimana interaksi Rahwana sama istrinya ......kasih sedikit madam
Ummi Yatusholiha
hadeeuuuhhh mereka yang buka segel aku yang gak bisa napas,awas bakal ketagihan dan jadi lupa tugas ya kaliaaaannnn 😊😊
thanks ya thor 🙏🏻🥰🥰
Ummi Yatusholiha
gusti ratu kayaknya lebih berpengalaman yaaa,babang regi dapat ilmu perlumatan dari ratu
Daisy🇵🇸HilVi
kok lama2 iwan beneran kek sikopet🤦🏻‍♀️
Daisy🇵🇸HilVi
🤣🤣🤣🤣
Daisy🇵🇸HilVi
jeng jeng jeng
Daisy🇵🇸HilVi
waduuuuh bahaya😅
Daisy🇵🇸HilVi
astaga kasihan regi
Daisy🇵🇸HilVi
🤣🤣dedek dedek gemez
favfa
Bener mas Iwan nga usah di ruqiyah 😁
greentea
author kangen sama ibunya mas Iwan n istrinya munculin ya 🙏🙏🙏🙏
🍊 BORNEO𒈒⃟ʟʙᴄ 🅲🆄🅼🅸
obrolan Abang ipar sama adik ipar emang selalu beda bikin ngakak 🤣🤣🤣🤣
🕊️⃝ᥴͨᏼᷛ𝐀⃝🥀𝐀му𒈒⃟ʟʙᴄ🍟
iwan lebih serem dar bapaknya 😳😳
🍊 BORNEO𒈒⃟ʟʙᴄ 🅲🆄🅼🅸
wkkwkw 🤭🤭
gak mau rugi dong pak Yan kan itu semboyan mu dimana ada peluang sekalipun menegangkan jika menguntungkan kenapa tidak
🕊️⃝ᥴͨᏼᷛ𝐀⃝🥀𝐀му𒈒⃟ʟʙᴄ🍟
wkwkwk nih orang berdua yaa, sudah pada berumur tapi masih wae ngga bisa akur /Facepalm//Facepalm/
🍊 BORNEO𒈒⃟ʟʙᴄ 🅲🆄🅼🅸
Sampai Rahwana dan team gsa saja hampir 3 tahun untuk meminta Yanto jadi penasaran seberapa besar kekuatan bakinganya
sora
selalu luar biasa
Ita Putri
novel kak outhor ceritane lakon e jenius" tok ......tp pemenang e Yo jelas outhor e.....heheheee
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!