Seorang wanita pekerja kantoran yang memiliki hidup penuh akan pekerjaan. Setiap hari dia selalu bekerja dan bekerja, waktu liburan dia hanya tidur dan tak melakukan kegiatan seperti orang lain pada umumnya.
Pola hidup yang tak pernah berubah membuat dirinya stress, hingga akhirnya ia mencapai titik dimana dia tak berpikir untuk hidup.
Namun, takdir membuatnya berpindah ke tubuh seorang bocah berusia 10 tahun. Mulai dari sana ia mengalami begitu banyak peristiwa yang membuatnya memiliki alasan untuk hidup.
Kisah kebangkitan seseorang pada kehidupan keduanya dimulai!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Katsumi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Persiapan Menuju Labirin
Dua tahun telah berlalu semenjak kedatangan Altea ke kota Arum yang dikenal sebagai kota labirin atau petualang. Di sana ia mendirikan sebuah toko obat, yang menjual berbagai jenis ramuan dan tanaman obat.
Altea memiliki satu asisten yang bekerja secara gratis, karena dia bukanlah makhluk bernyawa melainkan hantu atau roh penjaga rumah tersebut. Berbeda dengan tiga roh yang selalu mengikutinya, roh rumah itu bisa menyentuh benda dan melakukan kontak fisik dengan makhluk hidup.
Namanya adalah Via, seorang gadis dengan rambut cokelat yang dikepang dengan mata hijau zamrud, mengenakan gaun berwarna kuning cerah. Gadis itu selalu tersenyum dan dengan senang hati membantu Altea menjalankan toko.
Saat toko tutup, Altea duduk di ruang tamu di bagian tengah rumah. Via yang dari dapur berjalan masuk sembari membawa secangkir teh dan beberapa kue kering. Lalu ia meletakkannya di atas meja.
"Terima kasih," ucap Altea dengan senyum.
"Bagaimana rasanya?" Via bertanya dengan penuh penasaran mengenai rasa dari kue yang ia buat.
Altea mengambil satu kue itu dan memasukkannya ke dalam mulut, mengunyahnya secara perlahan, mencoba untuk fokus kepada rasanya. "Emm, ini enak!" serunya.
"Benarkah?! Terima kasih!" Via tampak senang mendengar hal itu.
Beberapa saat kemudian terdengar suara bell dari pintu masuk toko. Via langsung pergi ke depan untuk melihat siapa yang datang saat toko tutup. "Ah, Tuan Rudolph," ucap Via saat melihat orang yang datang.
"Apa Altea-nya ada?" tanya Rudolph.
"Iya, Nona sedang duduk bersantai di ruang tamu," jawab Via. "Silahkan masuk," Via mempersilahkan Rudolph masuk.
Rudolph merupakan petualang peringkat A yang pernah ditemui oleh Altea dua tahun yang lalu saat karavan yang ia tumpangi diserang oleh para iblis. Semenjak hari itu, Rudolph yang mengetahui kebenaran dari peristiwa itu selalu berada dekat dengan Altea.
Saat Altea baru membuka toko dia langsung datang dan membeli beberapa ramuan, lalu dia juga mananyakan beberapa pertanyaan pada Altea. Namun Altea hanya tersenyum, dan meminta Rudolph untuk merahasiakan kekuatan miliknya. Rudolph menerima hal itu, namun dia akan terus mampir dan mengisi stok ramuannya di toko Altea.
Lalu hari ini maksud dari kedatangan Rudolph adalahh karena Altea ingin memasuki labirin, karena hal itulah dia memerlukan beberapa petualang untuk disewa sebagai pengawal, meskipun Altea mampu melawan monste seorang diri, namun prosedur untuk memasuki dungeon memerlukan pengawalan untuk seseorang yang bukan petualang.
Di ruangan tamu, Rudolph duduk di kursi yang berada tepat di depan Altea, keduanya dipisahkan oleh sebuah meja yang di atasnya terdapat camilan ringan dan secangkir teh. “Jadi kau ingin pergi ke labirin besok?” Rudolph membuka percakapan dengan sebuah pertanyaan.
Altea mengambil satu kue dan mengigitnya sedikit, “ya,” jawabnya dengan tersenyum.
“Begitu yah, jadi siapa petualang lain yang akan ikut?” Rudolph kembali bertanya.
Altea memiringkan kepalanya ke kanan dan menunjukkan wajah yang bingung, “petualang lain?”
“Huft,” Rudolph menghela nafas pendek. “Jadi kau hanya memanggilku saja untuk menjadi pengawal?”
“Ya, apa ada yang salah?” Altea bertanya dengan heran.
“Tentu saja, ada peraturan khusus dalam memasuki labirin untuk pengawalan. Memang benar bisa masuk ke labirin sendiri dengan syarat petualang itu harus berada dalam peringkat B ke atas, sedangkan untuk misi pengawalan diperlukan lima orang petualang agar diperbolehkan memasuki labirin,” jelas Rudolph.
“...” Altea diam sejenak sembari memangku kedua pipinya dengan tangan. “Kalau begitu besok kita mampir ke serikat petualang dulu,” ujarnya.
“Baiklah, aku akan menjemputmu besok pagi,” ucap Rudolph sembari bangun dari kursi, lalu dia berjalan menuju ke pintu keluar. “Jangan kesiangan,” tambahnya sembari menutup pintu.
“Huft.. harusnya aku yang mengatakan itu,” gumam Altea.
.
.
.
Hari telah berganti, matahari pun terbit menggantikan sang bulan untuk menyinari dunia. Altea sudah menunggu di depan rumah, sembari menyiapkan alat-alat di dalam tas dimensi miliknya. Tas itu dibeli oleh Altea dengan harga yang sangat mahal, dikarenakan dirinya tak memiliki bakat dalam membuat benda sihir.
Setiap orang memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing tak terkecuali untuk Altea. Namun, bukan berarti kau harus menyerah karena kekurangan itu, carilah hal lain yang kau kuasai untuk menutupi kekurangan itu.
“Hei, apa kau sudah siap?” seru Rudolph melambaikan tangannya dari kejauhan.
“Kau telambat!” balas Altea dengan cemberut.
“Sudah, sudah, ayo kita pergi ke serikat petualang, mungkin ada kelompok yang mau menerima misi pengawalan darimu,” kata Rudolph berbalik badan dan berjalan pergi menuju ke arah kota, Altea mengikutinya dari belakang.
Pusat Kota, di depan sebuah bangunan yang memiliki sebuah papan tanda berupa pedang yang disilangkan, Serikat Petualang. Berbeda dengan serikat alkemis dan perdagangan, serikat petualang dipenuhi oleh orang-orang yang membawa senjata tajam seperti peda, kapak, tombak, busur panah, dan banyak lagi.
“Wah.. suasananya benar-benar berbeda,” gumam Altea saat memasuki bangunan itu.
“Selamat datang, Rudolph,” sapa Pegawai serikat yang bertugas sebagai resepsionis. “Apa ada yang bisa kubantu?”
“Ya, aku membawakan seorang klien yang ingin memberikan misi pengawalan,” jawab Rudolph sembari menoleh ke arah Altea yang berdiri di samping kirinya.
Resepsionis itu melihat ke arah Altea, “siapa namamu?” tanyanya dengan lembut.
“Altea,” saut Altea membertahukan namanya.
“Jadi bagaimana rincian misinya?” Resepsionis itu kembali bertanya.
“Hmm.. pertama saat memasuki labirin aku akan berfokus untuk mengumpulkan material keperluan untuk membuat ramuan, jadi selama aku mengumpulkan aku ingin mereka melindungiku, kedua sama seperti yang pertama ada material yang bisa di dapat dari monster, jadi aku ingin mereka mengalahkan monster tertentu saat memasuki labirin, itu saja,” jelas Altea mengenai misi yang ingin ia beri.
“Aku akan ikut dengannya, jadi tolong carikan sisa orang atau kelompok yang mau bergabung,” ujar Rudolph.
“Dimengerti, aku akan segera mengurusnya, kalian bisa menunggu di meja sana atau keluar jalan-jalan, kami akan mengabari jika ada orang yang ingin bergabung,” kata Resepsionis itu dengan sopan.
Setelah itu Altea dan Rudolph duduk di salah satu meja yang ada di dalam serikat, memesan minuman dan makanan sebagai sarapan sekaligus menunggu adanya kelompok yang ingin bergabung dalam misi.
Satu jam telah berlalu, Altea mulai tertidur karena bosan menunggu. Sedangkan Rudolph terus duduk menunggu sekaligus menjaga Altea yang tengah tertidur pulas di depannya.
"Rudolph!" panggil Resepsionis.
"Ya!" saut Rudolph lalu membangunkan Altea. "Hei, bangunlah ada orang yang mau mengambil misimu," ucapnya sembari menggoyangkan tubuh Altea.
"Hmm?" Altea terbangun, mengucek kedua matanya dengan tangan kanan lalu menguap. "Apa sudah ada orangnya?" tanyanya lirih.
"Ya, mereka disana," tunjuk Rudolph ke arah kelompok yang berada di depan meja Resepsionis.