Mencintainya bukan bagian dari sebuah kesalahan,namun melupakannya adalah sebuah keharusan, meskipun bukan sebuah keinginan.
Mampukah Rayyana mendapatkan cintanya atau sebaliknya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon farala, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 22 : Semakin dekat
Abian memarkirkan mobilnya di garasi,dia melihat arloji yang melingkar ditangan kanannya.
"Apa dia salah makan, aneh saja ngeliat mobilnya udah ada,padahal ini baru jam delapan malam." Abian masuk ke dalam rumah, Lita menyambut kedatangan Abian yang baru dia lakukan kembali setelah empat tahun Lita mengabaikan keberadaan suaminya itu.
"Baru pulang sayang."Lita mendekat, ingin mencium bibir Abian, tapi Abian menghindar.
" Aku lelah. "ujar Abian dingin.
" Kamu kenapa Bian?ini kan yang kamu inginkan dariku?"Lita terbawa suasana, nada bicaranya naik satu oktaf melihat Abian yang begitu cuek dan dingin padanya.
"Justru aku yang bertanya, kamu ini kenapa? jangan membuatku tertawa dengan kelakuanmu itu.. lakukan seperti biasa saja."Abian berlalu dari hadapan Lita.
"Ohiya.. aku akan menemui ayahmu sesegera mungkin, dan siapkan dirimu,kita akan bercerai, aku akan menyiapkan semua berkasnya."lanjut Abian.
Lita menatap nanar kepergian Abian, hatinya mulai gelisah.dia mulai berjalan mondar mandir sambil menggigit kuku tangannya. "Nggak, aku nggak boleh bercerai dengannya.tapi bagaimana caranya aku bisa memenuhi permintaan ayah Alfian, jelas Abian nggak akan pernah menyentuhku lagi. " kesalnya dalam hati, dia terus memutar otak agar sebuah keajaiban bisa terjadi. "Tunggu, tadi aku sempat membeli obat,aku harus memanfaatkan ini, mungkin ini akan menjadi kesempatan terakhirku." dia mengambil tasnya yang tergeletak di atas meja makan, mencari sebutir obat yang berfungsi untuk menaikkan hasrat bercinta seseorang.
"Ah.. aku menemukannya."dengan seringai licik di bibirnya, dia memasukkan obat tersebut ke dalam sebuah gelas yang berisi air minum, dan membawanya ke kamar.
Lita melihat Abian yang duduk di sofa, membawa air minum dalam gelas dan meletakkan di depan Abian.
" Bian,, tidak bisakah kau pikirkan sekali lagi? aku akan berusaha memperbaiki semuanya. "
"Terlambat Lita, aku sudah memberimu banyak kesempatan, tapi telingamu seperti sudah tuli, tidak pernah mau mendengarku sama sekali. aku suamimu, aku berhak atas dirimu, Allah akan melaknat ku jika aku tidak bisa membimbingmu,tapi aku sudah lelah,batas kesabaran ku habis, aku menyerah dengan pernikahan ini." Abian mengambil gelas yang Lita simpan di atas meja dan meminumnya sampai tandas.
Lita tersenyum sinis,"kau tidak akan pernah menceraikan ku Bian"batinnya.
Lima menit setelah air itu masuk ke dalam lambungnya, tiba tiba saja, kepalanya pusing, kantuk datang menyerang dan...
"bruukkk." Abian ambruk,tubuh tinggi atletis itu jatuh terjerembab di atas tempat tidur.
Lita keheranan,"Apa yang terjadi?kenapa dia seperti ini?harusnya sekarang dia sudah mulai melakukan tugasnya, apa aku salah memberinya obat?"alih alih menghampiri Abian,Lita justru berlari ke lantai bawah dan membuka tasnya kembali.setelah memeriksa cukup lama, akhirnya dia sadar kalau dia salah memberikan obat pada Abian.
"Siaallll, kenapa bisa salah sih, harusnya yang ini.. aahhh."Lita kesal sendiri.
Lita tidak kehabisan akal,dia kembali ke kamar,membuka pakaian Abian dan pakaiannya sendiri, kemudian mengambil gambar seakan akan mereka baru saja selesai bercinta.
Lita sengaja tidak mengenakan sehelai benang pun,hanya menutup tubuh polosnya dengan selimut, agar saat Abian bangun keesokan harinya dia akan mengira kalau mereka telah menghabiskan malam bersama.
Dan sungguh di luar dugaan, Abian bangun di pagi hari tanpa memperdulikan Lita yang dengan sengaja memeluknya.melihat tubuhnya yang tidak mengenakan sehelai benang pun,begitupun dengan Lita tidak membuatnya luluh, dia bangkit dari tempat tidur, menghempaskan tangan Lita yang melingkar di dada bidangnya.
" Kurang ajar, bisa bisanya dia berbuat begitu kasar padaku. "kesal Lita dalam hati dengan mata yang masih terpejam. dari tadi dia sudah terbangun, ingin melihat reaksi Abian, ternyata Lita harus di buat kecewa dengan sikap Abian barusan.
Abian sudah mengenakan pakaian saat Lita baru saja membuka matanya.
" Ini jam berapa sayang,, kamu sudah ingin berangkat ke rumah sakit,, ooohh, maafkan aku, aku ketiduran, tubuhku serasa remuk setelah melayani mu sepanjang malam."bohongnya.
Abian tidak berbicara sepatah katapun, dia hanya menatap tajam pada Lita.sepuluh menit kemudian dia mendekat ke tempat tidur dan membisikkan sesuatu di telinga Lita.
"Jangan terlalu bermimpi !!aku sama sekali tidak merasakan apapun, menciummu saja aku sudah lupa seperti apa rasanya!! "Abian berlalu setelah mengatakan kalimat yang membuat Lita tidak bisa berkutik sama sekali.
"*****, aku lupa kalau dia seorang dokter. " Lita mengumpat saking kesalnya.
Abian melajukan kendaraanya dengan mood yang sangat buruk,tidak ada senyum sedikit pun.
konsentrasinya terpecah saat ponsel yang dia simpan di dalam laci dashboard berdering.di layar tertulis nama suster Devi.
"Hallo, assalamu'alaikum sus."
"Waalaikum salam dok. " balas Devi dari balik telpon.
"Dokter udah di rumah sakit? " lanjut Devi.
"Belum, ini masih di jalan. "
"Dok boleh minta tolong nggak, ini juga kalau dokter nggak keberatan. "
"Katakan."jawab Abian singkat.
"Dok, aku di rumah kak Rayya, tadi pagi dia terjatuh di kamar mandi, kakinya terkilir,terus hari ini ada pertemuan penting dengan semua koordinator ruangan di rumah sakit,dan aku harus menggantikan kak Rayya, soalnya dia nggak bisa masuk kerja hari ini. boleh nggak minta tolong dokter jagain kak Rayya bentaaarrr aja??" ujar Devi penuh permohonan.
"Baiklah.. aku segera ke sana." jawab Abian penuh kekhawatiran.
tok.. tok.. tok..Abian tiba di depan rumah Rayya lebih cepat dari perkiraan.
"Tunggu bentar!?"teriak Devi.
"Siapa Vi?" tanya Rayya dari dalam kamar.
"Mungkin dokter Abian kak Ray.. "
"Dokter Abian.. kenapa dia ke sini? " Rayya menatap penuh tanya pada Devi. Devi yang di tatap malah cengar cengir tidak jelas.
"Aku yang menelponnya. " ujar Devi sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
"Astagfirullah Devi, kenapa kamu menelpon dokter Abian? " Rayya menepuk jidatnya.
tok.. tok.. tok..
"Assalamu'alaikum."
"Waalaikumsalam, tunggu dok. "
"Aku buka pintu nya dulu ya kak." Devi berlari meninggalkan Rayya yang menatapnya penuh dengan amarah.
Bagaimana Rayya tidak marah, tanpa sepengetahuan nya, Devi menghubungi dokter Abian.padahal banyak rekan kerja yang bisa Devi panggilkan untuk menemaninya, kenapa harus dokter Abian.
kreeekkkk.... pintu terbuka.
"Silahkan masuk dok. maaf mengganggu waktu anda sepagi ini. " Devi terlihat sungkan saat melihat Abian berdiri di depannya.
"Bagaimana keadaan kak Rayya? "Abian kelihatan sangat khawatir, itu terlihat dari raut wajahnya.
" Kaki kanannya merah dan bengkak."ujar Devi.
Abian masuk dan duduk di sofa yang sama seperti kemarin saat dia berkunjung ke rumah Rayya dengan alasan ingin meminjam toilet.
"Kak Ray.. " Devi menghampiri Rayya yang terlihat masih marah.
"Apaaa.. " jawabnya ketus.
"Ya.. jangan marah dong kak, Devi minta maaf, ok. aku bingung mau menelpon siapa, Yanti bisa ke sini tapi nanti agak siang, kakak kan tau pekerjaan kita seribet apa.. kebetulan juga pasien dokter Abian nggak terlalu banyak.maaf ya kak Ray.. " Devi menangkup kan kedua tangannya di depan dada dengan memasang wajah memelas.
Rayyana menghela napas.. "hhhhhhh.. "
"Sudahlah.. " jawabnya pasrah."Mau bagaimana lagi, toh orangnya juga sudah di sini, nggak mungkin kan aku usir. "batin Rayya.
Devi pamit setelah mengobrol sebentar dengan dokter Abian.
" Kak Ray, aku pergi dulu ya.."serunya sedikit berteriak.
"Assalamu'alaikum.. "
"Waalaikumsalam."jawab Abian dan Rayya hampir serempak.
Beberapa saat terjadi keheningan setelah Devi pergi, tapi Abian segera mencairkan suasana dengan berjalan mendekati Rayya yang sedang berdiri di depan kamar.
" Bagaimana kakimu? "tanyanya lalu berjongkok memperhatikan bagian yang merah dan membengkak di sana.
Tangan Abian memegang pergelangan kaki kanan Rayya.
" Aauuhhh.. sa.. sakit.. "keluhnya.
" Makanya kalau jalan itu hati hati.udah di kompres belum? "
"Udah, di kompres ama Devi tadi. "
"Ini bengkak sekali loh, sebaiknya kamu istirahat aja dulu."Abian berdiri, menatap Rayya yang raut wajahnya sedang menahan sakit.
" Iya.. "Rayya berbalik ingin masuk ke dalam kamar, tapi sialnya tidak ada apapun yang bisa dia pegang agar bisa sampai di sisi tempat tidur.tadi masih ada Devi yang membantunya, tapi sekarang,sisa Abian yang berada di jangkauan matanya.
Melihat Rayya yang seperti kesusahan, Abian dengan senang hati menawarkan diri untuk membantu Rayya.
" Boleh aku bantu? "tanyanya hati hati.
Masalah nya dia harus masuk ke dalam kamar seorang wanita single, hanya berdua.jelas dia harus meminta ijin dulu pada Rayya.
Rayya mengangguk..
Namun sedetik kemudian dia mulai bingung." Aku harus megang yang mana, masa iya aku harus merangkul nya, tapi kalau pegang tangannya aja, itu tetap membuatku susah berjalan. "batin Rayya.
Abian paham betul kalau saat ini Rayya kebingungan, pasalnya dia tidak ingin di sentuh laki laki, tapi tidak ada seorangpun di sana selain dirinya.
Abian jadi gemas sendiri, secepat kilat di mengangkat tubuh Rayya ala bride style.
" Aaaaaaa.... Abi apa yang kau lakukan, turunkan aku!!! "
...****************...
baiklah
rayya...daebak