SEMUA GARA-GARA PARIJI
Ini Novel harusnya horor, tapi kenapa malah komedi, saya yang nulis juga bingung, tapi pasti hororlah.
KOK dengan huruf yang terbalik, ya semua serba terbalik di dalam novel ini, tidak ada yang sesuai dengan semestinya, dan jangan berpikir dengan nalar, karena nggak akan masuk di otak kita.
Jangan dipikir dengan otak normal, karena akan bikin kram otak.
kebalikan adalah keasikan, ingat baliklah hidup kalian agar mengalami sesuatu yang luar biasa!
KOK,
Kalok dibilang time travel kok rasanya nggak jugak, tapi ada yang hilang dan bertambah di dalam diriku.
KOK gini rasanya, KOK aku ada disini, KOK aku diginiin, KOK aku harus ada di sini, KOK sakit gini, KOK KOK KOK KOK semua harus KOK.
Jangan takot, gitu kata orang yang aku temui, tapi KOK rasanya takot tapi enak dan menyenangkan..
Itulah KOK yang dibalik
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mbak Bashi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
32. DIYAMBH!
“Eh mbak, saya boleh misoh nggak disini?”
“Boleh…… Tapi dalam hati aja mas, ini kan masih malam hari, Oh iya….nggak usah dengerin omongan WIldan tentang harus sopan dan berkata baik disini, kalau mau misoh silahkan mas”
Yancok, aku dan Celenk sedang dalam masalah, masalahnya yaitu per homok an dan perkenthuan. Nggateli iki, kok ya ada koyok gini ini yancoook.
Wito mintak kembtugh, Wildan minta di kembtugh, ini aneh. Tapi seharusnya mereka berdua bisa kerja sama kan, jadi nggak sampai bikin susah orang lain.
Tapi nek masalah ini nggak diselesaikan, kuntilaku nggak akan sembuh, selamanya akan koyok belut gini.
Opo ini karmaku ya, apa karena aku sering main sama warior ya, tapi kan aku bayar mereka, dan mereka kasih jasa ke aku.
Lalu apa hubunganya dengan yang dikatakan si Wito tentang asbak berbentuk kuntila ya. Aku makin bingong, kayaknya nggak ada penyelesaian, satu masalah, sambung masalah lain, sambung lagi yang lain.
Gak selesai-selesai cok!
Hufff desa ini sepi sekali, rasanya ada yang janggal., biasanya sehabis hujan kan ada suara kodok atau suara uler eh ular ding, lha ini sama sekali nggak ada suara apa-apa.
Suwepiiii disini…. koyok di dalam sebuah ruangan kedap suara, telingaku sama sekali nggak dengar suara apapun, cuma suara dehsahan nafas si Jum aja yang kudengar.
“Ini masih jauh ta mbak Jum?”
“Ssst nggak usah cerewet, nggak usah banyak tanyak, tau nggak di depan kita ini banyak alusan yang selalu menghadang kita, dari tadi Jum ini berusaha usir mereka biyar nggak masuk ke tubuh mas Parijik”
“Lho mosok mbak”
“Mosak mosok mosak mosok.. Jadi lakik itu jangan cerewet, ikuti Jum aja mas”
“Ikot kamu jadi bantji ta mbak?”
“Ssssttt diyaambh, tak tusok lho yo kalok omon omon lagi!”
Siapa sebenarnya di Jum ini, kenapa dia begitu antusias bantu aku, atau dia memang nggak suka sama WIldan, tapi kalau seandainya dia nggak suka sama Wildan, harusnya dari dulu dia lakukan sesuatu kan.
Heran juga ada warior kayak gini, dia juga bisa liat mahluk halus dan bisa lakukan sesuatu agar barang halus itu nggak masuk ke tubuhku. Teka teki satu belum terjawab, sekarang aku harus berpikir siapa ini yang sedang bersama aku.
“Eh ini desa kok sepi ya mbak?” bisikku
“Ya sepi, kan malam hari… kalok rame ya di pasar mas!”
“Wiiiiiik ketusnya rek”
“Ssst diambh kita hampir sampai mas, itu di depan sana itu tempatnya”
Jum menunjuk pada rerimbunan rumpun bambu yang letaknya diluar jalan desa, tapi di bambu-bambu itu nggak ada rumah tinggal, cuma rumpun bambu yang sangat rimbun saja.
“Nggak ada apa-apa disana mbak Jum, rumah Wildan bukan disitu mbak”
“Ya memang bukan disitu mas, yang bilang itu rumah Wildan siapa, Jum kan cuma bilang disana itu tempatnya”
“Ndeh!”
“Nggak usah ndah ndeh ndah ndeh mas, ayo cepat jalan, jangan lelet koyok syelet gitu”
Bantji gendeng tibake ini, waduh jangan-jangan aku salah orang ini, jangan-jangan Jum ini orang gilak. Aku harus waspada, bisa-bisa aku disyelet dan disiksa iki.
Koyoke pantes kalok dianggap orang gilak, Jum tinggal sendirian di rumah yang jauh dari tempat tinggal penduduk desa, dia punya warung yang letaknya ada di bawah pohon beringin.
“Hayooo mbatin saya ya mas” bisiknya
“Nggak kok mbak, situ aja yang sok tauk”
“Iya….mas Parijik mbatin saya kan”
“Huuufff, saya ini orang baik mbak, tolong saya jangan diperkhosa dan dibunuh mbak”
“Ssssst nggak usah banyak omon…. diembh, liat di sebelah kiri itu apa”
“Nggak ada apa-apa mbak Jum, ada apa memangnya?” Sebelah kiriku cuma pohon dan semak aja, nggak ada apa-apa.
“Nggak ada apa-apa mas, Jum cuma tanya ada apa di sebelah kiri ini”
Warior gilak!
Sialan, kenapa juga dengan Jum ini, dari tadi dia bikin statement yang aneh dan nggak mutu, padahal lagi serem-seremnya disini, asyuuu!
Aku merasa bagian belakangku ini banyak yang ngikuti aku, rasanya koyok kita ini lagi karnaval, sedangkan aku dan Jum adalah pimpinan karnavalnya.
Tapi aku diamb aja, aku nggak mau lapor Jum, nanti pasti disuruh diam. Tapi kayaknya aku sekarang tau jalan ini, kalau nggak salah belok kiri itu nanti ke warung mbak Jum, sedangkan kalau tempat WIldan itu lurus aja.
Tapi setiba kami di perempatan, Jum cuma diam saja, dia kayak sedang mendengarkan sesuatu, tapi aku sama sekali nggak mendengar apa pun.
“Eh kenapa mbak Jum?”
“Nggak bener ini mas, eh kita cari tempat sembunyi dulu mas, ayo cepaat”
Mbak Jum menarik aku ke salah satu rumah penduduk yang ada disitu, kami sembunyi di antara tanaman yang ada di halamannya.
Aku nggak tau apa yang sebenarnya Jum takutkan, hanya saja, dari degub jantung, sepertinya dia benar-benar sedang dalam keadaan khawatir.
“Mas…Diambh dan jangan menimbulkan suara apapun ya. Jum merasa sebentar lagi ada sesuatu yang akan lewat di depan kita.”
Aku diam saja, karena kalau aku respon apa yang dia tadi katakan, nanti aku dikatakan cerewet lah..
“Kok diamb mas, nggak omon-omon kayak tadi?” bisik Jum
“Nggak papa mbak, dari pada nanti dikatain cerewets”
“Lha nggak papa mas tanya aja, ada apa dan apa yang akan datang ini”
“Eh apa yang akan kita temui ini mbak?” aku ngalahi wis, dari pada diolok lagi
“Wildan…. dia akan lewat sini bersama dengan peliharaanya”
“Peliharaanya,....anjing gitu maksudnya mbak?”
“Ssst diamb, tanyak terus sih, cerewet sekali mas ini”
Yancok, kenak semprot lagi, padahal tadi dia yang nyuruh aku tanya sesuatu, tapi akhirnya disuruh diamb juga.
Perlahan aku mendengar suara langkah kaki yang menuju ke arah kami….
Tapi suara langkah kaki yang kudengar ini nggak cuma sepasang kaki, melainkan… eh satu, dua, tiga. Ada tiga pasang kaki yang akan lewat di depan kami berdua. Artinya akan ada tiga orang yang akan lewat di depanku sini.
“Diamb mas….” bisik Jum sambil memegang tanganku.
Suara gesekan tanah dengan tiga pasang telapak kaki semakin mendekat ke arah kami…. Semakin dekat dan akhirnya lewat di depan kami berdua yang sedang sembunyi di tanaman rumah penduduk disini.
Ya Tuhan…. Aku salah sangka, dari tempat kami sembunyi aku bisa lihat yang lewat di depan kami ini. Ya memang ada Wildan, tetapi Wildan bukan membawa anjing sebagai hewan peliharaanya.
seru ,...
mimpi yang sangat panjang ya ji.... mimpi yang nggak pernah bangun-bangun...
Hendrik dalam bahaya dong....
asal nebak hhhhh😁
operasi dimana bisa nyembul gede sana sini...???🤣