Bebas dan seenaknya adalah dua kata yang dapat mendeskripsikan seorang Dilon. Walaupun Dilon selalu membuat masalah di sekolah, tapi para murid perempuan tetap memuja karena ketampanan dan gaya cool nya.
Entahlah apa Olivia, si murid pindahan itu bisa dibilang beruntung atau malah musibah karena menjadi satu-satunya yang bisa membuat Dilon jatuh cinta kepadanya. Bisakah dua orang berbeda kepribadian itu bersama?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon TK, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ingin Di Spesialkan
Dilon lalu menarik leher Olivia untuk di peluknya. Kepalanya Ia sandarkan di bahu perempuan itu, wangi parfume nya yang manis membuat pria itu merasa rileks.
"Lo hampir buat gue nangis, kalau temen-temen gue tahu gue hampir nangis mereka pasti bakalan ledekin gue," bisik Dilon.
Bibir Olivia melengkungkan senyuman, Ia pun membalas pelukan pria itu tidak kalah erat. Tumben sekali pikirnya Dilon tidak gengsi berterus terang begitu, mungkin karena hanya ada mereka berdua.
"Dilon aku minta sama kamu untuk jadi diri kamu sendiri saat bersama aku, aku ingin diperlakukan lebih spesial dari siapapun, " ucap Olivia.
Dilon pun merenggangkan pelukannya, "Lo yakin mau lihat gue yang sebenarnya?" tantang nya.
"Iya, karena itu berarti aku adalah orang yang spesial di hidup kamu," kata Olivia tanpa ragu.
"Gue gak yakin, tapi gue bakal coba," jelas Dilon sambil tersenyum tertahan.
Olivia jadi penasaran bagaimana sosok Dilon yang sebenarnya ini, apakah mungkin lebih buas? Tidak-tidak, pria itu pasti akan bersikap baik saat bersamanya. Olivia berharap begitu.
Perempuan itu lalu beranjak untuk membawakan minuman untuk Dilon, untung saja di kamarnya selalu tersedia botol air minum karena malas bolak-balik turun tangga.
"Nih minum dulu, pasti haus tadi udah teriak-teriak," kata Olivia sedikit meledek.
"Lo juga tadi nangis, bukannya lebih capek dari gue?" balas Dilon lalu meminum air putihnya sambil tersenyum menyeringai.
Mengingat itu membuat Olivia jadi malu lagi, sampai Ia memegang pipinya yang memerah. Mau bagaimana lagi, Olivia benar-benar bingung saat itu tidak tahu harus apa agar Dilon bisa tenang.
"Dilon, lain kali jangan begitu lagi ya. Terserah mau saat ada aku atau enggak," pinta Olivia sedikit memelas.
"Gue gak tahu, tapi kayanya bakalan sulit," jawab Dilon sambil menghela nafas berat.
Olivia tahu sikap emosional Dilon itu karena luka batinnya, mungkin banyak masalah yang harus ditanggungnya hingga membuat pria itu seperti itu. Dan Olivia lah yang harus bisa menyembuhkannya.
"Kalau lo biasanya suka marah gitu juga gak sama Bokap Nyokap?" tanya Dilon, walau sudah tahu jawabannya.
"Kalau marah gitu sih enggak, cuman ngambek aja," kata Olivia.
"Dasar anak manja!" ledek pria itu.
"Ish aku gak manja lah, aku juga kan bisa marah," gerutu Olivia membela diri.
Saat keduanya sedang asik mengobrol, ketukan pintu kamarnya membuat perhatian Olivia teralih. Ia pun segera beranjak untuk melihat, dan ternyata itu adalah Mamanya.
"Oliv, Mama kira kamu belum pulang," ucap Keisha, Ia dengar dari pembantu tadi katanya Olivia sudah pulang.
"Hehe sudah kok, ada apa Mah?" tanya Olivia sambil tersenyum kikuk.
"Kamu habis main dari mana sih? Kata Kei kamu pergi sama Dilon ya? Kok gak bilang-bilang sama kami sih?" Keisha terlihat protes.
"Em ya em itu--"
Tiba-tiba pintu yang tadinya hanya Olivia buka sedikit, terbuka lebar karena tarikan seseorang. Dilon terlihat tersenyum lebar lalu menyapa wanita paruh baya itu.
"Hallo Tante, ini aku di sini," sapa Dilon sambil melambaikan tangan.
Kedua mata Keisha terlihat terbelak lebar, "Loh-loh, kok ada Dilon?" tanyanya terkejut.
"Hehe iya Tante, maaf ya tadi gak nyapa Tante sama Om. Tapi rencananya mau sekarang kok," kata Dilon beralasan.
Pria itu pun menyalami tangan Keisha sopan, Dilon tersenyum geli melihat ekspresi Mama Olivia yang masih terkejut. Jika diperhatikan, benar-benar mirip Olivia dekali.
"Olivia ih kalau ajak Dilon ke rumah itu jangan disembunyiin dong, temuin juga sama Mama dan Papa," ucap Keisha menggerutu.
"Bukan gitu Mah tapi-"
"Kayanya Olivia masih malu-malu Tante kenalin aku sama kalian, ya sebenarnya aku juga sedikit gugup," sela Dilon berusaha menjelaskan.
Keisha lalu menepuk-nepuk tangan remaja itu, "Ya ampun Dilon jangan malu gitu dong, pintu rumah selalu terbuka untuk kamu."
Lagi pula kan Dilon ini anak teman kerja suaminya, apalagi yang punya pengaruh besar juga. Keisha tentu sangat senang putrinya memiliki hubungan dengan lelaki itu, Ia juga sangat mendukung.
"Ya sudah ayo kita ke bawah, di halaman belakang lagi bakar-bakar loh," ajak Keisha.
"Bakar apa Mah?" tanya Olivia bingung. Ia kan tidak ada di rumah, jadi tidak tahu.
"Sosis-sosisan, kemarin kan Kai beli banyak dari Super Market," jawab Keisha.
Sebelum wanita paruh baya itu pergi, Ia sempat lirik-lirik an dengan Olivia seolah meminta anaknya itu mengajak Dilon ke halaman belakang. Olivia hanya mengangguk pelan, dan menyuruh Mamanya pergi lebih dulu lewat kibasan tangan.
"Mau gabung ke bawah?" tanya Olivia, kalau Dilon tidak mau juga sih tidak masalah.
"Terserah lo, gue ikut aja," jawab Dilon.
"Ya sudah deh kita ke sana aja yuk, kamu juga pasti laper kan?"
"Hah? Enggak tuh, biasa aja," bantah Dilon sambil mengusap perutnya yang padahal sedikit kosong.
Olivia hanta tersenyum mendengar itu, Ia lalu berjalan lebih dulu untuk menunjukkan jalan. Melihat pria itu yang sudah tenang dan seperti biasa, jujur saja membuat Olivia lega sendiri.
Perempuan itu jadi berpikir, jika dirinya tidak ada di sisi Dilon saat pria itu emosional lagi, bagaimana ya? Olivia jadi khawatir Dilon melakukan hal gila. Olivia ingin selalu di sisinya untuk menjaganya.
Baru saja keluar dari pintu menuju halaman belakang, keduanya sudah bisa mencium wangi bakar-bakar an yang enak. Terlihat di dekat gazebo, keluarga kecilnya sedang asik dengan kegiatan di sana.
"Hallo Kak Dilon, ayo-ayo sini!" teriak Kai dari kejauhan sambil melambaikan tangan.
Dilon pun membalas lambaian tangannya sambil tersenyum malu-malu. Semakin dekat, entah kenapa pria itu merasa semakin gugup. Sepertinya karena akan bertemu dengan Papa Olivia.
"Kak Dilon kapan kesini? Tadi aku kira itu bukan Kakak," tanya Kai langsung berusaha mengakrabkan diri.
"Kakak juga baru datang kok, terus Tante langsung ajak kesini kayanya lagi bakar-bakar," jawab Dilon.
"Iya Kak sekalian makan siang, kebetulan banget Kakak lagi main kesini." Kai terlihat senang sekali melihat pacar Kakaknya hadir di sana.
Keisha lalu menyodorkan piring kosong pada Dilon, "Nih kamu bawa nasinya dulu, makanannya kata Papa sebentar lagi juga matang," perintahnya.
Dilon mengangguk lalu menerima piring itu. Pria itu terus mengekori Olivia, tidak mau jauh-jauh darinya. Sesekali Dilon melirik pria paruh baya di kejauhan sedang membakar, entah dorongan dari mana Dilon pun memutuskan menghampirinya.
"Siang Om, kenalin nama aku Dilon," ucapnya memperkenalkan diri.
Kevin pun menghentikan kegiatannya memfokuskan pandangan pada remaja itu. Memperhatikan penampilannya dalam dengan tatapan dalam, seperti sedang menyelidiki.
"Jadi kamu pacarnya Olivia?" tanya Kevin.
"I-iya Om, senang bertemu Om," jawab Dilon sedikit gagap karena gugup.
Tetapi tanggapan Papanya Olivia itu ternyata hanya deheman pelan, lalu kembali melanjutkan pekerjaannya. Dilon merasa canggung sendiri, apa dirinya di cuekin?