"Andai aku mempunyai kesempatan kedua, aku ingin menjadi orang baik. Aku ingin meminta maaf, dan aku ingin melindungi Vittoria," batin Paolo sebelum jantungnya berhenti berdetak.
Paolo Sorgia adalah ketua mafia yang paling ditakuti di Italia. Diakhir hidupnya dia memohon pengampunan kepada Tuhan agar diberikan kesempatan hidup lagi untuk memperbaiki semua kesalahannya. Siapa sangka permohonannya terkabul, namun dia bertransmigrasi ke tubuh pemuda gendut.
"Kenapa tubuhku penuh lemak? Dimana perut sixpack-ku?" Paolo meraba perutnya yang dipenuhi lemak.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon lena linol, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 22
Hari demi hari telah terlewati dengan cepat. Tidak terasa 8 bulan telah berlalu, tapi sampai saat ini Lerner belum berhasil melacak keberadaan Daniel.
Vitt sudah berkumpul kembali dengan ayahnya yang kini sudah menikah dengan Luc--ibu sambungnya. Vitt di boyong ayahnya tinggal ke Kota Bologna, Italia.
Gadis itu juga sudah menjalani beberapa kali operasi kaki, agar dia bisa berjalan. Tapi karena salah satu kakinya sudah cacat dari lahir, maka hasil operasi kakinya tidak bisa membuatnya jalan sempurna, kakinya pincang, meski begitu Vitt sangat bersyukur.
Ya, bisa berjalan seperti orang pada umumnya adalah impian terbesarnya. Vitt sangat bahagia.
"Vit, hari ini adalah hari pertamamu sekolah. Daddy akan mengantarkanmu ke High school Bologna," ucap Arion kepada putrinya yang sudah bersiap memakai tas punggung setelah selesai. Sekolah di Italia tidak memakai seragam tidak seperti di negara lain. Hanya saja semua murid di Italia harus mengenakan pakaian sopan saat memasuki area sekolah.
"Terima kasih, Dad," jawab Vitt, kemudian pamit pada ibu sambungnya dan mengecup pipi gembul adik bayinya dengan gemas.
"Bye, Mom." Vitt melambaikan tangannya pada Luc sambil berjalan mengikuti ayahnya menuju halaman rumah di mana mobil Arion menunggu di sana.
"Ready?" tanya Arion, ketika mereka sudah duduk di dalam mobil.
"Yeah." Vitt menjawab sambil menghela nafas panjang. Dia sedikit gugup karena ini adalah pengalaman pertamanya masuk sekolah, karena sebelumnya dia sekolah secara daring.
Arion tersenyum seraya mengusap pucuk kepala putrinya dengan lembut, setelah itu memacu mobilnya menuju sekolahan putrinya.
High School Bologna, Italia. Puluhan murid memasuki area sekolahan elit tersebut. Ya, rata-rata yang bersekolah di sana adalah dari kalangan atas.
"Daniel!" seru gadis muda membawa bunga lalu memberikan kepada Daniel yang baru memasuki kelas. "For you," ucapnya sambil tersenyum lebar memperlihatkan lesung pipinya. Gadis muda itu sangat cantik, fashionable, memiliki kaki jenjang yang indah, dan rambutnya hitam legam tergerai indah.
"Maaf, aku alergi bunga," jawab Paolo sambil mengangkat tangan kanannya, bertanda menolak bunga dari gadis tersebut.
Gadis bernama Carlota itu kecewa sambil melirik ke arah genk-nya yang memberikan semangat padanya agar tidak menyerah untuk memberikan bunga itu kepada Daniel.
"Dan, aku mohon, terima bunga ini. Aku sangat menyukaimu." Carlota menatap Daniel sambil menggigit bibirnya. Dia sangat menganggumi Daniel yang sangat tampan dan memiliki dada bidang yang peluk-able. Semua siswi di sekolahan tersebut berlomba-lomba meluluhkan hati Daniel yang sangat dingin.
Ya. tubuh Daniel sekarang sudah kurus, dan berotot, karena pemuda itu rajin berolah raga. Ah, tidak lupa wajahnya sangat rupawan karena pipi gemoy-nya sudah hilang dan tergantikan dengan pipi bakwan yang tirus.
'Lebih tepatnya, aku harus memenangkan taruhan. Aku harap dia menerima bunga ini," suara batin Carlota di dengar oleh Paolo.
"Aku tidak bisa menerima bunga ini, karena aku sudah mempunyai kekasih," jawab Paolo asal.
"Dasar bocah! Mana mungkin aku menyukai gadis ingusan seperti dia!" batin Paolo jengkel, dan geli melihat tingkah gadis zaman sekarang yang kecentilan.
"Apa? Kau sudah memiliki kekasih? Siapa?" Carlota tidak percaya dengan apa yang dia dengar barusan.
"Iya, sebentar lagi dia akan masuk ke kelas ini. Rambutnya pirang, sangat cantik, mempunyai senyuman yang sangat manis," jawab Paolo, membayangkan visual Vitt yang sudah terpatri di dalam hatinya.