Pembalasan Putri Yang Terbuang

Diandra tengah bersiap-siap untuk pergi. Namun, sebelum itu ia berpamitan pada Pak Burhan dan menitipkan beliau dibawah pengawasan Bi Lastri.

Sebenarnya ia tak tega meninggalkan Papanya, tetapi apa boleh buat. Jika dia tetap berada disana, dirinya tidak mungkin bisa menjalankan rencana selanjutnya. Iapun akan mencari solusi terbaik untuk kesembuhan Papanya.

Rasa dendam itu semakin membara di dalam dada Diandra. Setiap membaca diary ibunya, hatinya ikut tersayat dan seolah bisa merasakan sakit yang dirasakan ibunya di masa lampau.

Entah mengapa batinnya mengatakan bahwa kematian Nyonya Sheina juga ada hubungannya dengan Livia. Dia harus mencari tahu mengenai kebenaran akan hal itu.

" Pa, Diandra berjanji akan segera kembali kesini. Aku berharap Papa tetap berjuang melawan penyakit Papa, Diandra yakin suatu saat Papa pasti sembuh dan kita bisa berkumpul bersama." ucapnya sembari menggenggam jemari sang ayah.

Tak terasa bulir airmata membasahi kedua pipi Diandra. Saat menatap dalam bola mata Pak Burhan, ia tahu pria itu juga menginginkan hal yang sama seperti dirinya. Raganya mungkin tak mampu bergerak, tetapi hatinya mampu mendengar segala keluh kesah Diandra.

Jonathanpun ikut trenyuh menyaksikan pemandangan ayah dan anak dihadapannya. Dirinya merasa iba pada Diandra. Harusnya bertemu dengan orang tua kandung menjadi akhir bahagia untuknya. Tetapi nyatanya, masa lalu Diandra justru lebih kelam dan penuh dengan misteri.

Keduanyapun berpamitan pada Livia setelahnya. Mereka akan menaiki bus malam sehingga fajar nanti mereka akan telah tiba di kampung halaman.

Livia memeluk gadis tersebut seolah dirinya begitu berat melepas kepergian Asih. Wanita itu seperti ular berkepala dua. Di depan ia kelihatan baik, tetapi dibelakang hatinya lebih keji dari iblis.

Setelah Asih kembali kepadanya, ia akan meminta tanda tangan peralihan kekayaan. Dan jika harta itu sudah berpindah kepadanya, tentu dirinya akan membuang gadis itu bersama suaminya, Burhan.

****

Beberapa saat setelah keluar meninggalkan mansion...

" Nona, kita harus tetap menuju terminal dan menuju kampung. Aku khawatir anak buah Dedy akan mengikuti dan memastikan kemana tujuan kita sebenarnya. " jelas Jonathan sembari mengajak Diandra menaiki sebuah angkot.

Jonathanpun adalah pria yang cerdik, ia berusaha mengikis semua kemungkinan buruk yang bisa saja terjadi.

Iapun telah memerintahkan beberapa anak buah mereka untuk mengawasi dan melindungi mereka selama di perjalanan.

Dugaan Jonathan benar, salah seorang anak buahnya menelpon dan memberitahu jika beberapa anggota Dedy mengikuti mereka dengan menggunakan sebuah Jeep berwarna hitam.

Jonathan langsung menengok ke belakang,

" Nona, seperti dugaanku. Pria itu menyuruh anak buahnya untuk mengikuti kita. "

Diandra ikut menengok sekilas,

" Kau benar. Untung saja kita tidak langsung kembali ke mansionku. Mereka pasti akan memastikan kemana kita pergi. Kita bisa sedikit mengerjai mereka. " Diandra menyeringai licik.

Ia meminta tolong kepada seorang lelaki dan perempuan yang ada didalam bus untuk memberikan jaket mereka kepadanya. Diandra dan Jonathan akan mencoba mengelabui para anak buah Dedy.

Setelah itu keduanyapun turun di pinggir jalan dan meminta anak buahnya untuk menjemput.

Anak buah Dedy benar-benar tidak menyadari hal tersebut. Mereka terus mengikuti bus hingga ke terminal.

Dedy memang sengaja meminta anak buahnya mengikuti Asih dan Pak Parno sampai ke rumahnya.

Ia harus menutup segala kemungkinan buruk jika rencananya dan Livia sampai gagal.

Jika memang Asih perlu dilenyapkan, paling tidak ia harus tahu dimana kemungkinan terbesar gadis itu bersembunyi.

Anak buah Dedy telah sampai diterminal, tetapi betapa terkejut keduanya saat tidak mendapati siapapun didalam bus.

" Hei, bagaimana mungkin mereka bisa hilang begitu saja. Bukankah tadi aku memintamu mengawasi pergerakan mereka?" geram salah satu memarahi yang lainnya.

" Aku sudah mengamati seluruh orang yang turun dari bus, tapi tidak ada dari mereka yang mirip dengan keduanya! " sanggah yang lain tak terima.

" Bodoh! Apa kau pikir mereka itu jin yang bisa menghilang begitu saja?! Bagaimana ini, pasti bos akan marah dan memberi hukuman pada kita. "

Salah satu dari mereka lalu memberikan sebuah ide.

" Ya sudah. Kita bilang saja sudah menemukan kampung mereka. Bos juga sudah memberikan alamat wanita itu dikampungnya. Lagipula hanya seorang gadis kampung dan Pak tua, melenyapkan mereka bahkan lebih mudah daripada menangkap lalat. " ucap lainnya meremehkan. Lelaki itu adalah anggota paling oon diantara mereka.

Ia bergidik ketakutan saat semua temannya menatap tajam kearahnya. Lalu mereka menjawab kompak..

" Boleh juga idemu. Tumben otakmu pintar hari ini. Wkwkwk"..

Bersambung...

Ikuti terus kisahnya ya. Jangan lupa tinggalkan jejak like koment rate n vote seikhlasnya untuk karya terbaruku. Makasih semuanya😍