"Maafkan aku, tak bisa menepati janjiku untuk tetap setia padamu, sayang. Pada akhirnya aku kalah dengan nafssu." Jeff bersimpuh di depan istrinya, Queen Ariana. Pria itu menyesal karena tak bisa menepati janji nya pada sang istri, untuk tetap setia dengan nya.
"Aku sudah menyiapkan hatiku saat hal ini terjadi, aku cukup tau diri, Mas." Queen tersenyum manis, nyatanya sudah dari lama dia mengantisipasi hal ini.
"Aku hanya wanita pelampiasan hasrat, sadarlah Kirana. Kau tak berarti apapun bagi tuan Jeff, karena dia mencintai istrinya." Kirana Andriana, perempuan yang mengorbankan masa depan nya sendiri, demi melunasi hutang-hutang yang di tinggalkan sang ayah.
Akankah Jeff membuka hatinya untuk Kirana? Setelah banyak malam yang mereka lewati bersama, akankah perasaan nya berubah pada Kirana?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon sendi andriyani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 22 - Singkat Namun Penuh Kenangan
"Apa sekarang sudah benar-benar terlambat, Dok?"
"Masih ada kesempatan Nona, kita tunggu hasil operasi ini dulu, setelah ibu Nona sadar nanti."
"Baik dok, terimakasih atas penjelasan nya. Kalau begitu saya permisi dulu," Kirana bersiap untuk beranjak dari ruangan dokter itu. Tatapan dokter muda itu cukup membuat nya sedikit tak nyaman.
"Sebaiknya Nona meninggalkan nomor ponsel, agar saya mudah menghubungi kalau ibu Nona ada perkembangan."
"Aahh iya Dok." Jawab Kirana, dia meraih secarik kertas dan pena dari tangan dokter itu, dia menuliskan nomor ponsel nya.
"Ini dok."
"Nama Nona siapa? Kalau saya boleh tau."
"Kirana Andriana Dok, panggil saja Kirana atau Kiran."
"Baiklah Nona, anda bisa pergi."
"Iya dok, saya permisi." Kirana pun pergi dari ruangan dokter itu, dia berjalan menyusuri lorong rumah sakit yang terasa sepi senyap, padahal hari sudah cukup siang untuk beraktivitas.
"Aahh, aku belum melunasi biaya operasi Ibu." Gumam Kirana, dengan cepat dia berjalan ke bagian administrasi.
"Sus, tagihan atas nama Ibu Nita." Ucap Kirana lirih.
"Sebentar, Nona." Suster itu membuka beberapa berkas dan mengecek nya satu persatu.
"Baik, sus." Jawab Kirana lirih, dia merasa gugup. Kira-kira berapa total biaya yang harus dia bayar.
"Total akhir nya 195 juta Nona, itu sudah termasuk ruangan VIP dan perawatan intensif." Jawab nya, membuat Kirana mengusap dada nya. Setidak nya informasi yang di berikan suster waktu itu meleset.
"Ini Sus.." Kirana memberikan kartu ATM nya, dengan ini lunas sudah, meski dia menukar nya dengan kesucian nya. Tinggal melunasi hutang peninggalan ayah nya ke rentenir, setelah itu dia hanya tinggal memikirkan pengobatan lanjutan untuk sang ibu.
"Ini Nona, terimakasih." Ucap Suster itu, lalu mengembalikan kartu milik Kirana.
"Terimakasih suster."
Kirana menerima kartu itu dan pergi, dia merasa lapar karena belum sarapan. Tapi, Kirana ingin melihat dulu keadaan ibu nya.
Dia membuka pintu ruang rawat Ibu nya perlahan, Kirana duduk di kursi yang tersedia di samping brankar.
Kirana menggenggam tangan keriput ibu nya, mengusap punggung tangan nya dengan lembut, lalu mengecup nya dengan sayang.
"Ibu, Kirana pasti lakuin apa aja buat Ibu. Ibu harus sembuh, Ibu harus kuat. Jangan tinggalin Kiran ya Bu, cuma Ibu yang Kiran punya sekarang." Ucap Kirana lirih, air mata nya luruh membasahi wajah cantik nya.
Di kantor, Jeff baru saja menyelesaikan meeting nya sendirian tanpa Kirana, meski terasa ada yang kurang, tapi dia harus tetap bersikap profesional. Karena sekretaris nya itu izin cuti beberapa hari untuk menjaga ibu nya yang menurut kabar, masih belum sadarkan diri setelah operasi itu.
Jeff menyandarkan kepala nya di kursi kebesaran nya, sebagai seorang CEO pekerjaan nya tak pernah ada habis nya, yang ada malah bertambah semakin banyak tiap hari nya. Pria itu memijat pelipis nya yang berdenyut, berjauhan dengan Kirana membuat mood nya memburuk.
"Kirana, kau membuat aku pusing!" Gumam nya, lalu berdiri dari duduk nya dan pergi keluar ruangan nya.
Jeff berjalan ke parkiran, memanggil supir kantor untuk mengantarkan nya ke suatu tempat. Dia malas menyetir sendiri di tengah mood nya yang tengah memburuk saat ini, jadi dia memanfaatkan supir kantor yang selalu siap siaga untuk mengantar nya kemana pun.
"Jalan Pak." Perintah Jeff dengan wajah datar nya.
"Baik Tuan." Mobil itu pun melaju menjauhi kawasan perkantoran. Jeffran mengeluarkan ponsel nya, dia menatap poto sang istri dulu. Sangat jauh berbeda dengan keadaan nya saat ini. Dulu, Queen adalah wanita paling cantik yang berhasil dirinya taklukan, wanita dengan sejuta keindahan membuat Jeff tertarik.
Bagaimana tidak, wajah nya yang cantik, tubuh nya body goals bak model, juga wanita karir. Sangat pantas bersanding dengan nya, setiap bertemu klien pasti memuji penampilan Queen yang selalu tampil sempurna.
Tapi semua itu sirna ketika dia tau kalau dirinya bukanlah satu-satunya pria yang mengisi kekosongan hati wanita itu, ada sosok pria lain yang lebih dulu mengisi hati Queen.
Jeff masih bisa menerima semuanya, dia menerima kalau dirinya menjadi nomor dua.
Lalu, berbulan-bulan berlalu, Queen di vonis mengidap penyakit kanker rahim yang membuatnya tak bisa hamil dan memberinya keturunan. Oke, dia masih cukup bersabar, namun tak selama nya dia bisa menahan nafssu nya. Bagaimana pun juga, dia adalah pria normal yang memiliki nafssu.
Rasa cinta nya pada Queen memang berkurang, bahkan sebelum Kirana datang ke dalam hidup nya. Namun, Jeff bukanlah pria yang tak berperasaan, meskipun pernah di kecewakan, tapi dia tetap sabar dan menemani Queen di masa terpuruk nya dengan menyampingkan rasa kecewa nya terhadap Queen.
"Kita kemana Tuan?" Tanya supir, membuat lamunan Jeff buyar seketika.
"Jalan minggu pagi, belok kanan dan berhenti."
"Baik tuan." Jawab sang supir, membiarkan Jeff dalam lamunan yang membuat dada nya terasa sesak.
Setelah beberapa menit, akhirnya mobil itu berhenti sesuai arahan Jeff. Pria tampan itu turun dan berjalan santai, menyusuri jalanan sepi yang di tumbuhi oleh tanaman teh hijau. Udara nya sejuk menenangkan, membuat nya bisa bernafas nyaman disini.
Disini lah, tempat pertama kali dia bertemu dengan Queen. Saat itu baru saja selesai meninjau proyek pembangunan, tapi mobil nya malah mogok disini. Kebetulan mobil Queen melintas, setelah menghibur diri dengan berjalan-jalan di kebun itu setelah penat dengan pekerjaan.
Mereka pun berkenalan dan Queen menawarkan tumpangan, Jeff menerima nya dengan senang hati, sejak saat itu kedua nya menjadi akrab dan menjalin hubungan, dan hanya berjarak beberapa bulan saja, Jeff memutuskan untuk langsung melamar Queen untuk menjadi istri nya, tapi mempunyai istri cantik ternyata sangat lah tidak nyaman. Istri nya selalu jadi pusat perhatian saat bersama nya, membuat nya risih.
Kisah pertemuan mereka terlalu singkat, namun penuh kenangan. Kenangan manis yang akan selalu Jeff ingat, namun saat ingin ke kecewaan nya pada Queen, membuat Jeff kesal sendiri.
Jeff menghembuskan nafas nya kasar, lalu kembali berjalan-jalan di sekitar kebun teh itu, menatap hamparan luas tanaman teh hijau yang membentang sepanjang mata memandang.
🌷🌷🌷🌷🌷