Tania seorang gadis yatim piatu yang tinggal bersama paman dan bibinya yang kebetulan tidak memiliki keturunan. Di usianya yang ke 20 tahun ini Tania harus berjuang sendiri melanjutkan hidupnya karena paman dan bibinya pun sudah meninggal dunia.
Memiliki seorang sahabat yang baik, tentu merupakan anugerah bagi Tania. Shasa adalah sahabat yang selalu ada untuknya. Mereka bersahabat mulai dari SMA. Siapa yang menyangka persahabatan mereka akan berubah menjadi keluarga.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bunda RH, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Sah
Keesokan harinya.
Sekitar jam 8 pagi datang orang-orang vendor yang akan memasang dekorasi di dalam rumah. Tania terkejut mengetahui hal itu. Ia pikir pernikahannya kali ini akan dilaksanakan dengan sangat sederhana. Namun ternyata masih memakai dekorasi dan lain-lain.
"Sha, apa pernikahan ini nantinya akan dipublikasikan?"
"Kenapa memangnya?"
"Kalau pihak kampus tahu, aku pasti akan kena pinalti. Kan aku penerima beasiswa."
Shasa mengulum senyum.
"Ih kok malah senyum?"
"Gampang, kalau nanti kena pinalti biar abang yang suruh bayar. Kan, dia suami kamu. Cie... suami."
"Shasa... mana bisa aku ngerepotin."
"Ya Allah, Tania... kamu selalu begitu, sudahlah! Abang pasti bisa mengatasinya.
Shasa pun mengajak Tania untuk kembali ke kamar. Karena kalau Tania tetap di luar, ia akan banyak bertanya.
"Sekarang aku akan pasang henna di tanganmu."
"Ndak perlu, Sha."
"Tania, kamu mau menikah lho. Momen sakral seumur hidupmu."
"Tapi... "
"Ayolah... sederhana saja. Moment ini akan menjadi koment yang tidak akan kamu lupakan seumur hidupmu. Dan, biar abangku tambah terpesona nanti lihat kamu."
Akhirnya Tania pun setuju. Shasa mengambil bantal untuk menjadi tumbuhan tangan Tania. Ia pun mulai berkreasi di atas tangan Tania.
Siang harinya, orang katering pun datang membawa peralatan makan dan minum yang akan dipakai nanti malam.
Tidak terasa malam pun tiba. Sorenya Tania sudah dimake-up cantik oleh seorang MUA yang dipanggil langsung oleh bunda.
"Cantiknya mbak iparku." Puji Shasa yang baru saja masuk ke kamar Tania,
"Mbak, ini dari tadi mbak mantannya keluar air mata terus."
"Hem... dia pasti sedang teringat dengan orang tuanya, mbak. Bukan karena dinikahi paksa. Iya kan, Tania?"
Tania mengulum senyum dan mengangguk.
Di luar, beberapa orang sudah datang. Keluarga Opa dan juga keluarga dari Ayah Arif sudah berada di tempat. Opa sudah menunjuk seseorang yang tepat untuk menjadi wali hakim Tania.
"Sha, deg-degan nih."
"Tenang, santai... semua akan berjalan dengan lancar."
Setelah pemuka agama dan penghulu datang, maka acara akad nikah pun segera dimulai.
Setelah melantunkan khutbah nikah, Saif menjabat tangan wali dari Tania.
"Saudara Saifullah Rahman bin Arif saya nikahkan dan kawinkan engkau dengan Tania Azzahra binti Abdul Halim dengan mas kawin uang dua ratus juta rupiah dan perlengkapan alat shalat dibayar tunai."
"Saya terima nikah dan kawinnya Tania Azzahra binti Halim almarhum dengan mas kawin uang dua ratus juta rupiah dan perlengkapan alat shalat dibayar tunai."
"Sah sah... "
"Alhamdulillah... "
Do'a pun dibacakan oleh pemuka agama. Dan semua mengaminkannya.
Tubuh Tania gemetar mendengar kalimat itu. Tangisnya tak dapat terbendung lagi. Shasa memeluknya dengan erat.
"Selamat ya, mbak. Semoga pernikahan ini selamanya seumur hidup. Udah jangan nangis, nanti jelek."
Dini datang untuk memanggil mempelai wanita. Ditemani Shasa, Tania keluar dengan duduk di kursi rodanya. Meski begitu kecantikan Tania terpancar indah malam ini. Bahkan Saif tak dapat berkedip melihatnya.
"Tania, kalian sudah sah menjadi suami istri. Ayo sekarang cium tangan abang." Ujar Dini.
Dengan tertunduk malu Tania menggapai tangan Saif lalu mencium punggung tangannya cukup lama. Tangan itu terasa dingin, namun mendamaikan jiwa. Saif pun menunduk membacakan do'a sambil memegang kepala Tania.
"Dikecup dong, bang." Ujar Dini.
Dengan secepat kilat Saif mengecup ujung kepala Tania yang tertutup jilbab. Begitu saja sudah membuat Tania merinding disko. Moment tersebut diabadikan oleh fotografer dan videographer. Saif mendorong kursi roda Tania untuk sungkeman kepada kedua orang tuanya, Opa dan oma, serta saudara dari orang tuanya yang lain. Mereka memberikan selamat dan do'a kepada kedua mempelai.
Setelah acara foto bersama selesai, mereka makan bersama. Meski hanya keluarga saja yang diundang pastinya kurang lebih sekitar 100 orang.
Tania merasa sungkan berada di tengah-tengah mereka. Namun Shasa selalu mendampinginya. Saif sedang menemui sepupu dan saudaranya.
"Mereka semua adalah keluarga kita. Kamu tidak perlu sungkan nantinya."
"Aku malu, Sha. Satu pun keluargaku tidak ada."
"Hei, aku ini keluargamu. Jangan sedih-sedih nanti aku yang dimarahi abang."
Tania baru sadar jika saat ini ia sudah menjadi seorang istri. Hatinya semakin gelisah. Entah apa yang ada di pikirannya saat ini.
Shasa mengambilkan makanan untuk Tania. Tidak lama kemudian, Saif menghampiri mereka.
"Sudah makan?" Tanya Saif kepada Tania sambil mengusap kepala Tania.
Hal tersebut membuat hati Tania bergetar.
"Su-sudah, bang."
"Ehem... " Shasa berdeham melihatnya. Ia bagaikan obat nyamuk di antara mereka.
Saif melirik adiknya.
"Makan lagi, ambil yang kamu suka. Aku ke sana dulu ya."
"I-iya."
Setelah kepergian Saif, Shasa rak gentar menggoda Tania.
"Huh panas panas.... " Shasa mengisahkan tangannya pada wajahnya sendiri.
"Apaan sih, Sha?"
"Cie... duh jadi pingin nikah. Belum apa-apa udah meleleh ini."
"Sha... kamu tuh!"
"Mbak ipar, hatimu masih aman kan?"
"Embuh kah!"(Nggak tahu lah!)
Shasa terkekeh.
Sekitar jam 9 malam, tamu undangan mulai pulang satu persatu. Opa dan oma juga pamit pulang. Namun sebelum pulang, mereka memanggil pengantin baru.
"Opa nggak punya kado spesial untuk kalian. Ini ala kadarnya saja." Ujar Opa sambil memberikan sebuah amplop kepada Tania.
"Nduk, Opa titip Saif. Saif pernah gagal dalam berumah tangga. Tapi Opa yakin Saif ini orangnya bertanggung jawab. Nanti seperti apa pun rumah tangga kalian, tetaplah saling menjaga dan mengerti. Opa sama Oma do'a kan kalian cepat diberikan momongan. Jika pun Allah belum mengabulkan do'a kami, yang penting kalian hidup bahagia."
"Terima ka sih banyak, Opa, Oma. Tania hanya anak yatim piatu yang tidak memiliki siapapun di dunia ini. Menjadi bagian dari keluarga ini adalah hal yang sangat luar biasa bagi Tania. Insyaallah Tania akan menjalani semua ini dengan penuh tanggung jawab meski saat ini Tania belum bisa menjalankan tugas dengan maksimal." Ujar Tania dengan mata yang berkaca-kaca.
"Oma percaya, kamu orang pilihan, nduk. InsyaAllah rumah tangga kalian akan langgeng."
"Aamiin... "
Saif mengantar mereka sampai ke mobil.
Sekitar jam 10 malam, semua tamu sudah pulang.
Tania meminta tolong keoada Shasa untuk melepaskan aksesoris yang ia pakai. Tania juga membantunya untuk berganti pakaian.
"Seharusnya minta tolongnya sama abang."
"Ish, mulai deh."
Shasa terkekeh. Ia tidak dapat membayangkan bagaimana nanti kehidupan Tania dengan abangnya.
Setelah selesai membantu Tania, Shasa pun keluar dari kamar Tania. Saat ini Tania menghadap meja rias sedang menghapus mak-up nya.
Tok tok tok
"Iya, siapa?"
"Aku." Jawab Saif.
Hanya mendengar suaranya saja, hati Tania menjadi tidak karuan. Hal yang beda dari biasanya.
Tok tok tok
"Eh iya, masuk." Ujar Tania, gugup.
Saif pun memutar gagang pintu.
Bersambung....
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Maaf kak kemarin absen, pengaruh obat othor lemas dan ngantuk terus 🤕🥱
Ndak menahan ya..💃🏻💃🏻💃🏻💃🏻💃🏻