Reno, adalah putra kedua dari tiga bersaudara. Papanya memiliki jabatan yang tinggi di suatu instansi pemerintah dan mamanya seorang pengacara terkenal, kakanya jebolan sekolah kedinasan yang melahirkan Intel negara. Sementara dia anak tengah yang selalu dibanding-bandingkan dengan kesuksesan sang Kaka, berprofesi sebagai TNI berpangkat Bintara. Tapi Reno adalah anak yang penurut dan paling berbakti pada kedua orangtuanya.
Keinginannya menjadi seorang TNI karena kejadian luar biasa yang mempertemukan dirinya dengan sosok yang sangat dia kagumi, sosok idola yang merubah hidup dan cara pandangnya.
Hingga pada suatu hari takdir mempertemukan Reno dengan Kanaya yang membantu cita-citanya menjadi seorang TNI terwujud.
Kanaya menemani Reno dari nol karena Reno tidak mendapatkan dukungan dari kedua orangtuanya.
Apakah cinta kasih Reno dan Kanaya akan berlanjut ke pelaminan, atau Kanaya hanya dimanfaatkan Reno saja untuk mencapai cita-citanya?
Yuks ikuti kisah Reno di Cinta Bintara Rema
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aksara_dee, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 13 : Sehari bersama Eyang dan Kanaya
Happy Reading ...🩷
Suatu hari setelah wabah Covid dinyatakan selesai...
"Maksud kedatangan saya ke sini, untuk mengembalikan motor yang sudah dipinjamkan pak Sandi ... " ucap Reno
Kedua lansia itu saling tatap, mereka seakan sedang berdiskusi lewat tatapan.
"Kamu kenal menantuku di mana, nak?" tanya Eyangkung yang berpangkat terakhir Jendral Bintang dua itu.
Reno terdiam sejenak menimbang ucapan apa yang harus dia sampaikan.
"Di suatu tempat, Eyang. Dan, semenjak itu kami jadi akrab dan sering bertemu" jawab Reno
"Kamu sudah punya kendaraan?" tanya Eyangti dengan penuh kelembutan.
Reno menggeleng, "tapi saya sudah berjanji untuk mengembalikan kalau sudah bertemu Kanaya, putri pak Sandi."
Kedua lansia itu tersenyum, mereka seakan mengenang kejadian saat pertama kali mereka mengenal Sandika Dwipangga muda, lelaki muda yang polos, baik, jujur dan penuh semangat. Anak muda yang memikat hati sang Jendral untuk pertama kalinya, hingga ia menginginkan Sandika menjadi menantunya.
"Di sini kami tidak ada yang bisa naik motor itu, eyang bisa sakit pinggang naik motor nungging gitu, Naya juga tidak akan eyang biarkan naik motor sport. Pakai saja motor itu sampai kamu bertemu Sandi kembali." jawab Eyangkung
Reno mengangkat pandangannya ke arah wajah Kedua lansia di depannya. Seakan tidak percaya dengan kebaikan keluarga itu.
"Tapi ada syaratnya ... " Eyangti menaikan telunjuknya ke arah Reno.
"Syarat?" lirih Reno
"Jaga Kanaya di Sekolah, cucuku itu punya trauma di sekolahnya dulu. Dia selalu takut bergaul, kamu bisa jadi teman Kanaya yang baik?"
Wajah Reno seketika sumringah, kedua sudut bibirnya terangkat hingga terlihat deretan giginya yang teratur.
"Siap Eyang, saya akan jaga Kanaya dimana pun, bukan hanya di sekolah." tegas dan semangat jawab Reno
Eyangkung tertawa melihat tingkah Reno yang sama persis dengan menantunya.
"Ayo sini, eyang tunjukkin koleksi Eyang ... " Ajak Eyangkung
Seakan terhipnotis dengan keluguan Reno, Eyangkung mengajak Reno berkeliling memamerkan koleksi senjata dan satwa yang dia miliki. Reno mengikuti lansia itu dengan sabar dan antusias.
Saat memasuki area kandang raksasa di belakang rumah mewah yang berhalaman luas itu, Reno sempat berhenti lalu berjongkok membersihkan pakan unggas yang berceceran. Hal itu menarik perhatian Eyangkung, lansia itu tersenyum sambil manggut-manggut.
"Anak yang rajin dan peduli ... " lirihnya
"Orangtua kamu kerja apa, nak?" tanya Eyang
"Papa dulu ASN, mama pengacara ... " jawab Reno
"dulu? Apa sekarang sudah pensiun?" tanyanya
"mmm ... Maaf eyang, papa sudah tidak bekerja lagi." jawab Reno dengan nada rendah
Eyang manggut-manggut, dia berpikir akan mencari tahu sendiri, nanti.
"Romo ... Romi ... " panggil Eyang, sekian detik seekor elang yang besar terbang menghampiri tuannya. Dan tak berapa lama seekor kucing hitam besar mendekatinya. Reno terpaku melihat binatang yang sangat gagah tersebut. Pemuda itu memundurkan beberapa langkahnya ke belakang.
"Mereka binatang kesayanganku, Ren. Kesayangan Sandi juga." ucapnya sambil mengelus-elus kepala kucing puma dengan mata mencolok dan tatapan tajam.
"I-iya eyang ... " jawabnya gugup dan tetap waspada.
"Kamu takut, Ren?" tanyanya seakan menyindir
"b-bukan takut, Yang. T-tapi kaget ... " jujurnya
"Cucuku payah, dia sangat penakut seperti istriku dan mamanya. Area ini tidak pernah dia datangi. Aku jadi kesepian kalau mengunjungi mereka di sini selama Sandi tidak ada." keluhnya
Reno kesulitan menelan salivanya, dia tahu maksud dari sang Eyang. Lansia itu butuh teman untuk bercengkrama dengan para satwa liarnya. Tapi apa dia bisa ... ? Saat ini saja kakinya sudah gemetar melirik mata dari Kucing puma hitam tersebut.
"Hobi yang 'gagah' Eyang, tapi tidak semua pria siap berkawan dengan mereka." jujur Reno dengan kata-kata diplomasinya.
"Hahahah ... Kamu benar Reno! Hanya sedikit orang yang bisa melihat kelembutan hewan buas ini. Cobalah mendekat ... Apa kamu bisa merasakan perasaan dan kasih sayang Romo dan Romi." Ucap Eyang dengan tatapan mengajak.
Reno memberanikan diri mendekat, kakinya yang gemetar seakan membuat langkahnya semakin berat. Dengan gaya slow motion dia ulurkan tangannya untuk mengelus pucuk kepala Romi, si Kucing Puma.
Kucing itu seakan ingin di elus dengan lebih intens, kaki empatnya bergerak mendekati Reno, sementara Reno pun memundurkan langkahnya.
"Jangan takut, dia hewan yang sangat pandai mengenali perasaan manusia. Kalau dia mendekatimu dengan seduktif, artinya dia menyukaimu." terang Eyang
Jangan ditanya bagaimana jantung Reno saat ini, jantungnya berdegup dengan kencang seakan sedang lari sprint ratusan meter, keringat dingin mengucur di punggungnya. Bajunya telah basah dengan keringat.
Tapi tiba-tiba kucing besar hitam itu merendahkan keempat kakinya, duduk di dekat kaki Reno. Membuat Reno berjingkat. Mata garangnya menatap Reno dengan lembut dan penuh kasih sayang.
Tatapan Reno dan kucing itu terkunci.
Reno bisa merasakan kelembutan tatapan itu, dia pun akhirnya berjongkok mengimbangi Romi, tangannya kembali terulur untuk mengelus kepalanya. Dari elusan yang takut-takut kini berubah menjadi elusan yang gemas dan menyalurkan seluruh kasih sayangnya di jari jemarinya.
Eyang tersenyum melihat hewan kesayangannya juga bisa akrab dengan Reno.
"Artinya kamu lelaki gagah, Ren!" seru Eyang
Reno melebarkan senyumnya. Kini dia duduk bersila di depan Puma hitam dengan rileks. Kaki dan tangannya yang gemetar seketika gemetar itu hilang begitu saja.
"Eyang ... dipanggil Eyangti, ada telepon dari pakde" teriak Kanaya
Gadis itu tidak tahu ada Reno di kandang besar itu. Saat Reno datang, Kanaya masih di kamar.
"Ren, kamu bisa aku tinggal di sini, atau mau ikut aku ke dalam?" tanya Eyang
Reno ragu jika tinggal di kandang sendirian, tapi Romi sedang akrab dengannya.
Akhirnya Reno memutuskan ikut ke dalam bersama eyang, sebelum pergi dia sempat memberi kecupan di kepala Romi dan mencoba mengelus Romo sang Elang.
Kanaya melihat interaksi itu, gadis itu melongo melihatnya. Karena biasanya yang sudah-sudah siapapun yang keluar dari kandang hewan kesayangan eyangkungnya akan shock dan tidak berani lagi main ke rumahnya.
"Romi ... Romo ... " Eyang memberi perintah dengan menjulurkan tangannya dan menunjuk ke tempat mereka beristirahat.
Para hewan kesayangan itu langsung menuruti perintah sang pemilik. Mereka kembali ke tempatnya masing-masing.
Reno keluar dari pintu kandang dan membantu eyang menguncinya, dia mengibaskan tangannya lalu tersenyum menatap Kanaya.
"Hallo Naya ... " sapa Reno.
Kanaya tertegun, dia menatap Reno sesaat. Lalu dengan cepat mengambil tisu basah yang ada di atas meja. Gadis itu mengambil tangan Reno yang kotor dan membersihkannya dengan telaten.
"Binatang itu bervirus tau gak sih kamu, jangan sembarang pegang. Lagian kamu ngapain ikutan masuk ke sana. Jangan terkecoh sama Eyang, dia sedang mempelajari sifat kamu. Kalau dia gak suka sama kamu, bisa-bisa kamu dijadikan umpan si Romi. Kamu tau gak yang di cakar si Romi bukan hanya satu dua orang, tapi sudah puluhan orang." Omel Kanaya dengan merepet.
Reno malah senyum-senyum melihat gerak bibir Kanaya yang sedang mengomelinya.
Reno mencondongkan tubuhnya mendekati telinga Kanaya, "Ternyata dibalik sikap dingin kamu, yang kalau jawab pesan dry teks itu, kamu punya pribadi yang hangat dan ... Cerewet!" bisik Reno di telinga Kanaya
Kanaya menghempaskan tangan Reno yang tadi dia bersihkan.
"Ihh ... Nyebelin!" cicit Kanaya
Gadis itu membalik badannya ingin meninggalkan Reno, tapi Reno segera memegang pergelangan tangan Kanaya.
"Naya ... " panggilnya lembut
Kanaya membalikan tubuhnya lagi dan menghadap Reno, Gadis itu menatap Reno penuh selidik.
"Mau temani aku ke toko buku gak?" tanya Reno
Mata gadis itu sedikit membesar, sejak di Jakarta memang dia belum pernah keluar rumah untuk hang out bahkan ke mall pun belum pernah, karena harus mengurus kedua Eyangnya, ditambah lagi dengan adanya virus Covid, membuatnya tidak ingin kemana-mana.
"Aku tanya Eyang dulu ... " pinta Kanaya
Reno melepaskan genggaman tangannya dan mengangguk. Pemuda itu duduk di kursi yang menghadap taman, dia menikmati pemandangan segar dari taman itu sambil menunggu Kanaya kembali.
"Ayo Ren, aku sudah diijinkan Eyang ... " seru Kanaya yang sudah rapi dengan hodie berwarna pink dan celana jeans juga tas selempang.
Reno memindai penampilan Kanaya yang segar dan ... Cantik!
"Yuks!" Reno tersenyum sumringah.
*
*
"Ren, kita ke sana dulu!" tunjuk Kanaya pada sebuah Barbershop
"Mau ngapain, Nay?"
"Udah ikutin aja ... " Kanaya memukul lembut bahu Reno dari boncengan belakang.
Mereka masuk ke sebuah Barbershop dengan tanda tanya besar di benak Reno.
"Mas, tolong potongin rambut teman saya dengan model ini ... " Kanaya menunjuk model rambut crew cut
Reno langsung bereaksi, dia mundur beberapa langkah.
"Naya! Aku gak mau, please! Aku panjangin rambut itu susah banget sampe dua tahun semenjak covid. Jangan ya please ... !" protes Reno yang berusaha melerai pegangan tangan Kanaya
"Ini pesan Eyang, aku diijinkan keluar asal ajak kamu ke barbershop, ayo dong Ren ... " bujuk Kanaya
"Ya Tuhan ... Kalau tau gitu aku batal aja ajak kamu, ayo kita pulang aja" rengek Reno
"Ren, ayo dong. Eyang sebel liat cowo kuncir rambut kayak gini." Kanaya membuka paksa ikatan rambut warna pink milik Reno, mungkin dia pakai ikat rambut Lalita.
Dengan wajah cemberut, akhirnya Reno menuruti kemauan Kanaya. Senyuman yang sejak tadi mengembang kini berganti wajah muram. Bagi Reno memiliki rambut panjang adalah pencapaiannya yang paling istimewa.
Kanaya membolak balikan majalah saat Reno dengan wajah bete di 'vermak' habis penampilannya.
"Selesai Sist ... " ucap stylist yang sedikit melambai itu.
Kanaya memindah penampilan Reno dari atas ke bawah. Cowo yang di tatapnya masih saja dengan mode bete.
"Nah, kayak gini kan jadi guanteengg ... Kata eyang, 'mantuku'!" seru Kanaya dengan mengulum senyuman.
Meskipun saat itu hati Reno berbunga-bunga di sebut 'mantu' tapi tatapannya ke arah uraian rambut panjangnya yang kini tergeletak di lantai, tatapan mata sedihnya seakan tidak rela meninggalkan rambut yang kini menjadi penghuni tempat sampah.
"Rambutku ... " lirihnya
...☘️☘️☘️☘️☘️...
B e r s a m b u n g ...
Jangan lupa tinggalkan jejak ya gaes ... Like, komen dan vote Readers sangat berarti untuk semangatku 🩷🩷