Clara, seorang dokter cantik yang bertugas di sebuah rumah sakit swasta harus menghadapi seorang pasien yang sangat menyebalkan.
Pasien ini membuat keributan di ruangannya pasca siuman setelah menjalani operasi pengangkatan sebagian jaringan hatinya yang rusak.
Robert Kingston seorang mafia kejam yang tiba-tiba harus berhadapan dengan seorang dokter yang sama sekali tidak takut dengannya.
Bahkan dokter perempuan itu berani mendebatnya dan sampai memukul lengannya saat wanita itu ingin mengganti perban bekas luka operasinya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tessa Amelia Wahyudi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab. 35
Clara buru-buru masuk ke rumah sakit setelah bicara dengan suaminya. Hari ini dia ada bertemu dengan seorang dokter baru yang akan menggantikan dirinya sebagai dokter bedah.
"Maaf, saya terlambat." ucap Clara ketika dia masuk ke dalam ruangan direktur yang sekarang menjadi ruangan kerjanya.
Sedangkan seseorang yang sudah menunggunya sejak tadi langsung memasukkan ponselnya ketika dia datang.
"Dokter Ricardo?" tanya Clara setelah membaca berkas-berkas yang ada di meja kerjanya.
"Benar, Miss or?"
"Panggil saja dokter Clara." ujar Clara dengan segala kerendahan hatinya.
Calon dokter penggantinya itu hanya tersenyum saja melihat betapa cantiknya direktur utama rumah sakit ini. Ada sebuah ketertarikan dalam dirinya untuk mengenal wanita ini lebih jauh.
"Oh, baiklah dokter Clara. Kalau begitu Anda juga bisa memanggil saya Ricardo." balas Ricardo.
Namun, di sela-sela pembicaraan mereka berdua tiba-tiba saja terdengar suara ponsel yang berdering. Dan ternyata itu ponsel Ricardo yang berdering.
"Silahkan jawab saja. Lagi pula interview kita juga sudah selesai. Mulai besok Anda bisa bekerja untuk menggantikan saya." kata Clara pada Ricardo.
"Baiklah jika begitu dokter Clara. Saya permisi." ucap Ricardo yang hendak keluar dari ruangan itu.
Namun, belum sempat dia keluar dari ruangan itu ternyata beliau sudah terbuka.
Ricardo melihat ada seorang laki-laki yang masuk ke dalam ruangan itu tanpa permisi. "Robert?" gumam Clara yang terkejut ketika melihat suaminya tiba-tiba sudah berada di tempat ini.
Yang tadinya Robert terlihat begitu bersemangat untuk bertemu istrinya kini malah terlihat kesal, karena dia melihat seorang laki-laki berada di ruangan istrinya.
"Honey, siapa dia?" tanya Robert sambil menatap tajam ke arah laki-laki itu.
"Astaga, berhenti bersikap seperti ini, Robert. Dia dokter Ricardo yang akan menggantikan posisi ku sebagai dokter bedah. Lagi pula kamu yang membuat ku harus bekerja sebagai direktur utama rumah sakit, ini bukan?" Robert diam seketika setelah mendapatkan ultimatum dari istrinya.
"Sudah selesai bukan? Kau bisa keluar karena aku ingin berdua dengan istriku!" usirnya pada Ricardo.
Bahkan dia sengaja merangkul pinggul Clara dan menunjukkannya pada dokter itu.
Sedangkan Ricardo hanya tersenyum Kecil menyaksikan kemesraan keduanya. Karena dia tau apa maksud dan tujuan laki-laki ini menunjukkan kemesraan dirinya dengan sang istri.
"Saya permisi dokter, Clara." pamit Ricardo sambil tersenyum pada Clara sebelum dia pergi meninggalkan ruangan itu.
Clara hendak membalas senyuman Ricardo, tapi dengan cepat Robert mengalihkan wajah istrinya hingga mencium bibirnya.
"Hemp..." Clara kaget sekaligus terkejut mendapatkan serangan mendadak dari suaminya.
Ya, Robert yang sudah terlalu kesal dengan hal ini langsung mencium habis bibir istrinya hingga membuat wanita itu kalang kabut mengimbangi aksi suaminya, sampai dia hampir kehabisan nafas.
"Itu hukuman karena kamu berani tersenyum pada laki-laki lain." ucap Robert dengan begitu santainya.
"Hah?" Clara terkejut mendengar apa yang di katakan suaminya.
"Ya, aku akan melakukan hal yang sama setiap kali aku melihat mu tersenyum pada orang lain, karena aku tidak akan membiarkan bibir ini tersenyum untuk laki-laki lain. Kau dan seluruh yang ada pada dirimu hanya milikku saja, Clara. Hanya milikku!" ucap Robert penuh penekanan.
"Mana bisa seperti itu? tidak mungkin aku tidak tersenyum saat ada orang yang tersenyum padaku. Mereka akan berpikir jika aku ini sombong!"
"Aku tidak peduli. Jika sampai kamu berani tersenyum pada orang lain, terutama laki-laki maka aku akan melakukan hal seperti tadi, bahkan jika itu harus di tonton banyak orang!"
***