(Sequel of Cinta Gavesha)
Chandra Arlando hampir lupa bagaimana rasanya jatuh cinta. Karena rasa sakit akibat pengkhianatan dari sang kekasih, nampaknya begitu sulit untuk disembuhkan. Semenjak saat itu Chandra memilih untuk menutup hatinya pada wanita siapapun. Hingga suatu saat ia mengenal Gavesha, namun sayang gadis itu mencintai Sagara sahabatnya.
Chandra merasa frustasi, cintanya selalu bertepuk sebelah tangan. Sampai ia berpikir kalau Tuhan tidak mengizinkannya untuk jatuh cinta. Sampai pada akhirnya, Chandra dipertemukan dengan Gricella. Gadis angkuh dan sombong yang nyatanya akan menjadi rekan bisnisnya.
Seiringnya waktu, benih-benih cinta dalam diri Gricella terhadap Chandra pun tumbuh. Chandra pun tahu bahwa gadis itu mencintainya, namun karena kehadiran cinta dari masa lalu Chandra membuat Gricella terluka. Akankah Chandra meminta maaf pada Gricella dan menerima cinta gadis itu? Ataukah Chandra kembali pada cinta lamanya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Eva Hyungsik, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Sikap Dingin
Gricella begitu gugup, namun rasa gugupnya menghilang saat Ayu mulai mencairkan suasana. Mengajaknya untuk sholat bersama, dan ada Karina juga yang ikut shalat berjamaah. Setelah sholat, Ayu mengajak kedua gadis itu untuk mengaji. Ayu tersenyum dan menatap kagum pada sosok Gricella saat mendengar gadis itu mengaji. Bahkan Karima pun ikut tersenyum bangga pada Gricella.
"Wah, suaramu sangat merdu Mbak! Aku sampai terharu mendengar kau mengaji," Karina mengusap sudut matanya yang hampir mengeluarkan air mata.
"Iya, Ibu pun begitu kagum padamu."
Gricella menunduk malu dan tersipu mendengar pujian dari keduanya. Gricella juga sangat beruntung karena sejak kecil ia dididik begitu keras oleh Sean mengenai agamanya. Gricella teringat ketika ia dan sang kakak tidak pergi mengaji, lalu dengan sangat marah Sean menghukum keduanya dengan memberi hafalan yang begitu banyak.
Setelahnya mereka kembali duduk sambil menikmati teh hangat di ruang keluarga. Tidak lama terdengar suara mesin motor memasuki pekarangan rumah, bukan hanya 1 tapi 2 motor. Ya, ternyata Chandra membeli satu motor lagi sebagai Investasi kantor yang akan digunakan oleh Fedi.
"Itu pasti Arlan dan Fedi pulang. Na, tolong kau bukakan pintu untuk mereka!" pinta Ayu seraya melirik ke arah pintu.
"Iya, Bu."
Benar saja, tidak lama terdengar suara salam dari keduanya. Karina pun membukakan pintu untuk keduanya.
"Tumben pulangnya barengan. Biasanya Mas selalu belakangan kalau pulang," ujar Karina seraya menyalimi tangan Chandra.
"Lagi tidak ada urusan, jadi langsung pulang saja." jawab Chandra
"Mas, Karina, aku masuk duluan ya!" pamit Fedi pada keduanya.
Chandra hanya bergumam begitupun dengan Karina yang hanya mengangguk. Fedi pun masuk ke dalam, dan dia semoat terkejut saat melihat ada Gricella di dalam sedang berbincang dengan Ayu.
"Oh, ternyata ada tamu." ujar Fedi.
Sementara itu Chandra yang mendengar ucapan Fedi pun langsung mendongakkan kepalanya dan melirik ke arah Karina. Karina paham dengan ekspresi wajah yang ditunjukkan oleh kakaknya itu.
"Ada Mbak Gricella di dalam,"
Chandra terkejut mendengar ucapan Karina. Bahkan matanya membulat sempurna.
"Serius? Ngapain dia kesini? Kok dia bisa tahu rumah kita?" cecar Chandra bertanya pada sang adik seraya berbisik.
Karina mengangkat kedua bahunya. "Mana Karin tahu! Karin pikir Mas yang ngasih tahu alamat rumah ini. Makanya dia sekarang ada di dalam," jelas Karina yang tentu tidak mau disalahkan.
Chandra tercengang mendengar jawaban sang adik, bahkan ia ditinggal begitu saja oleh Karina ke dalam rumah. Chandra masih berdiam diri duduk di kursi depan rumahnya. Nampaknya pria itu masih bingung dan heran bagaimana Gricella bisa ada di rumahnya saat ini.
Chandra menghela nafasnya, ia pun masuk ke dalam dan matanya langsung menatap ke arah gadis yang sedang tertawa bersama sang ibu. Sementara Karina baru saja duduk di sebelah Ayu.
"Assalamualaikum," ujar Chandra menyadarkan mereka.
Ayu, Gricella dan Karina pun menoleh.
"Waalaikumsalam," jawab ketiga wanita yang sedang duduk itu.
Chandra tersenyum pada sang ibu, dan mencium punggung tangan wanita yang melahirkannya itu dengan begitu takzim. Lalu Chandra melirik ke arah Gricella, ia hanya tersenyum tipis sambil menganggukkan kepalanya.
"Bagaimana kau tahu rumahku?" Chandra langsung bertanya tanpa berganti pakaian terlebih dahulu.
Gricella nampak tertegun mendengar pertanyaan dari Chandra. Bukan soal pertanyaannya, tetapi Gricella merasa aura dingin dari pria yang sedang bertanya padanya itu.
Gricella baru saja ingin menjawab pertanyaan Chandra. Namun terlebih dahulu Ayu menegur pria itu.
"Ganti dulu pakaianmu, Lan. Baru berbincang dengan Cella," tegur sang ibu.
Chandra semakin terkejut mendengar sang ibu menyebut nama belakangan Gricella. Terdengar begitu akrab dalam benak Chandra. Ayu mendengus kesal saat melihat putranya hanya berdiam diri saja.
"Sana pergi ganti baju kamu!" Ayu kembali menegur dan memerintahkan Chandra.
Chandra menghela nafasnya dan tidak menjawab atau memberontak pada perintah sang ibu. Ia pun nurut seperti kerbau yang dicucuk hidungnya. Ayu hanya menggelengkan kepalanya melihat sikap sang anak.
Kini Chandra sudah berada di dalam kamarnya. Pria itu masih bingung dengan kehadiran Gricella di rumahnya saat ini.
"Bagaimana dia tahu rumah ini? Bahkan aku tidak pernah membahas dimana aku tinggal," gumam Chandra.
"Sebaiknya aku tanyakan hal ini setelah mandi dan sholat," gumamnya kembali.
Setelah beberapa menit membersihkan diri, Chandra langsung berpakaian dan segera melaksanakan sholat Maghrib. Jam makan malam pun tiba, Chandra turun kebawah setelah Karina memintanya untuk segera turun.
Chandra berjalan menghampiri meja makan, disana sudah ada empat orang yang menunggu dirinya. Chandra langsung mendudukkan bokongnya di dekat Fedi, tepat berhadapan dengan Gricella.
Wajah datar Chandra kembali membuat Gricella tidak enak hati. Ia merasa kalau pria itu tidak suka jika ia datang berkunjung ke rumahnya. Rasa bersalah itu pun semakin menjadi saat Gricella mencoba menawarkan untuk mengambilkannya lauk yang dekat dengan dirinya.
"Kau mau ini?" tanya Gricella menunjuk cumi asam manis.
Bukannya menjawab pertanyaan Gricella. Chandra malah meminta Karina untuk mengambilkannya ayam bakar.
"Dek, tolong ambilkan Mas ayam bakar dan sambalnya," pinta Chandra.
Karina menaikan satu alisnya, lalu ia melirik ke arah Gricella.
"Mas gak mau cumi asam manisnya?" tanya Karina.
"Jangan banyak tanya, cepat ambilkan ayamnya!" titah Chandra kembali.
Karina pun hanya bisa menuruti apa yang diminta Chandra. Sementara itu Ayu sejak tadi memperhatikan apa yang dilakukan oleh Chandra. Ia tahu kalau putranya itu tidak suka dengan kedatangan Gricella. Ayu pun hanya bisa menghela nafasnya, karena merasa tidak enak pada Gricella akibat sang anak yang bersikap dingin pada gadis itu.
"Cella, tolong ambilkan Ibu cuminya!" Ayu tersenyum pada Gricella saat meminta gadis itu mengambilkan makanan tersebut.
Gricella yang sejak tadi menundukkan kepalanya karena penolakan dari Chandra pun akhirnya kembali mendongakkan kepalanya dan menatap ke arah Ayu. Gricella pun mengangguk dan mengambilkan cumi tersebut untuk Ayu.
"Terima kasih," ujar Ayu yang seraya menerima piring yang berisikan cumi asam manis buatannya sendiri.
Gricella pun tersenyum tulus. "Sama-sama, Bu." jawabnya.
Chandra bergeming, pria itu hanya fokus pada makanannya saat ini. Sepertinya ia tidak peduli dengan adanya Gricella di hadapannya saat ini.
Setelah makan malam yang dipenuhi dengan aura dingin. Akhirnya Gricella berpamitan pada Ayu dan yang lainnya. Ayu pun minta pada Chandra untuk mengantarkan Gricella sampai ke mobilnya. Namun Chandra seakan menolak, dan berkata begitu ketus.
"Dia punya kaki, Bu. Kenapa aku harus mengantarkannya? Dia saja datang ke rumah ini sendirian bisa, kok!" ketus Chandra.
Ayu yang sudah geram akan sikap putranya pun langsung memukul lengan pria itu.
"Jangan membantah, cepat!" Ayu meminta dengan sedikit membentak Chandra.
Hingga akhirnya Chandra pun mendengus kesal dan mengantarkan Gricella sampai di depan mobilnya. Ayu masih terus mengawasi putranya itu. Bahkan Ayu bersedia berdiri di depan pintu sambil menyilangkan kedua tangannya di depan dadanya.
Setibanya Chandra dan Gricella di depan mobil gadis itu. Chandra berdiri sambil memasukkan kedua tangannya di saku celana training nya.
"Dari mana kau tahu rumahku? Apakah kau menyelidiki dan mencari tahu tentang diriku, hmm?" Chandra menaikkan satu alisnya dan memberi tatapan dingin pada gadis itu.
Gricella menundukkan wajahnya, ia menyadari kesalahannya. Ya, dia salah karena tidak memberitahukan terlebih dahulu soal kedatangannya pada Chandra. Wajah jika Chandra marah dan kesal terhadap dirinya.
"Maaf, aku tidak memberitahukan dirimu sebelumnya. A-aku.."
"Sebaiknya kamu segera pergi dari sini, dan aku minta padamu untuk tidak datang kembali ke rumahku!" potong Chandra dengan sangat terang-terangan mengusir Gricella.