NovelToon NovelToon
The Ceo'S Heart Subtitute

The Ceo'S Heart Subtitute

Status: sedang berlangsung
Genre:Obsesi / Pengganti / CEO / Chicklit
Popularitas:3.2k
Nilai: 5
Nama Author: flower

--- **“Luna adalah anak angkat dari sebuah keluarga dermawan yang cukup terkenal di London. Meskipun hidup bersama keluarga kaya, Luna tetap harus bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidup dan biaya sekolahnya sendiri. Ia memiliki kakak perempuan angkat bernama Bella, seorang artis internasional yang sedang menjalin hubungan dengan seorang pebisnis ternama. Suatu hari, tanpa diduga, Luna justru dijadikan *istri sementara* bagi kekasih Bella. Akankah Luna menemukan kebahagiaannya di tengah situasi yang rumit itu?”**

--- Cerita ini Murni karya Author tanpa Plagiat🌻 cerita ini hanya rekayasa tidak mengandung unsur kisah nyata🌻

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon flower, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 29 Untukmu

Sore hari.

Luna menatap bayangan dirinya di cermin, memastikan penampilannya rapi dan tidak terlalu terbuka. Setelah itu, ia menuruni tangga dan melangkah keluar dari penthouse menuju mobil Mark yang telah menunggu di depan. “Kita berangkat sekarang, Nona,” ujar Mark.

Luna hanya mengangguk pelan sebelum masuk ke dalam mobil. Mark pun menyalakan mesin dan kendaraan itu mulai melaju meninggalkan penthouse.

Di sepanjang perjalanan, hanya keheningan yang menyelimuti mereka. Tak ada percakapan, hanya suara mesin mobil yang menemani. Beberapa menit berlalu hingga kendaraan itu melintasi area pesisir pantai.

Luna mengernyit bingung. Perlahan, sorot matanya tertuju pada sebuah kapal mewah yang sedang menepi di pinggir laut. Tubuhnya sedikit menegang, perasaan heran bercampur dengan rasa penasaran yang kian menguat. Mobil akhirnya melambat dan berhenti tak jauh dari dermaga. Mark turun lebih dulu, lalu membukakan pintu untuk Luna.

“Kita sudah sampai, Nona,” ucapnya singkat. Luna melangkah turun, tatapannya kembali tertuju pada kapal itu. Angin laut berembus lembut, membawa aroma asin yang bercampur dengan rasa berdebar di dadanya. Tanpa banyak bertanya, ia mengikuti langkah Mark menuju dermaga, meski di dalam pikirannya pertanyaan demi pertanyaan mulai bermunculan.

Dua orang pengawal mendekati Luna. “Mari ikut kami, Nona,” ucap salah satu dari mereka sambil membungkuk kecil. Perlakuan itu membuat Luna merasa sedikit tidak nyaman, seolah ia diperlakukan terlalu berlebihan. Meski begitu, ia tetap mengikuti kedua pengawal tersebut menuju sebuah kapal mewah.

Dengan langkah hati-hati, Luna menaiki tangga hingga akhirnya tiba di dalam kapal. Suasana di sana begitu sunyi, nyaris tak terdengar apa pun. Tidak ada seorang pun yang terlihat, hanya keheningan yang menyelimuti ruangan. Namun, pandangannya kemudian tertuju ke ujung kapal, pada sebuah meja yang tertata rapi dengan beberapa hidangan yang tampak menggugah selera.

Luna melangkah mendekati meja itu. Saat tiba di sana, matanya terbelalak melihat beragam hidangan mewah yang tersaji begitu indah. Aroma makanan menggoda indra penciumannya, membuatnya sejenak terpaku. Tiba-tiba, sebuah lengan kekar melingkar di pinggang rampingnya. Luna tersentak kaget, napasnya tercekat seketika.

“Mio Caro… ini semua apa?” tanyanya pelan, suaranya bergetar saat ia menoleh ke belakang. Bryan tersenyum tipis, wajahnya tenang namun sorot matanya penuh makna. Ia sedikit mendekat, membuat jarak di antara mereka nyaris tak ada.

“Makan malam kecil,” jawabnya ringan. “Hanya untuk kita berdua.”

Sebuah senyum tipis terukir di wajah pria itu saat ia merapatkan tubuhnya sedikit lebih dekat. “Ini untukmu,” jawab Bryan dengan suara rendah dan tenang. “Malam ini hanya tentang kita.”

Luna menoleh, menatap wajah suaminya yang kini terlihat lebih santai, berbeda dari sosok dingin yang biasa ia lihat di kantor. Lampu-lampu kapal memantulkan cahaya lembut di wajahnya, membuat tatapannya terasa hangat namun tetap penuh kendali. “Aku hanya ingin kamu menikmati waktu tanpa gangguan,” lanjut Bryan pelan.

Luna terdiam sejenak. Jantungnya berdegup tidak teratur, antara terkejut dan tersentuh. Perlahan, ketegangan di bahunya mereda. Ia kembali menatap meja penuh hidangan itu, lalu mengalihkan pandangannya ke laut yang terbentang luas.

“Kamu selalu melakukan hal-hal di luar dugaanku,” ucapnya lirih. Bryan tersenyum samar, lengannya masih melingkar di pinggang Luna seolah enggan melepaskannya. “Karena kamu layak mendapat kejutan yang indah.”

Bryan tersenyum tipis, tatapannya lembut namun penuh makna.Pris itu menarik lembut tangan istrinya menuju kursi, kemudian dia menarik kursi dan mempersilahkan Luna untuk duduk. Setelah memastikan Luna duduk dengan nyaman, ia ikut mengambil tempat di hadapannya. Luna menatap sekeliling kapal yang sunyi itu, cahaya senja menembus jendela dan memantul di permukaan laut. Perlahan, ekspresi terkejut di wajahnya berubah menjadi ragu bercampur haru.

“Kau menyiapkan semua ini… hanya untukku?” tanyanya pelan. Bryan mengangguk kecil. Ia meraih tangan Luna di atas meja, menggenggamnya dengan hangat. “Kau terlalu sering menurunkan kepalamu dan melupakan dirimu sendiri” lanjutnya. “Hari ini, aku ingin kau menikmati segalanya.”

Angin laut berembus pelan, mengiringi keheningan yang kini terasa hangat, bukan lagi canggung. Luna menarik napas dalam, lalu mengangkat pandangannya menatap suaminya. untuk pertama kalinya sore itu, bibirnya melengkung membentuk senyum kecil.

Makan malam itu berlangsung dalam suasana yang begitu romantis. Denting lembut peralatan makan berpadu dengan suara ombak yang sesekali terdengar dari kejauhan. Bryan beberapa kali melayangkan pandangannya ke arah Luna, memperhatikan wajah cantik istrinya yang tengah menikmati hidangan dengan lahap.

Senyum menawan terukir di wajahnya. Ada kehangatan yang perlahan mengisi hatinya, perasaan yang jarang ia rasakan. Melihat Luna duduk di hadapannya, dengan sorot mata yang jujur dan ekspresi polos saat mencicipi setiap hidangan, membuat malam itu terasa begitu berbeda.

Untuk pertama kalinya, Bryan benar-benar merasa tenang. "setelah ini aku ingin memberimu sesuatu" Luna mengangkat wajahnya perlahan, menatap Bryan dengan sorot mata penasaran. “Sesuatu?” ulangnya pelan, seolah memastikan bahwa ia tidak salah dengar.

Bryan hanya tersenyum tipis, senyum yang sulit ditebak maknanya. Tatapannya lembut namun menyimpan sesuatu yang dalam. Ia meraih tangan Luna di atas meja, menggenggamnya hangat.

“Ya,” ucapnya pelan. “Sesuatu yang seharusnya sudah lama aku berikan padamu.”

Hembusan angin laut menyapu dek kapal, membawa aroma asin yang bercampur dengan suasana hangat di antara mereka. Lampu-lampu kecil di sekeliling kapal berpendar lembut, membuat malam itu terasa semakin istimewa. Luna menelan ludahnya perlahan, jantungnya berdetak sedikit lebih cepat, menunggu apa yang akan dilakukan suaminya selanjutnya.

Pria itu meraih tangan istrinya dan mengusapnya dengan lembut. "kau menikmati ini semua?" Perlahan Luna mengangguk dan tersenyum "Terimakasih Mio Caro"

Bryan tersenyum tipis melihat respons istrinya. Tatapannya lembut, berbeda dari biasanya. seolah malam ini ia benar-benar ingin menikmati setiap detik bersama Luna.

“Aku senang jika kau menyukainya,” ucapnya pelan. Jempolnya masih mengusap punggung tangan Luna dengan gerakan halus, seakan menenangkan. Angin laut berembus perlahan, membawa aroma asin yang berpadu dengan cahaya lampu kapal yang temaram. Suasana itu membuat hati Luna terasa hangat, meski masih ada rasa penasaran yang menggelitik.

Bryan kemudian berdiri, tanpa melepaskan tangan istrinya.

“Setelah makan malam ini,” katanya sambil menatap Luna dalam-dalam, “aku ingin kau melihat sesuatu yang sudah lama ingin kuberikan padamu.”

Luna menatapnya bingung namun penuh harap. Jantungnya berdegup sedikit lebih cepat, sementara senyum kecil terlukis di wajahnya. malam itu terasa berbeda, seolah menyimpan kejutan yang tak terduga.

Beberapa jam berlalu hingga akhirnya makan malam romantis itu berakhir. Bryan kemudian membawa istrinya menuju sebuah sudut kapal yang menyuguhkan pemandangan indah.

“Aku takut jatuh,” ucap Luna sambil menatap ke bawah. Ombak laut yang bergelombang tampak menyeramkan di matanya.

“Aku ada di sini. Aku akan memelukmu agar kamu tidak jatuh,” ujar Bryan lembut. Ia pun memeluk tubuh istrinya dengan erat saat Luna berdiri di atas pijakan khusus untuk melihat laut dengan lebih jelas. Luna menarik napas pelan, jemarinya mencengkeram lengan Bryan tanpa sadar. Degup jantungnya masih terasa cepat, namun pelukan itu perlahan membuatnya tenang. Tubuh Bryan yang hangat dan kokoh seolah menjadi penyangga bagi rasa takutnya.

“Jangan melihat ke bawah terlalu lama,” ucap Bryan lembut di dekat telinganya. “Lihatlah ke depan.” Luna pun mengangkat wajahnya. Hamparan laut yang luas memantulkan cahaya lampu kapal, berkilau lembut seiring gerakan ombak. Angin malam berembus pelan, membawa aroma asin laut yang bercampur dengan suasana hangat di antara mereka.

“Indah sekali…” gumam Luna pelan.

Bryan tersenyum tipis. “Aku ingin kamu mengingat malam ini" Luna terdiam, hatinya terasa penuh. Ia menyandarkan kepalanya di dada Bryan, membiarkan dirinya larut dalam pelukan itu, merasa aman. sesuatu yang jarang ia rasakan akhir-akhir ini. Di atas kapal yang sunyi, hanya ada mereka, laut, dan perasaan yang perlahan menemukan jalannya kembali.

1
lia musa
/Good//Good//Good//Good/
Anto D Cotto
menarik
Dwi Winarni Wina
kasian luna diperlukan kayak pembantu sm orgtua angkatnya...
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!