Karya ini murni karangan author sendiri ya guys 😘 maaf bila ada kesamaan nama tokoh, atau banyak typo 🙏
Karya ini lanjutan dari novel "Ku Penuhi Janjiku"
Kisah percintaan Bara dan Gala yang cukup rumit, rasa enggan mengenal yang namanya 'CINTA' membuat Bara memutuskan untuk menyendiri dan fokus bekerja.
akankah Bara menemukan cinta yang bisa menggetarkan hatinya?
Apakah Gala dapat menemukan kembali belahan jiwanya yang mampu menyembuhkan lukanya?
Yuk, simak terus ceritanya sampai habis ya😘
HAPPY READING 🥰
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Reni mardiana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kekecewaan Gala.
Seorang wanita dengan perut besarnya berdiri dari duduknya, ia menatap Gala dengan tatapan dalamnya. Sedangkan Gala, dia menampilkan raut wajah kekecewaan, apalagi ia bisa melihat buah cinta di bagian perut yang membesar dan pastinya ada sebuah nyawa disana.
"Gala." Panggil Seora.
"Bun, kenapa bunda sama daddy biarin dia masuk? Apa kalian mau menerima dia yang udah nyakitin Gala? Apa kalian mau Gala hancur?" Cecar Gala dengan wajah dinginnya menatap kearah kedua orang tuanya.
"Tidak sama sekali, nak. Bunda saja tidak tahu kenapa dia bisa masuk ke dalam, tadi kami sedang kumpul di belakang, belum sempat kita ngobrol kamu tiba-tiba datang." Jelas Renata. Ibu mana yang mau melihat anaknya kembali terluka, bahkan ia juga sudah berniat mengusir Seora, tetapi wanita tidak tahu diri itu malah duduk di sofa tanpa di persilahkan oleh pemiliknya.
Senyum manis mengembang di bibir Seora, hal yang selalu Gala rindukan ketika mereka masih bersama. Tetapi, sekarang semuanya telah berbeda. Senyum manis Seora seolah menjadi ejekan untuk Gala setelah semuanya terjadi, saat Seora hendak berjalan kearah Gala dengan segera Gala menghentikan langkahnya.
"Berhenti!" Ucap Gala dingin lengkap dengan sorot mata tajamnya.
Seora langsung menghentikan langkahnya, suara dingin Gala dan tatapannya menusuk relung hati Seora. Selama tiga tahun, tidak pernah sekalipun Gala membentak ataupun bersikap dingin padanya, kali ini ia dapat melihat sisi lain Gala yang bersumber dari dirinya sendiri.
Terdengar suara derap langkah berjalan menghampiri ruang keluarga yang tengah hening, meskipun banyak orang berkumpul disana, suasananya sangatlah terasa menegangkan. Violetta dan Azrio mengernyit melihat kedatangan Seora, ternyata wanita yang di jadikan pelabuhan oleh Gala benar-benar tengah mengandung seperti apa yang di katakan Jayden.
"Mau apa kau kesini, hah?! Udah bunting, gak tahu diri lagi? Gak malu apa, dateng-dateng bawa perut gede kesini?" Ketus Violetta. Tidak ada rasa kasihan dari Violetta melihat Seora yang tengah memegangi pinggangnya, ia yakin Seora sudah lama berdiri di tempatnya.
"Jaga emosimu sayang, ingat bayi kita di dalam sini." Ucap Azrio menenangkan Violetta seraya mengelus perutnya yang sudah mulai terlihat,
"Kak Vio, aku datang ke sini untuk menemui Gala. Aku mau meminta maaf padanya, aku sangat menyesal dengan apa yang telah aku perbuat padanya. Aku yakin Gala masih mencintaiku, tiga tahun bukanlah waktu yang sebentar. Maka dari itu, aku ingin kembali bersamanya dengan atau tanpa anak yang sedang aku kandung ini." Ucap Seora dengan tanpa rasa bersalahnya.
Violetta mengepalkan tangannya, dia berjalan kearah Seora dengan tatapan sengitnya. Violetta menatap dari ujung rambut sampai ujung kaki Seora, ia mengangkat sebelah tangannya ke udara dan..
PLAK..
"Kak V-" Ucap Seora terpotong.
PLAK..
Violetta tak mendengarkan ucapan Seora, ia menampar pipi Kanan dan Kiri Seora dengan kuat. Baginya, kebahagiaan adik-adiknya adalah hal utama. Seora hanyalah orang baru yang datang di kehidupan mereka, bahkan ia dan kedua adiknya membantu Seora sampai akhirnya bisa hidup lebih baik, kebenaran dimana kedua orangtua Seora meninggal pun Bara dan Gala yang mencari tahunya. Tak hanya itu, saat berada di negara K. Seora di bully sampai tak sadarkan diri, Bara dan Gala yang menjadi garda terdepan melindunginya.
"Iya, aku tahu tiga tahun itu tidak sebentar. Tapi, aku tahu bagaimana terlukanya adikku setelah tiga tahun bersamamu yang menjadi sia-sia, jangan karena kau cantik dan di gilai banyak pria membuat kau melayang di udara. Aku bersyukur, adikku dapat melihat dirimu yang sebenarnya sebelum ia benar-benar meminangmu, aku tidak bisa membayangkan bagaimana sakitnya dia dia di khianati jika sudah menikah." Papar Violetta dengan nafas memburu.
"Sayang, sudah." Ucap Azrio merangkul bahu istrinya.
Seora menahan sakit di kedua pipinya, ia menundukkan wajahnya lengkap dengan air matanya yang berjatuhan. Ingin sekali Gala merengkuh tubuh yang bergetar menangis di depannya, tetapi ia menahan semuanya dengan membentengi dirinya menggunakan rasa benci yang sudah ia letakkan di dalam hatinya.
"Pergi." Usir Gala.
"Gala." Lirih Seora. Ia mendongak menatap wajah Gala, perih sekali melihat tatapan yang dulunya penuh cinta kini berganti menjadi penuh kebencian.
"PERGI, AKU BILANG PERGI!!" Berang Gala semakin emosi melihat Seora.
"Gala, aku mohon jangan usir aku. Beri aku kesempatan untuk memperbaiki semuanya, aku janji akan menyingkirkan anak ini dan memulai hidup berdua denganmu Bubu." Ucap Seora memohon pada Gala, bahkan ia menggunakan jurus jitunya dengan memanggil panggilan sayangnya.
Gala mengeratkan gigi-giginya sampai sampai matanya pun ikut memerah, kedua orangtuanya menyaksikan bagaimana sikap Gala pada Seora, para kakaknya pun hanya diam ingin melihat sejauh mana Gala menghadapi sumber lukanya.
"Satu tahun kau menghilang, dalam satu tahun itu pula aku seperti orang gila mencarimu di negara lain yang aku pun tidak tahu arahku kemana. Beberapa waktu ini aku berusaha menyembuhkan lukaku, bahkan orang terdekatku pun merasakan sakit yang seharusnya tidak mereka rasakan juga. Katakan padaku alasan apa yang membuatmu pergi begitu saja? Apakah karena kau di gilai banyak pria? Apa kau pikir di sini bahkan di negara lain tidak banyak wanita yang mengejarku? Kekayaan, apa yang kau miliki harta atas dirimu? Bahkan apa yang kau nikmati adalah hasil perjuangan kakak iparku, lalu apa yang kau banggakan? Tidak ada, bahkan TIDAK ADA SAMA SEKALI. Aku harus mengucapkan banyak terimakasih pada kak Jiana, berkat dia dan juga kak Jay aku bisa tersadar dan terhindar dari orang sepertimu." Tutur Gala dengan menahan dadanya yang kian menyesak, tepukan di pundaknya membuat dirinya lebih tenang.
Seora seakan tertampar oleh penuturan Gala, entah apa yang membuatnya buta sehingga dengan mudahnya melepaskan orang yang selalu memberikan ketulusan padanya. Tangisan pilu terdengar begitu menyayat hati, namun tidak ada satupun yang memperdulikan tangisan itu, semuanya tertutup oleh rasa kecewa. Renata dan Bram sudah menganggap Seora sebagai anaknya sendiri, tetapi balasan Seora begitu mengecewakan. Jika saja Seora mengatakan kalau dia lebih memilih melepas Gala, tentu saja Gala akan merelakannya tanpa harus terluka lebih dalam dalam merasakan ketidak pastian selama satu tahun lamanya.
"Maaf." Lirih Seora di sela isakannya.
"Pergi." Ucap Gala dengan pelan.
"Gala, maafkan aku." Seora memelas di hadapan Gala, tangannya ia satukan di depan dadanya lengkap dengan lelehan air mata yang terus terjun dari kedua bola matanya.
"Mungkin dulu aku senang mendengar kata maaf mu dan menunggu semua kejelasan hubungan ini, tetapi tidakk untuk saat ini. Pergilah, aku telah menemukan seseorang yang jauh lebih baik darimu, dia sudah menyembuhkan lukaku." Ucap Gala datar.
Seorang pria berbadan kekar berjalan menghampiri Seora, ia membungkukkan badannya kala ia sudah berdiri di hadapan majikannya.
"Nona." Ucapnya.
"Bawa dia pergi dari sini." Titah Bara.
Seora menggeleng-gelengkan kepalanya, ia berusaha meraih tangan Gala. Namun, Gala berjalan mundur ke belakang menghindari Seora.
"Bawa dia sekarang juga! Atau aku yang akan menyeretnya keluar dari sini, aku peringatkan padamu. Hari ini adalah hari pertama dan terakhir kau menginjakkan kakimu di rumahku, aku tidak suka melihat penghianat." Ucap Gala dengan tegas.
"Nona, lebih baik kita pulang." Ucap bodyguard.
"Tapi, Sshh-." Seora tak melanjutkan ucapannya, ia merasakan nyeri di bagian perut bawahnya.
"Nona, ayo kita ke rumah sakit sekarang." Ucap bodyguard cemas.
Tubuh Seora merosot ke bawah dengan tangan memegangi perutnya, ia berharap Gala mau membantunya, tapi ternyata semuanya nihil. Bram memanggil maid untuk membantu memapah tubuh Seora keluar, tidak ada perlawanan dari Seora karena rasa sakitnya mendominasi dirinya.