NovelToon NovelToon
Rahim Sengketa

Rahim Sengketa

Status: tamat
Genre:Tamat / Ibu Pengganti / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:6.3M
Nilai: 4.9
Nama Author: Asri Faris

Seorang laki-laki muncul di hadapan Ajeng. Tidak amat tampan tetapi teramat mapan. Mengulurkan keinginan yang cukup mencengangkan, tepat di saat Ajeng berada di titik keputus-asaan.

"Mengandung anaknya? Tanpa menikah? Ini gila namanya!" Ayu Rahajeng

"Kamu hanya perlu mengandung anakku, melalui inseminasi, tidak harus berhubungan badan denganku. Tetap terjaga kesucianmu. Nanti lahirannya melalui caesar." Abimanyu Prayogo

Lantas bagaimana nasab anaknya kelak?

Haruskah Ajeng terima?

Gamang, berada dalam dilema, apa ini pertolongan Allah, atau justru ujian-Nya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Asri Faris, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 11

Deringan telepon di ruang tengah tak terdengar empunya yang kini tengah terlelap damai di persinggahan hangatnya. Ya Abi tertidur bahkan lupa di mana sekarang mendapatkan kehangatan malamnya. Pria itu terlelap begitu saja dengan damai. Hingga pagi menyapa, suara lengkingan seorang wanita cukup mengusik ketenangannya.

Ajeng yang baru terjaga, menemukan seorang pria di dekatnya langsung kaget. Perempuan itu menjerit begitu saja.

"Kamu! Ngapain di sini?" tanya perempuan itu shock.

Abi yang baru saja terbangun dari tidur yang begitu nyaman itu bingung sendiri. Ia terdiam seraya menatap istrinya tak mengerti.

"Aww ... sshh ....!" desis Ajeng merasa sakit perutnya. Mungkin efek kaget, membuat perempuan itu kram.

"Ajeng, kamu kenapa? Perut kamu kenapa?" tanya Abi cemas.

Perempuan itu mendesis tertahan seraya memeluk perutnya yang membuat Abi menatap khawatir.

"Kita ke dokter sekarang ya?" ujar pria itu mendekati istrinya. Refleks Abi ikut mengusap perutnya, membuat perasaan aneh itu begitu saja di hati pria itu. Ia serasa begitu dekat dengan calon anaknya.

Ajeng berusaha tenang, mengambil napas secara teratur dengan mata terpejam. Ajaib, tanpa sadar usapan tangan pria itu membuat sakit itu memudar hingga membuat Ajeng rileks kembali. Namun, saat ia tersadar segera menepis tangan Abi hingga membuat pria itu tersinggung. Lalu menatapnya tajam.

"Masih sakit?" tanya Abi berusaha menutupi kekhawatiran sekaligus rasa berdenyut hati atas respon Ajeng yang jelas tidak menginginkannya.

Perempuan itu tak menyahut, turun dari ranjang lalu menuju kamar mandi. Sementara Abi, baru merasakan sesuatu yang berbeda. Tubuhnya terasa begitu prima, tapi apa kira-kira? Pria itu masih terus berpikir seraya mengingat dengan jelas kenapa ia bisa seceroboh itu berada di ranjang Ajeng.

Sementara Ajeng, usai dari kamar langsung berlalu keluar, mengabaikan Abi yang masih terdiam duduk di pinggir ranjang. Pria itu memakai kamar mandi sejenak, sebelum akhirnya menyusul Ajeng yang nampak sibuk menyeduh susu di dapur.

"Maaf, sudah membuatmu kaget, apa sebaiknya kita ke dokter saja, aku takut bayi itu kenapa-napa."

"Pergilah, aku sudah lebih baik," usir Ajeng dingin. Hatinya masih sedikit kacau akibat insiden pagi ini.

Entah mengapa Abi tak ingin beranjak, ia malah berjalan ke konter dapur lalu membuat kopi untuk dirinya sendiri.

"Sebentar lagi aku harus ke kantor, aku butuh mandi dan sarapan pagi. Mungkin akan aku lakukan di sini karena tidak memungkinkan untuk aku pulang," ujar pria itu sembari menuang air panas ke dalam gelas.

Ajeng tidak merespon, memilih menjauh untuk menghindari percakapan dalam bentuk apa pun. Begitu pun dengan Abi, yang nampak santai seraya berjalan ke kamar kembali. Meneliti lemari di sisi kanan, masih tersedia beberapa pakaian miliknya yang tertinggal di apartemen.

Saat Abi keluar kamar dengan style kantornya, menemukan setangkep roti tawar selai tersaji di dekat kopinya, membuat pria itu tersenyum. Duduk dengan manis menikmati sarapan itu dengan perasaan yang bahkan ia sendiri kurang paham.

Pria itu mencari-cari perempuan yang mengandung anaknya. Ajeng tengah merawat bunga-bunga anggreknya di belakang.

"Jeng, aku berangkat dulu ya, kalau ada apa-apa, jangan sungkan menghubungiku," pamit pria itu berseru.

"Hmm," sahut Ajeng tanpa menoleh. Sibuk menyemprotkan vitamin pagi pada anggrek-anggreknya.

Usai menghabiskan roti buatan Ajeng dan secangkir kopi, Abi beranjak seraya menyambar ponselnya. Banyak sekali panggilan dari Vivi dan pesan yang masuk, namun pria itu tak berniat membuka pesan itu satu pun. Melewatinya begitu saja, lalu memasukkan benda pilih itu ke saku celananya.

Sampai kantor, Anto yang baru saja tiba merasa kaget. Lantaran bosnya yang biasanya berangkat siang benderang lantaran sering mengeluh sakit, pagi ini sudah stay di kantor dengan raut muka segar bugar.

"Pak Abi sudah sembuh?" tanya Anto sedikit kaget.

"Emangnya kapan aku sakit?"

"Hmm, bukan, maksud saya biasanya Pak Abi selalu mengabarkan dengan keluhan mual, muntah, tapi sekarang terlihat sehat segar bugar, syukurlah," ucap Anto yang membuat pria itu menemukan jawabannya yang sedari tadi membuatnya bingung.

Abi baru ngeh, pagi ini tanpa drama mual dan muntah. Mungkinkah penderitaannya sudah berakhir? Pria itu pun tersenyum senang, tidak harus bertemu dengan morning sickness yang cukup menyiksa dirinya.

Pria itu pun mengerjakan pekerjaan hari ini dengan suasana yang cukup tenang dan serasa bahagia.

"Pak, di luar ada Ibu Vivi meminta masuk!" lapor Anto menghadap Abi yang nampak sibuk di mejanya.

"Suruh masuk aja nggak pa-pa," jawab Abi tenang.

Vivi yang tidak mendapatkan akses kebebasan masuk ke kantor suaminya pun mengamuk dan langsung masuk menuju ruangan suaminya.

"Mas, kamu ke mana aja semalam? Kenapa tidak pulang?" semprot Vivi begitu menghadap suaminya.

"Kalau datang hanya untuk marah, sebaiknya kamu pulang, nanti aku jelaskan di rumah. Ini kantor, tempat kerja bukan tempat pengaduan masalah perasaan," jawab Abi santai. Menatap hangat istrinya yang nampak emosi.

"Kamu itu ngomong apa sih Mas, aku tuh lagi kesel, kenapa malah nyuruh aku pulang," geram perempuan itu tak mencapai kepuasan.

Nalurinya mengatakan ada gelagat yang aneh dengan suaminya, membuat perempuan itu mengalah jika Abi sudah sedingin itu. Vivi pun mempunyai ide lain untuk melampiaskan kekesalannya.

Sementara Ajeng merasa lega begitu Abi meninggalkan rumahnya. Namun, saat sore menyapa mendadak mood perempuan itu kacau, saat ketiban tamu tak diundang dan sengaja datang hanya untuk marah-marah padanya.

1
Lastri Naila
Luar biasa
Ryan Jacob
semangat Thor
Katherina Ajawaila
thour plases biar Ajeng mau Terima Abi sebagai suami nya
Katherina Ajawaila
semoga hati Ajeng luluh ya thour
Katherina Ajawaila
ceraiin aja istri ngk punya Aklah
Katherina Ajawaila
perempuan bar 2 liar ngk jelas
Katherina Ajawaila
laporin Vivi biar msk prodeo kan sering balap liar tuh perempuan
Katherina Ajawaila
semoga aja ada jln terbaik buat Ajeng
Katherina Ajawaila
kabur dr Abi Ajeng HP jgn di aktifin 🥰
Katherina Ajawaila
Abi gimana kalau Ajeng tau yg nabrak ade nya kamu, 😎
Katherina Ajawaila
mantul, ketemu ibu sebenarnya bukan Vivi si liar 😎
Mizchaza
🤣🤣🤣kasihan bangett kamu Vivi🤭🤭
Katherina Ajawaila
kapok ketahuan lo perempuan liar segala galanya🤑
Katherina Ajawaila
abi harus tegas k Vivi kalau mau anakmu aman, Vivi bukan tipe seorg ibu. yg baik
Katherina Ajawaila
bego Abi Vivi itu yg di curigain. org perempuan ngk mutu aja 🤑
Katherina Ajawaila
itu setigala berbulu. domba biar abi. rasa aja. 🤑
Katherina Ajawaila
abi terlalu posesif sedangkan kan Vivi jadi genderuo
Katherina Ajawaila
jgn mau serumah dgn. perempuan gabuh nanti malah pendarahan🤑
Katherina Ajawaila
kapok Vivi, Abi merasa di saingan Denis. seneng liat gaya ajeng😊
Katherina Ajawaila
kasihan Denis 🥲
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!