NovelToon NovelToon
Ramadan In Love

Ramadan In Love

Status: sedang berlangsung
Genre:Diam-Diam Cinta / Cinta pada Pandangan Pertama / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:17.5k
Nilai: 5
Nama Author: Astéria Omorfina

Putus dari Karina tidak membuat Rama larut dalam kesedihan. Justru dengan putusnya dia dengan Karina merupakan hal yang baik, karena Karina ternyata pintar bermain di belakang Rama.
Kehadiran seorang gadis bersahaja dalam hidup Rama, telah membuat semangatnya yang meredup, bersinar kembali. Tetapi ada saja pihak-pihak yang ingin memisahkan Rama dengannya. Bagaimana perjalanan kisah mereka?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Astéria Omorfina, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 22 Siapakah Aisyah?

Pria itu memang belum terlalu tua. Umurnya diperkirakan sekitar setengah abad. Tubuhnya yang kurus dan setengah layu membuatnya sedikit kelihatan lebih tua dari umur sesungguhnya. Kedua mata cekungnya telah basah oleh air mata yang beberapa hari ini ditahannya agar tidak tumpah. Dia tidak ingin menumpahkannya saat ada beberapa orang sedang menikmati kebahagiaan mereka.

Cerita Pak Madi dan Bi Atun beberapa hari sebelum pernikahan Aisyah, membuka kembali kilasan masa lalunya. Dua puluh empat tahun yang lalu. Di mana dia sangat menginginkan lahirnya seorang anak laki-laki yang diharapkan menjadi kebanggaannya. Ternyata, tidak! Bukan anak laki-laki yang lahir dari istrinya, melainkan seorang anak perempuan. Dia kecewa, menyesal, dan kemudian meninggalkan istri dan bayi yang baru berusia beberapa hari itu.

*Dua puluh empat tahun lalu *

“Mas, ini juga rejeki dari Allah, laki-laki dan perempuan sama saja, tiada bedanya.” Istrinya melayangkan protes karena telah melahirkan anak perempuan, bukan anak laki-laki impian suaminya.

“Halah! Ya beda to! Pokoke aku nggak mau mengakui bayi itu anakku, karena dia bukan laki-laki. Kamu ngerti?” ucapnya kasar dan menusuk perasaan.

“Astaghfirullaahal adziim. Jangan berkata begitu, Mas!

Kamu tidak percaya dengan takdir? Segala sesuatu sudah Allah tentukan!”

“Ah, sudahlah! Kamu nggak usah ceramah di depanku. Percuma! Toh apa hasilnya? Nggak ada kan?”ejeknya.

“Ingat, Mas. Tiap anak itu sudah bawa rejeki mereka masing-masing. Begitu juga dengan dia. Kita takkan tahu ke depannya.” Istrinya terus melakukan pembelaan diri. Tidak terima jika bayi perempuan yang telah dilahirkannya dianggap remeh.

“Justru itu yang harus kamu tahu. Anak laki-laki lebih kuat, lebih bisa diandalkan, dan juga jadi kebanggaan. Perempuan, bisa apa? Paling cuma jadi ibu rumah tangga,” kata-katanya beberapa tahun lalu sangat menohok perasaan istrinya. Bagaimanapun keadaannya, dia sangat bahagia karena memiliki bayi cantik yang sehat dan tidak merepotkannya.

“Perempuan juga sama, Mas. Banyak perempuan yang sudah jadi orang penting di negara ini.” Dia membela diri, tidak ingin anaknya diremehkan.

“Ah, sudah!Sudah!Males aku dengar ceramahmu!” katanya. Dia keluar dari kamar dan keluar rumah entah ke mana.

Sejak saat itu, dia pergi dan tidak kembali lagi. Dia kembali lagi saat istrinya tiada, kemudian mengambil beberapa berkas-berkas penting. Dia tidak mempedulikan lagi bayi yang masih butuh kasih sayang itu. Justru menyuruh saudaranya untuk menitipkannya di panti asuhan terdekat. Selain itu juga karena faktor ekonomi yang serba kekurangan.

Itulah kenangan yang sempat muncul beberapa tahun kebelakang. Dia hanya ingin memastikan jika Aisyah adalah anak kandungnya yang dulu sempat tidak diakuinya karena malu. Anak yang tidak diinginkannya. Tetapi kini dia melihat Aisyah tumbuh menjadi gadis cantik cerdas yang telah dimiliki oleh seorang pria yang telah sah menjadi suaminya.

Isak tangisnya terdengar lirih. Seharusnya kemarin saat ijab qabul, dialah yang menikahkan anaknya, bukan wali hakim. Hatinya terasa sakit dan perih. Harga dirinya sudah tidak ada lagi. Dia menyesal mengapa dulu meninggalkan bayi itu yang sekarang justru tidak mengenalnya.

Suatu saat, takdir akan berbicara tentang siapa aku dan Aisyah sebenarnya. Biarlah kini tetap akan jadi misteri, hingga nanti terkuak lagi. Aisyah tengah berbahagia dengan suaminya. Aku tidak ingin mengganggunya.

Dia kembali termenung. Mengingat kilasan masa lalunya yang membuatnya kini harus membayar mahal sesuai apa yang telah diperbuatnya dulu.

Ya, itulah karma. Karya manusia, atau perbuatan manusia yang akan kembali pada manusia itu sendiri.

*Tujuh tahun lalu …

“Pokoknya aku nggak mau tahu. Mas harus jual rumah ini!”

“Nggak! Aku nggak mau. Ini hasil kerja kerasku selama ini. Hasil jerih payahku yang aku dapatkan penuh perjuangan.”

“Itu juga dengan perjuanganku, Mas. Tidak kamu saja! Lihat itu, anak laki-laki yang kamu banggakan dia menghamili anak orang. Apakah pantas seperti itu? Mengaku orang berpendidikan dan berada tapi krisis moral. Kamu sebagai ayahnya juga tidak bisa mendidiknya dengan baik!” ucap istrinya sengit.

“Kamu juga! Tidak tahu artinya jadi ibu. Kerjaanmu cuma menghambur-hamburkan uang! Berfoya-foya! Nggak pernah merhatiin anak! Sekarang kamu menyalahkan aku!”

“Iya! Kamu juga hanya mentingin diri sendiri! Egois.”

Pertengkaran demi pertengkaran terjadi pada rumah tangganya. Usahanya hancur. Satu persatu hartanya habis terjual untuk menutupi hutang-hutangnya. Hingga akhirnya kedapatan istrinya selingkuh dengan laki-laki lain dan kabur dengannya. Dia pun menderita sakit. Hartanya yang tersisa digunakannya untuk berobat hingga akhirnya tak punya apa-apa. Dia diusir oleh anak-anaknya. Tidak ada yang mau merawat, justru dia dicampakkan seperti hewan.

Tangis penyesalan pun pecah. Dia ingin sekali kembali memperbaiki diri.

Dari arah pintu panti, Aisyah memperhatikannya. Ada rasa iba luar biasa yang dirasakannya.

“Kasihan sekali Pak Marwan. Dia sudah tidak memiliki siapa-siapa lagi.”

“Sedang lihat apa, sayangku.” Rama muncul dari balik pintu dan memeluknya dari belakang. Aisyah berontak ingin lepas dari pelukannya, tetapi justru Rama kian erat memeluknya.

“Mas, malu ah, dilihat orang,” katanya menepis tangan kokoh Rama.

“Berarti kalau cuma berdua nggak malu, kan? Berdua yang hanya berdua.”

“Ah, kamu ini. Tuh banyak anak-anak yang ngeliatin kita. Jangan kasih tontonan kayak gini, nggak baik.”

“Biarin aja. Salahnya sendiri kenapa menoleh,” timpal Rama cuek.

“Bentar, Mas. Aku mau lihat Pak Marwan dulu.” Aisyah melepaskan tangan Rama dan berjalan ke arah Pak Marwan.

“Assalaamualaikum, Pak Marwan,” sapa Aisyah lembut padanya. Pak Marwan seketika menoleh ke arah suara itu. Dilihatnya wajah cantik nan teduh milik Aisyah yang menyejukkan. Dua matanya yang jernih adalah pancaran ketulusan yang selama ini membingkai hatinya. Aisyah begitu mulia di matanya.

“Waalaikumsalam, Nak Ais,” dia menjawab dengan suara lirih.

“Kelihatannya Bapak sedang kurang sehat, ya?”

“Eh, nggak kok, Nak Ais. Nggak ada apa-apa.” Pak Marwan memalingkan mukanya. Dia merasa malu dan bersalah.

“Bener, Pak? Saya lihat wajah Bapak pucat. Bapak sakit?” lanjut Aisyah. Dia melambaikan tangan ke arah Rama.

“Mas, sini bentar.”

“Iya, sayang.” Rama berjalan ke arah Aisyah.

“Mas lihat wajah Pak Marwan pucat, kan?”katanya berbisik di dekat Rama. Rama memperhatikan wajah pria tua itu dengan saksama.

“Iya. Kayaknya sakit dia,” jawab Rama. Dia berpendapat sama jdengan istrinya. “Baiknya kita bawa dia berobat, yuk!”

Aisyah mengangguk. Dia membujuk Pak Marwsn agar mau diajak ke dokter. Awalnya dia menolak ajakan Aisyah dan Rama. Tetapi lama-lama dia mau. Hatinya begitu tersentuh melihat kebaikan budi anaknya yang sempat tidak diakuinya itu.

Ayah macam apa aku ini! Sedangkan kini anakku sendiri yang merawatku, meski dia belum tahu jika ayah kandungnya adalah seorang pengecut dan pecundang. Jika dia tahu siapa sejatiku kelak, apakah dia kan tetap menyayangiku? Takkan mencampakkanku?

1
Amin Srgfoo
jadi bibit pembinor si wildan
Irene Puspitasari
sangat menarik
Tuti Marlini
Aisyah SM Rama sweet trs ya ga prnh ad konflik2 kecil padahal itu bumbu2 rumah tangga loh
Astéria Omorfina: ada nanti kak. ini belum tak munculin aja.
total 1 replies
Tuti Marlini
makanya Fitri jangan cepat putus asa dr Rahmat Allah,skrng kamu sudah membuktikan sendiri kn bahwa kebahagiaan dan pertolongan Allah SWT itu datang d waktu yg tepat
Tuti Marlini: sama2 kak othor, terus berkarya ya kak aq suka cerita nya
Astéria Omorfina: Terima kasih Kak🙏🏻
total 2 replies
Iqlima Al Jazira
Masya Allah
Iqlima Al Jazira
Masya Allah..
sweet nya kebangetan thor🥰
Rama Daini Daini
Aisyah cerdas amat siih
Iqlima Al Jazira
sweet bgt sich😊
next thor
Astéria Omorfina: 🫡🫡🫡🫡siap kak
total 1 replies
Amin Srgfoo
bagus ceritanya
Astéria Omorfina: Terima kasih, Kak🥰🙏🏻
total 1 replies
Nor Aini
mungkin kh bapaknya aisyah
sri rahayu rahayu
Luar biasa
Astéria Omorfina: terima kasih, Kak. 🙏🏻
total 1 replies
☘☘☘yudingtis2me🍂🍋
Jleb banget plot twist-nya!
Katherine Caman
Bisa baca cerita berkualitas tanpa perlu keluar rumah, siapa sangka? 🙌
Astéria Omorfina: Terima kasih Kak🙏🏻
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!