Terjerat Cinta Daddy Mafia

Benigno mencium bibir Ana. Dia sudah tak merasa canggung lagi. Ana pun membalasnya.

"Apa kamu menyukainya?" tanya sang daddy.

Dengan polosnya, dia menceritakan semua yang dia rasakan. Benigno begitu senang mendengar penuturan jujur anaknya.

"Apa kamu tak malu melakukannya dengan pria yang usianya sangat jauh darimu? Daddy lebih pantas jadi Daddymu. Kamu lihat, Daddy sudah mulai tua sekarang."

"Daddy masih terlihat muda dari umur Daddy. Tubuh Daddy begitu kekar, dan wajahnya pun begitu mempesona," puji Ana.

"Kamu ini pintar sekali merayu Daddy, membuat Daddy tak bisa berpaling darimu. Setelah sekian lama menahannya, pada hari ini benteng pertahanan Daddy akhirnya runtuh," ucap Benigno

Benigno meminta Ana untuk tidak mengatakan pada siapapun hubungan terlarang mereka, termasuk kepada pelayan mereka di Mansion.

"Perlahan demi perlahan, akhirnya aku bisa menaklukkan hati Daddy," Ana berkata dalam hati. Dia terlihat tersenyum penuh kemenangan.

"Hei, mengapa kamu tersenyum seperti itu? Apa yang sedang kamu pikirkan saat ini?" tanya Benigno sambil memainkan alisnya.

Ana tak menjawab, dia hanya menggelengkan kepalanya. Saat dia hendak beranjak bangkit dari ranjang, Benigno menariknya. Membuat dia jatuh kembali ke pelukan Benigno. Posisi mereka sang intim. Netra mereka saling bertemu.

"Dad, aku ingin buang air kecil!" rengek Ana manja.

"Jangan pernah mencoba berlari dari Daddy, jika Daddy sedang di Mansion," ucap Benigno kepada wanita yang selalu hadir di hidupnya. Setelah perceraiannya dengan Berliana.

Sekarang mereka bisa bersama, karena Benigno sedang tak meninggalkan Mansion untuk profesinya sebagai mafia. Selama ini Ana tak tahu, kalau daddynya seorang mafia. Dia hanya tahu, kalau Benigno melakukan perjalanan mengurus anak cabang perusahaannya.

"Dad, aku lapar," ungkap Ana.

"Baiklah. Sekarang, kamu kembali ke kamarmu, dan mandi. 15 menit lagi, kita bertemu di meja makan! Daddy pun ingin mandi dulu," ucap Benigno dan Ana terlihat menganggukkan kepalanya. Ana senang, karena daddynya tak lagi bersikap dingin padanya.

Ana sudah terlihat cantik, dia menuruni anak tangga menuju meja makan. Sang daddy sudah ada lebih dulu di meja makan.

"Tidak perlu! Biar Daddy mengambil sendiri," ucap Benigno dingin, saat Ana hendak mengambilkan makanan untuknya.

Tak ada sepatah katapun terlontar dari bibir keduanya. Mereka fokus pada makanan mereka masing-masing. Sesekali Ana melirik ke arah sang daddy. Entah mengapa, dia begitu terpesona dengan ketampanan daddy angkatnya.

Dia menganggap, kalau Benigno adalah malaikat penolong di hidupnya. Yang menyelamatkan dia, dari masa kesulitan. Semenjak kedua orang tuanya meninggal, Ana hidup sebatang kara. Sampai akhirnya dia dipertemukan oleh Benigno.

Sampai saat ini Ana belum tahu, siapa pembunuh papinya, dan penyebab maminya mengalami serangan jantung. Berita kematian sang papi begitu menyakitkan. Hidupnya terasa hancur kala itu. Bahkan sang mami begitu shock, saat mengetahui suaminya ditembak mati dengan orang misterius.

Semenjak kejadian itu, hubungan Benigno dengan Ana menjadi menghangat. Benigno tak lagi melarang Ana, tidur di kamarnya. Kini sebaliknya, dia justru merasa senang memeluk wanita bertubuh mungil itu.

Dering ponsel Benigno terdengar memekik telinga, membuat Benigno terbangun dari tidur. Namun, tidak dengan Ana. Dia terlihat masih terlelap, begitu menggemaskan. Seutas senyuman melengkung di sudut bibir Benigno, kala dia melihat wajah Ana. Sebelum dia beranjak turun dari ranjang.

"Alberto?" gumam Benigno.

Wajahnya terlihat bingung, mengapa orang kepercayaannya menghubunginya. Tak ingin berpikir terlalu lama, Benigno akhirnya menerima panggilan telepon darinya.

"Apa? Rencana penyeludupan senjata api malam ini gagal? Breng*sek! Siapa yang berani menggagalkannya?" Benigno tampak marah.

Alberto menjelaskan permasalahan yang terjadi. Benigno tampak mengepalkan tangannya. Hingga akhirnya dia memutuskan untuk menyerang markas pimpinan Ernesto Quito. Sejak dulu, permasalahan dengan Klan pimpinan Ernesto tak pernah usai. Mereka kerap mengusik kenyamanan klan pimpinan Benigno.

Bara api membara di hati Ernesto tak pernah padam. Terlebih saat dia harus kehilangan kaki tangannya yaitu Deandro yaitu papi dari Ana-anak angkat Benigno. Benigno sendiri pun tak tahu, kalau Ana adalah anak dari musuh terbesarnya. Dia yang menembak mati Dean, dan menyebabkan Carina-maminya Ana terkena serangan jantung. Akibat shock suaminya pergi meninggalkan dia untuk selamanya.

Benigno langsung bersiap-siap untuk berangkat, dia terpaksa harus meninggalkan Ana. Ini profesinya sejak dulu, sebelum Ana hadir di hidupnya. Bahkan sejak dia masih berstatus menjadi suami Berliana. Ini salah satu alasan Berli selingkuh. Dia kerap merasa kesepian, karena Benigno kerap meninggalkan dia dengan alasan pekerjaan. Meskipun, dia tak tahu pekerjaan apa yang dimaksud.

"Ana, maafkan Daddy! Daddy terpaksa harus meninggalkan kamu," ucap Benigno dalam hati yang kini memandang ke arah Ana.

Padahal, beberapa hari yang lalu dia sudah mengiyakan permintaan Ana yang memintanya untuk tidak meninggalkan dia. Tak ingin terus terlarut, dan khawatir Ana terbangun. Benigno memutuskan untuk berangkat.

Dia terdengar memanggil Terecia, orang kepercayaannya di Mansion itu. Dia menitipkan Ana padanya, dan mengatakan akan segera kembali secepatnya.

Mobil mewah keluaran terbaru keluar dari Mansion mewahnya. Benigno melajukan mobilnya dengan kecepatan penuh. Jalanan kota Roma terlihat begitu sepi. Tak butuh waktu lama, Benigno sudah sampai di markasnya.

Tak ada yang tau markas tersembunyi miliknya. Hanya orang-orang tertentu yang boleh ke sana. Benigno terkenal sebagai seorang mafia yang kejam, tak memiliki hati. Dia dengan mudah membunuh orang yang bermasalah dengannya.

"Kita kawal pengiriman, persiapkan pasukan! Saya ingin lihat, apa mereka yang lakukan. Pengiriman kali ini, jangan sampai gagal. Klien kita bisa kecewa!" titah Benigno. Wajahnya terlihat dingin, begitu menakutkan.

Benigno langsung ke kamar pribadi miliknya di markas. Dia mempersiapkan semuanya. Dia selalu memakai topeng, yang menjadi ciri khasnya. Dia tak ingin musuhnya mengenalinya, karena dia bukan hanya seorang mafia saja. Benigno juga seorang CEO. Dia juga sangat tertutup, tentang kehidupan pribadinya.

"Kita berangkat sekarang!" ujar Benigno.

Sebelum berangkat, Benigno menjelaskan sesuai tugas mereka masing-masing. Dia selalu bersikap profesional. Tim terbagi dua kubu. Senjata sudah dipersiapkan. Mobil-mobil mereka yang digunakan pun, bukanlah mobil biasa. Mobil mereka dilengkapi dengan fasilitas senjata, dan anti peluru. Mereka pun menggunakan pakaian anti peluru, untuk menghindar dari serangan musuh.

Suasana tampak tegang, begitu mencekam. Mata mereka tetap melihat ke kiri ke kanan, memperhatikan musuh yang nantinya akan datang secara tiba-tiba. Benar saja. Truck besar berisi senjata milik Benigno di berhentikan kembali.

"Sepertinya, ada yang khianati di dalam. Tak mungkin, mereka tahu. Kalau ada pengiriman senjata. Tapi, siapa orangnya?" Benigno tampak menerka-nerka.

"Siapapun yang berkhianat, akan mati!"

Terjadilah baku hantam dan tembak menembak di sana. Suara letupan senjata api terdengar. Begitu menyeramkan. Suara hening malam, kini berganti suara yang begitu menegangkan. Membuat gemetar, orang mendengarnya.

Banyak korban yang sudah terjatuh. Benigno pun akhirnya turun tangan. Dengan lihainya dia menggunakan senjata api. Dalam sekejap, musuh akhirnya memutuskan untuk mundur.

"Berani menggangu keinginanku, kau akan mati!"

"Sombong sekali kau ini. Lihat saja nanti! Suatu saat nanti, aku akan membuat kau mati mengenaskan di tangan kami!"