Dimas Seorang pekerja supir truk yang gak sengaja menabrak pekerja kantoran, tapi anehnya pandanganya gelap dan dia muncul didunia lain.
Sistem dewa naga terkuat menemani perjalananya menuju puncak kekuatan, dengan berbagai misinya Dimas mendapatkan berbagai harta yang sangat kuat.
Bagaimana perjalanan Dimas, Ikuti kisah keseruanya.
Gas... gua bakal up tiap hari sesuai mood, mungkin 2 chapter sampai 5 chapter perhari, kalau lagi mood bisa lebih.
Maaf jika ada kesalahan pada cerita, karena author hanya manusia, bukan nabi Boy.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rumah pena, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 13 - Aura Naga
Dimas masih berdiri tegap di depan, tubuhnya seperti tembok kokoh yang tak tergoyahkan. Aura kuat yang membalut tubuhnya bagai gelombang tak terlihat, namun dampaknya begitu nyata, membuat udara di sekitarnya terasa berat. Tangan kanannya terkepal erat, seolah siap melepaskan amukan kapan saja. Sementara itu, Dong San yang berdiri tak jauh darinya merasakan tekanan luar biasa itu. Wajah sombong Dong San yang tadinya dipenuhi rasa percaya diri kini berubah pucat. Dia tak lagi memandang Dimas seperti sebelumnya. Sosok yang ia kira hanya seorang lelaki biasa yang menempel pada Ling Yuan dan Putri Alexa, kini bagai raksasa yang berdiri di hadapannya.
"Apa... apa dia benar-benar manusia?" Dong San membatin dengan tubuh sedikit gemetar. Tangan yang tadinya siap menggenggam senjata sekarang malah berkeringat dingin. Nyalinya langsung ciut, seperti semut yang sadar dirinya ada di hadapan naga.
Di sisi lain, Alexa dan Ling Yuan juga bersiap siaga. Meski mereka tidak sekuat Dimas, keduanya tidak ingin menjadi beban. Putri Alexa sudah memegang pedangnya erat, aura kebanggaan keluarga kerajaan masih terpancar darinya. Sedangkan Ling Yuan yang lebih kalem, kedua tangannya sudah mengumpulkan kekuatan Qi, siap mengeluarkan teknik yang ia kuasai.
Puluhan pengawal yang ikut dalam perjalanan ini pun sudah membentuk formasi bertahan. Mereka berbaris rapi dengan tombak mengarah ke depan, perisai rapat di samping. Meskipun rasa takut tampak di wajah mereka, sebagai prajurit terlatih, mereka tetap mencoba menahan ketakutan itu.
Namun pusat perhatian tetap tertuju pada Dimas.
Dia tersenyum miring, menyeringai seperti serigala lapar yang baru mencium bau darah segar. Tatapannya tajam, penuh dengan semangat bertarung. "Sudah lama nggak ngehajar makhluk aneh," gumamnya pelan, suara beratnya nyaris seperti geraman.
Aura tubuhnya semakin kuat, bersinar samar dengan warna emas kebiruan. Itu adalah tanda peningkatan tubuh Dewa Naga miliknya yang kini sudah mencapai level dua. Tubuhnya terasa lebih padat, lebih ringan, namun jauh lebih kuat dari sebelumnya. Dia merasa seolah dunia ini bisa dia genggam dengan mudah.
Tanpa menunggu lebih lama, Dimas melesat ke depan. Kecepatannya tak tertangkap mata. Dalam sekejap dia sudah berada di tengah kawanan makhluk roh yang menyergap mereka. Pukulan pertamanya menghantam satu roh, menghasilkan ledakan keras. Roh itu terpental, tubuh asapnya buyar, lenyap seketika.
BOOOM!
Suara hantaman tinjunya memekakkan telinga. Getarannya membuat tanah bergetar, pepohonan di sekitarnya tercerabut dari akarnya. Riak dari kekuatan tinju Dimas menyapu bersih area sekitar, membuat para roh yang lain terseret mundur. Pohon-pohon tua di Hutan Roh itu ambruk seperti potongan kayu rapuh.
"Gilak..." desis salah satu pengawal yang menyaksikan dari belakang. Matanya terbelalak melihat bagaimana satu orang manusia biasa—setidaknya menurut mereka sebelumnya—bisa menghancurkan puluhan roh dalam sekali pukulan.
Namun Dimas tak berhenti di situ. Tubuhnya kembali melesat. Kali ini, kedua tangannya mengepal, satu menghantam ke kiri, satu lagi ke kanan. Setiap serangan meninggalkan bekas, menimbulkan gelombang angin yang keras. Para roh berjatuhan, tubuh mereka buyar seperti asap yang tertiup angin topan.
“Ini baru pemanasan,” kata Dimas dengan senyum penuh percaya diri. Dia menikmati pertempuran ini. Semakin banyak roh yang datang, semakin semangat dia menghancurkannya.
Dari jauh, Alexa menatapnya dengan mata berbinar. Kagum. Pria di hadapannya bukan sembarang manusia. Dia benar-benar monster dalam wujud manusia.
Ling Yuan yang biasanya tenang pun terpana. Dalam hatinya, ia bersyukur telah memilih Dimas sebagai pengawal pribadinya. Bukan hanya karena kekuatan pria itu, tapi juga keberanian dan ketenangannya menghadapi situasi berbahaya seperti sekarang.
Namun, seiring waktu berjalan, ada sesuatu yang aneh.
Setiap kali Dimas berhasil memukul dan melenyapkan para roh itu, tubuh asap mereka berkumpul kembali. Dalam waktu singkat, roh-roh itu membentuk dirinya lagi, seolah serangan Dimas tak berdampak apa pun.
Dimas mengerutkan kening. Dia melompat ke belakang, mengambil jarak sambil mengamati musuh yang baru saja dihajarnya. “Apa-apaan ini?” gumamnya. Tangannya mengepal lebih erat. Dia yakin serangannya barusan mampu menghancurkan apapun, tapi tidak pada makhluk roh ini.
Para roh itu berkumpul lagi, mengeluarkan suara-suara menyeramkan, desisan seperti angin yang lewat di sela tulang belulang. Tatapan mereka kosong, tapi aura haus darah mereka terasa pekat.
Dong San yang melihat itu, meskipun masih dalam keadaan takut, akhirnya bersuara. “Serangan fisik tidak ada gunanya! Ini roh! Kita butuh kekuatan jiwa untuk melawan mereka!”
Dimas menoleh cepat. “Kekuatan jiwa?”
Ling Yuan segera melangkah maju. “Benar. Roh semacam ini hanya bisa dikalahkan oleh serangan berbasis jiwa. Qi biasa atau serangan fisik tidak akan membuat mereka binasa selamanya.”
Seketika, suasana menjadi tegang. Di antara mereka semua, tidak ada satu pun yang menguasai seni serangan jiwa. Mereka adalah prajurit biasa, meskipun beberapa dari mereka kuat, tetapi tidak ada yang mendalami kekuatan jiwa.
“Terus kita harus gimana?” tanya salah satu pengawal dengan suara panik.
Dimas menyipitkan matanya. Ia mencoba berpikir cepat. Dia merasa ada sesuatu dalam dirinya, sesuatu yang selama ini belum sepenuhnya ia manfaatkan. Lalu, ingatannya melintas pada tubuh Dewa Naga miliknya. Di level dua, dia mendapatkan peningkatan aura naga sejati.
“Naga...” gumamnya pelan.
Tanpa berpikir panjang, Dimas melepaskan segel di tubuhnya. Aura naga sejatinya mulai merembes keluar. Awalnya samar, namun semakin lama semakin kuat. Aura itu membentuk riak di udara, warna keemasan yang bercampur kebiruan membalut tubuhnya seperti kobaran api yang tenang, namun mengancam.
Dan efeknya langsung terasa.
Para roh yang semula menyerang dengan brutal tiba-tiba berhenti. Tubuh asap mereka tampak bergetar hebat. Beberapa dari mereka langsung mundur perlahan, seolah takut pada sesuatu. Mata mereka yang kosong tiba-tiba menunjukkan ekspresi panik. Bahkan ada yang langsung berteriak lirih, lalu tubuhnya buyar tanpa disentuh siapa pun.
“Astaga... apa itu?” bisik Alexa yang masih berdiri di belakang Dimas. Dia bisa merasakan betapa dominannya aura itu. Tubuhnya bergetar, kakinya hampir lemas hanya karena berdiri terlalu dekat dengan Dimas.
Ling Yuan juga terpaku. Meski dirinya memiliki pengalaman berhadapan dengan banyak ahli kuat, dia belum pernah merasakan tekanan seberat ini. “Ini... kekuatan naga sejati...” gumamnya kagum.
Dong San, yang tadinya hanya menatap iri dan kesal, sekarang malah jatuh terduduk. Tubuhnya tak sanggup berdiri. Bahkan genggaman pada pedangnya terlepas, jatuh ke tanah.
“Aku... aku nggak salah lihat, kan?” katanya dengan suara parau. Nafasnya tersengal, seperti sedang menghadapi mimpi buruk.
Aura Dimas semakin meluap. Para roh mulai melarikan diri, menjauh dari sumber tekanan itu. Mereka tampak sangat ketakutan, tidak seperti sebelumnya yang begitu agresif. Dimas tersenyum tipis. Dia paham, aura naga sejatinya adalah predator alami makhluk roh semacam ini.
Namun, ada konsekuensi dari kekuatan ini.
Orang-orang di belakangnya mulai terpengaruh. Beberapa pengawal roboh, jatuh pingsan karena tubuh mereka tidak kuat menerima tekanan aura itu. Alexa berusaha menahan diri, tapi lututnya sudah gemetar hebat. Sementara Ling Yuan meskipun kuat, napasnya tersengal, dan wajahnya memucat.
Menyadari itu, Dimas segera menarik kembali auranya. Perlahan riak emas kebiruan di sekitarnya menghilang, dan atmosfer mencekam pun perlahan kembali normal.
“Ups,” Dimas tertawa kecil, mengangkat kedua tangannya seolah meminta maaf. “Kelewat semangat.”
Mereka yang masih sadar hanya bisa menarik napas lega. Meskipun beberapa masih menatap Dimas dengan pandangan aneh, antara kagum, takut, dan tidak percaya.
Ling Yuan melangkah mendekat. Meski napasnya masih berat, dia tersenyum tipis. “Kau benar-benar luar biasa, Dimas.”
Putri Alexa juga ikut mendekat, meski langkahnya goyah. Tatapan matanya berbeda dari sebelumnya. Ada rasa hormat yang dalam di sana. “Aku nggak nyangka, kau menyimpan kekuatan sebesar ini.”
Dimas hanya mengangkat bahu. “Aku cuma nggak mau pamer. Lagi pula, kekuatan ini baru sebagian kecil.”
Mereka bertiga tertawa kecil, meskipun situasi sebenarnya masih genting. Namun, setidaknya sekarang mereka tahu bahwa Dimas adalah tameng dan pedang paling kuat yang mereka miliki dalam perjalanan ini.
Dong San, yang masih terduduk di tanah, hanya bisa menatap punggung Dimas dengan mata yang tak berkedip. Dalam hatinya, dia merasa malu telah meremehkan pria itu. Kini, dia sadar bahwa dirinya benar-benar tidak sebanding.
Setelah memastikan semua baik-baik saja, mereka pun melanjutkan perjalanan melewati Hutan Roh. Meski beberapa roh kecil masih berkeliaran, mereka tidak berani mendekat. Aura naga sejati Dimas telah menciptakan batasan yang tak terlihat. Selama Dimas ada, para roh tidak akan berani menyerang.
Dimas kembali naik ke atas kereta kuda, duduk santai sambil bersandar. Dia tersenyum lega, meskipun dalam hati tetap waspada. Perjalanan mereka baru dimulai, dan reruntuhan kuno masih jauh di depan.
Namun setidaknya, untuk saat ini, mereka aman.
---
Bersambung...