NovelToon NovelToon
ALTAIR: The Guardian Eagles

ALTAIR: The Guardian Eagles

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Fantasi / Fantasi Timur
Popularitas:15.4k
Nilai: 5
Nama Author: Altairael

[MOHON DUKUNGAN UNTUK CERITA INI. NGGAK BAKAL NYESEL SIH NGIKUTIN PERJALANAN ARKA DAN DIYAN ✌️👍]

Karena keserakahan sang pemilik, cahaya mulia itu pun terbagi menjadi dua. Seharusnya cahaya tersebut kelak akan menjadi inti dari kemuliaan diri si empunya, tetapi yang terjadi justru sebaliknya---menjadi titik balik kejatuhannya.

Kemuliaan cahaya itu pun ternoda dan untuk memurnikannya kembali, cahaya yang telah menjadi bayi harus tinggal di bumi seperti makhluk buangan untuk menggenapi takdir.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Altairael, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

DERITA MEREKA-2

Memejamkan mata rapat-rapat, Ambar mencoba menahan rasa sakit di leher dan mulut, serta sesak di dada. Dia sudah sering mengalami siksaan seperti ini dan akhir-akhir ini, dia lebih sering disiksa karena telah menentang perintah Bhanu Angkara dan malah berusaha menolong Diyan.

Perempuan yang waktu itu berusaha memperingatkan Diyan saat di rumah tua adalah Ambar, begitu pun yang kemarin menyenggolnya sampai jatuh.

Ada sesuatu di ruang bawah tanah candi, sesuatu yang yang bisa melemahkan jiwa Diyan. Oleh karena itu, dia tidak mau si bungsu dari Keluarga Gaganantara tersebut melintas di sana, apalagi sampai ke candi.

"Jangan buang-buang tenagamu, perempuan bodoh!" Bhanu Angkara kembali meraung marah. "Kalau sampai terjadi apa-apa dengan janin dalam perutmu, kamu pun nggak akan selamat!"

Srintil adalah satu-satunya orang yang tidak pernah mengkerut atas segala macam kemarahan dan ancaman Bhanu Angkara. Dia merasa berada di atas angin karena di dalam perutnya bersemayam janin-janin yang oleh Bhanu Angkara sangat dinanti-nantikan kelahirannya.

Bhanu Angkara memang selalu menyangkal Amadea sebagai ratunya, tetapi demi janin-janin itu tetap baik-baik saja, dia bahkan rela memberikan sedikit kekuatan pada gadis itu, untuk mengendalikan janin-janin yang terkadang bertingkah liar.

Tubuh Ambar ambruk, telungkup di lantai dan terbatuk-batuk. Dia berusaha bangun, tetapi tiba-tiba kembali rebah ketika Srintil menatapnya tajam.

"Jangan biarkan dia berkeliaran lagi. Aku tidak mau dia menghancurkan segalanya!" Bhanu Angkara meraung sambil terbang berputar-putar liar.

"Kamu justru akan hancur kalau berani menyentuh Diyan." Ambar mendesis. "Aku sudah sering memperingatkanmu, Bhanu Angkara. Seandainya keserakahan atas angkara itu nggak menutup kepekaanmu ... kamu pasti bisa melihat apa yang akan terjadi."

"Aaarrrggghhh! Kamu pikir aku akan mempercayaimu, peramal idiot?! Mereka milikku, mereka bagian dari tubuhku dan aku harus memiliki mereka kembali!" Setelah meraung seperti gila, Bhanu Angkara pun terbahak-bahak sambil memutari Ambar. "Ikat dia! Kali ini jangan sampai lolos lagi! Jangan sampai dia mengacau di saat terpenting!"

Mamat yang sedari tadi hanya berdiri diam sambil menunduk hormat, segera menyeret Ambar yang sama sekali tidak melawan.

"Jika masih nekat, kamu akan hancur sendiri Bhanu. Aku sudah memperingatkanmu ...." Ambar kembali mendesiskan kata-kata peringatan. Peringatan yang oleh Bhanu Angkara hanya dianggap lelucon.

Tawa Bhanu Angkara yang semakin lepas pun memenuhi ruangan kosong tanpa perabotan ini. Penerangan pun didapat dari bola api sehingga nuansanya merah bara laksana perapian, aroma yang menguar di udara adalah anyir dan busuk. Manusia normal tidak akan mungkin betah berada di sini.

Ambar meringkuk di sudut ruangan dalam keadaan terikat tangan dan kakinya. Sepertinya aku nggak akan lolos kali ini. Arka, Diyan ... maaf. Gadis muda yang sebenarnya sudah berusia 32 tahun itu membatin sedih.

Waktu terus bergulir. Perlahan dan pasti, cahaya matahari mengoyak pekat dan menghadirkan kemilau indah di permukaan air danau yang tenang.

Aaarrrggghhh! Aaarrrggghhh!

Suara raungan murka yang terdengar seperti raungan binatang buas sedang terluka, tiba-tiba membahana memecah kesunyian pagi yang masih diliputi duka karena peristiwa kemarin. Bumi bergetar, air danau berkecipak, burung-burung terbang berhamburan dari tempatnya berpijak.

Akan tetapi, fenomena tersebut tidak bisa dirasakan oleh manusia awam. Hanya mereka-mereka yang memiliki indra khusus saja yang bisa mendengar dan merasakannya.

"Mas Arka, suara itu sangat mengganggu! Aku nggak mau dengar!" Diyan berteriak histeris sambil menutup kedua telinga.

Punggung berdenyut-denyut sakit luar biasa, tubuh panas bagai terbakar, dan ditambah dengan suara raungan yang terus-menerus menggema di pendengaran, Diyan benar-benar merasakan siksaan raga yang teramat dahsyat.

Arka tidak melepaskan adiknya barang sebentar pun. Dia terus memeluk dan berusaha memberi adiknya rasa yang lebih nyaman walaupun tanpa hasil.

Diyan hanya sempat tidur sebentar dan Arka tidak bisa berkonsentrasi dalam meditasi. Semua gara-gara suara yang terus-menerus memanggil keduanya. Terkadang memelas dan mengiba, tetapi lebih sering murka.

"Jangan lakukan itu lagi, Nak." Pak Satria mencegah si sulung yang hendak kembali memberikan hawa murni untuk menolong adiknya.

"Bukannya Altair Agung Cariyasukma sudah pernah pesan, jangan gunakan kekuatanmu ...." Bu Harnum berujar sembari mengelus dahi Diyan yang berpeluh. Kepala si bungsu itu menyandar lemah di dada kakaknya dengan kedua tangan yang masih terus menutup telinga.

"Aku tahu batasnya. Ibu nggak perlu khawatir." Wajah sendu Arka terlihat sangat tenang, begitu pula suaranya.

Sudah cukup bagi Arka melihat wajah kedua orang tuanya begitu cemas. Dia tidak mau membuat mereka lebih cemas lagi dengan menunjukkan kekhawatiran yang dirasakannya, karena sesungguhnya dia telah melakukan kesalahan.

Dia terlalu tidak tega melihat Diyan terus tersiksa dan telah menggunakan kekuatannya untuk menolong. Hal itu menyebabkan hubungan langsung antara pikirannya, pikiran Diyan, dan pikiran Bhanu Angkara telah terbuka.

Diyan merasa tersiksa oleh rengekan, rintihan, dan raungan Bhanu Angkara yang terus berusaha mempengaruhi supaya dia datang padanya. Sementara itu, Arka merasa tersiksa karena menyaksikan penderitaan adiknya.

"Aaarrrggghhh! Berikan dia padaku, Arka" Bhanu Angkara tiba-tiba kembali meraung.

"Jangan mimpi!" Arka balas membentak.

"Diaaam! Berhenti!" Diyan yang semula diam pun kembali berteriak histeris.

"An, jangan dengarkan dia. Ada aku di sini!"

"Usir dia, Mas! Aku nggak mau dengar dia lagi!"

"An!" Bu Harnum menjerit dan turut mendekap tubuh si bungsu. Sepedih apa pun rasanya, perempuan itu berusaha keras untuk tidak menangis, tetapi apalah dayanya jika beberapa tetes cairan bening berhasil memaksa keluar. Dia memeluk Diyan erat-erat dari belakang dengan wajah menempel di punggungnya yang panas.

Pak Satria menyaksikan adegan itu dengan jiwa yang rasanya terkoyak. Matanya berkaca-kaca, rahang mengetat, dan tinju mengepal erat, merasa frustrasi karena tidak ada yang bisa dia lakukan. Sungguh, jika diperbolehkan, dia sangat rela menggantikan penderitaan si bungsu.

"Diyan, datanglah pada saudaramu ini. Aku membutuhkanmu, Diyan. Datanglah ...." Kali ini, Bhanu merengek, memohon dengan suara mengiba.

"Mas Arka! Aku nggak mau dengar lagi! Usir dia, usir!" Diyan kembali menjerit. Suara Bhanu Angkara tidak hanya menyiksa pendengaran, tetapi juga menghadirkan bayangan lidah api yang menjilat-jilat hendak melilit tubuhnya.

"Jangan dengarkan dia, An. Mas mohon abaikan!"

Tiba-tiba Diyan membuka mata dan menarik diri dari dada sang kakak, memaksa Bu Harnum yang masih memeluknya pun mau tidak mau menjauh.

"Aku nggak tahan lagi!" Dia berteriak garang dan menatap nanar. "Ini sangat menyiksa! Sebenarnya aku ini kenapa? Punggungku sakit, ada apa dengan penggungku? Suara itu suara siapa? Kenapa terus memanggil aku saudaranya? Dan kenapa lidah-lidah api itu terus mengejarku?!" Tubuh lemahnya tidak mampu bertahan, setelah berteriak-teriak dia kembali jatuh terkulai di dada sang kakak.

"Kamu nggak sendirian, An." Arka mengelus lembut punggung adiknya. "Aku juga melihat dan mendengarnya. Abaikan dia karena hanya aku saudaramu. Hanya aku." Dia membisikkan kata-kata itu sangat dekat di telinga Diyan dengan lembut. "Api itu nggak akan bisa menangkapmu, selama kamu tetap bersamaku. Hanya aku, An. Hanya Arka saudara Diyan. Hanya kita. Hanya kita. Tenangkan hatimu dan cobalah untuk tidur, tidur, tidurlah Diyan ...."

"Kamu---"

"Diam!" Arka nekat memblokir suara Bhanu Angkara.

Mata Pak Satria dan Bu Harnum seketika melebar, saat melihat si bungsu tiba-tiba diam. Tidak lagi bersuara juga tidak bergerak.

"Dia baik-baik saja. Tertidur." Arka menjelaskan sembari mendekap tubuh adiknya erat dan berkali-kali mengelus rambut yang sudah lepek basah oleh keringat.

Pak Satria dan Bu Harnum pun menghela napas lega. Mereka tidak bisa turut mendengar suara-suara yang didengar oleh Arka dan Diyan. Sedari tadi hanya mampu menyaksikan penderitaan anak-anak mereka tanpa bisa melakukan apa pun untuk menolong.

Sementara itu, lagi-lagi terjadi keributan di ruang bawah tanah rumah tua. "Aaarrrggghhh! Bocah sialan itu melakukannya lagi! Tunggu pembalasanku, Arka!" Bhanu Angkara meraung, meraung dan terus meraung seperti gila.

Mamat yang selalu diperlakukan sebagai budak hanya diam mematung dengan kepala menunduk, sedangkan Srintil yang merasa bahwa dirinya adalah ratu, berdiri dengan wajah bosan.

" Sudah kubilang jangan pernah meremehkan mereka, Bhanu Angkara." Ambar kembali mengingatkan dengan suara mendesis---menahan sakit atas bekas-bekas penderaan yang tertinggal di tubuhnya.

"Diaaam!!!" Dan lagi-lagi Bhanu Angkara mengamuk.

1
bang sleepy
Akhirnya sampai di chap terakhir update/Whimper/ aku bagi secangkir kopi biar authornya semangat nulis 🤭💗
bang sleepy
pengen kuguyur dengan saos kacang rasanya/Panic/
bang sleepy
brisik kamu kutu anjing! /Panic/
bang sleepy
bisa bisanya ngebucin di moment begini /Drowsy/
bang sleepy
mank eak?
diyan selalu berada di sisi mas arka/Chuckle/
bang sleepy
shock is an understatement....... /Scare/
bang sleepy
sabar ya bang arka wkwwk
bang sleepy
tetanggaku namanya cecilia trs penyakitan, sakit sakitan trs. akhirnya namanya diubah. bru sembuh
bang sleepy
mau heran tp mrk kan iblis /Drowsy/
bang sleepy
dun dun dun dunnnn~♪
bang sleepy
astaga suaranya kedengeran di telingaku /Gosh/
bang sleepy
Hah... jd raga palsu itu ya cuma buat nguji arka ama diyan
Alta [Fantasi Nusantara]: Kenyataan emang pahit ya🤣🤣🤣🤣🤣🤣
total 1 replies
bang sleepy
bener uga ciii /Facepalm//Facepalm//Facepalm/
bang sleepy
idih idihhh
bang sleepy
nyembur wkwkwkwk
bang sleepy
Tiba-tiba cinta datang kepadaku~♪ #woi
bang sleepy
kan bener. kelakuannye kek bokem. tp dia altair
bang sleepy
agak ngeri ngeri sedap emg si diyan ini wkwkw
Alta [Fantasi Nusantara]: /Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm/
total 1 replies
bang sleepy
anaknya anu kah
bang sleepy
buseeeeddd
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!