NovelToon NovelToon
ISTRI MANDUL JADI IBU ANAK CEO

ISTRI MANDUL JADI IBU ANAK CEO

Status: sedang berlangsung
Genre:Menikah Karena Anak / Pelakor jahat / CEO / Romantis / Ibu Pengganti / Duda
Popularitas:126.7k
Nilai: 5
Nama Author: Archiemorarty

Selama tiga tahun menikah, Elena mencintai suaminya sepenuh hati, bahkan ketika dunia menuduhnya mandul.

Namun cinta tak cukup bagi seorang pria yang haus akan "keturunan".
Tanpa sepengetahuannya, suaminya diam-diam tidur dengan wanita lain dan berkata akan menikahinya tanpa mau menceraikan Elena.

Tapi takdir membawanya bertemu dengan Hans Morelli, seorang duda, CEO dengan satu anak laki-laki. Pertemuan yang seharusnya singkat, berubah menjadi titik balik hidup Elena. ketika bocah kecil itu memanggil Elena dengan sebutan;

"Mama."

Mampukah Elena lari dari suaminya dan menemukan takdir baru sebagai seorang ibu yang tidak bisa ia dapatkan saat bersama suaminya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Archiemorarty, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 8. CARA KOTOR

Pagi itu, cahaya matahari menembus jendela kaca tinggi kantor Raven Wattson, tapi bukan hangatnya yang terasa. Udara terasa tegang, hampir menekan dada setiap orang yang melangkah masuk. Di atas meja mahoni hitam mengkilap, ada sebuah amplop tebal berwarna krem dengan stempel resmi pengadilan, sesuatu yang Raven tidak pernah ingin lihat.

Dengan langkah cepat, Raven membuka surat itu. Seketika, wajahnya memerah, matanya menyala, rahangnya menegang.

"Gugatan cerai resmi ... dari Elena?" gumam Raven sambil menatap dokumen itu.

Raven masih ingat betul malam sebelumnya ketika ia merobek surat cerai Elena yang dikirimkan padanya. Ia tertawa sinis, menganggap itu hanya gertakan lemah dari wanita yang selama ini ia kenal begitu dalam. Namun kenyataan di hadapannya sekarang menampar: hukum tidak peduli dengan kertas robek. Gugatan resmi telah dikirimkan ke kantornya, lengkap dengan tanda tangan hakim dan stempel merah yang menandakan bahwa Elena mengambil langkah resmi.

Raven merasakan darahnya mendidih. Ia membanting surat itu ke meja, membuat kertasnya bergetar. Kemarahannya jauh lebih besar daripada suara benturan itu.

"Tidak ... tidak mungkin. Elena, aku tidak akan melepaskanmu. Tidak akan pernah," ujar Raven seperti sumpah.

Ia berjalan mondar-mandir di kantornya yang luas, suara langkahnya bergema, menciptakan ritme yang hampir menakutkan. Ia menoleh ke jendela, menatap kota yang berkilauan di bawahnya, seolah memikirkan setiap pion yang bisa ia gunakan untuk menguasai permainan ini.

Raven tahu satu hal: Elena adalah wanita yang tahu siapa diri Raven. Ia yang telah mendukungnya sejak kecil, yang mengerti kekuatannya, kelemahannya, dan cara ia menghadapi dunia. Dan ia tidak akan membiarkan wanita itu pergi begitu saja, tidak untuk siapa pun.

Raven duduk di kursi kulit hitamnya, menatap papan strategi yang tergantung di dinding: diagram, catatan, koneksi rumit yang tersusun rapi. Di tengahnya, foto Elena terpampang jelas. Matanya berkilat, bibirnya menipis.

"Tidak, tidak ada yang akan memisahkan kita. Bukan hukum, bukan perusahaanmu, bukan orang tuamu, tidak ada," kata Raven.

Segera, Raven menghubungi asistennya, Carter.

"Carter, dengar baik-baik. Perusahaan Alvarez ... kita mulai tekan mereka dari semua arah. Proyek terbaru mereka, investor, tim hukum, semua harus merasa takut, semua harus kewalahan," kata Raven tegas.

Carter mengangguk, serius. Ia tahu, ketika Raven bermain strategi, setiap langkah diatur dengan presisi. Tidak ada yang sia-sia.

"Kita buat mereka merasakan tekanan nyata. Setiap keputusan mereka akan dipertanyakan. Aku ingin Elena dan orang tuanya mulai ragu, mulai kewalahan dan itu akan membuat mereka merangkak kembali padaku," lanjut Raven.

Di sisi lain kota, Elena tengah memimpin rapat eksekutif di perusahaan Alvarez. Ia tampak tenang, profesional, tapi matanya merah. Ia merasakan badai yang datang, walau belum bisa mengidentifikasi sepenuhnya dari mana asalnya.

"Apa yang terjadi?" tanya salah satu direktur, pria paruh baya dengan jas mahal, ragu melihat Elena yang tampak terguncang.

"Raven sedang bergerak," jawab Elena singkat, matanya menatap dokumen-dokumen di hadapannya. "Dan sepertinya ini baru permulaan."

Elena menahan napas, berusaha tetap fokus. Tapi setiap laporan yang masuk, setiap pesan yang diterimanya, seolah menekan satu persatu titik lemah perusahaan dan keluarganya. Raven memanfaatkan setiap celah dengan dingin: tekanan di saham, rumor negatif di pasar, ancaman hukum yang diarahkan dengan rapi.

Raven sendiri berada di kantornya, menatap layar laptop. Notifikasi demi notifikasi muncul, masing-masing dirancang untuk satu tujuan: membuat Elena merasa tidak berdaya. Matanya menyala saat melihat grafik saham yang turun akibat rumor yang ia sebarkan, dokumen hukum yang menimbulkan ketakutan di tim Alvarez, dan pesan investor yang mulai bertanya-tanya.

"Aku tahu kau kuat ... tapi aku lebih kuat," gumam Raven sambil menatap foto Elena. "Kau selalu ada di sisiku, dan aku tidak akan membiarkanmu pergi."

Hari-hari berikutnya menjadi medan pertempuran yang tak terlihat. Tekanan Raven mulai terasa nyata di Alvarez: proyek tertunda, investor menahan dana, bahkan konflik internal tim mulai muncul. Semua diarahkan untuk satu tujuan: membuat Elena kewalahan, membuatnya merasakan ketakutan dan ketidakberdayaan.

Orang tua Elena mulai merasakan dampaknya. Mereka khawatir, panik, dan mulai memertanyakan kemampuan putri mereka untuk menghadapi Raven. Tak ingin sesuatu terjadi pada Elena.

"Elena, kau harus berhati-hati. Raven memiliki kekuasaan lebih dari Alvarez," kata ayahnya suatu sore, suaranya dipenuhi kekhawatiran.

"Aku tahu, Dad ... tapi aku tidak akan menyerah," jawab Elena tegas, meski hatinya bergetar. "Aku harus melindungi perusahaan ini dan keluarga kita."

Tapi Raven tidak memberi ruang. Ia memanfaatkan setiap kesalahan kecil, menyebarkan setiap rumor, menekan setiap titik lemah, hingga Elena mulai kewalahan. Ia tahu bahwa kekuasaan adalah permainan, dan ia selalu menang dalam permainan itu.

Suatu malam, Raven berdiri di balkon kantornya, menatap kota yang berkilauan. Angin dingin menyapu wajahnya, tapi matanya tetap menyala.

"Segala sesuatu yang kau miliki ... aku akan hancurkan. Dan ketika kau mulai merasakan kehampaan itu, ketika kau mulai meragukan dirimu sendiri ... saat itulah kau akan datang padaku. Dan kau akan memohon padaku… untuk kembali," ujar Raven.

Elena, di ruang kerjanya, menatap tumpukan dokumen, telepon berdering tiada henti, e-mail masuk silih berganti. Ia tahu badai yang datang bukan sembarang badai, ini adalah serangan dari seseorang yang sangat ia kenal, seseorang yang mencintainya dengan cara yang ekstrem dan menakutkan.

"Raven, tidak hanya tidak tahu diri, kau juga sangat pengecut," kata Elena pelan, suaranya nyaris tak terdengar.

Di sisi lain kota, Raven tersenyum tipis, menatap layar laptop yang menampilkan foto Elena. Ia menutup laptop perlahan. Malam ini, kota mungkin tidur, tapi ia tidak. Strateginya telah berjalan, tekanan telah terasa, dan langkah berikutnya telah menunggu.

Dan ia tahu, satu hal pasti: Elena akan merasakan kekuasaannya, dan ketika itu terjadi ... tidak akan ada yang bisa menghentikannya.

Beberapa hari kemudian, Elena dipanggil ke rapat darurat dengan para investor utama Alvarez. Suasana ruangan tegang. Para investor menatap Elena dengan tatapan menuntut jawaban.

"Elena, proyek baru ini ... apa yang terjadi?” tanya seorang investor senior, suaranya keras. "Mengapa ada keterlambatan dan kerugian mendadak?"

Elena menelan ludah, menenangkan diri. "Kami sedang menghadapi beberapa kendala operasional tapi kami sedang memperbaikinya," jawabnya tegas, mencoba menjaga kontrol.

Namun, dalam hatinya, ia tahu ini bukan masalah operasional biasa. Ini tekanan yang sengaja diciptakan. Dan Elena tahu siapa dalangnya.

Di balik layar, Raven menonton laporan real-time dari timnya. Setiap investor yang gelisah, setiap pernyataan ragu, adalah bukti bahwa rencananya berhasil. Ia tersenyum puas.

"Lihat, Carter ... Elena mulai merasa kepanikan. Itu artinya kita mulai menang," kata Raven dingin.

Dalam kekacauan itu, Elena mencoba tetap kuat. Tapi tekanan terus menumpuk: kontrak tertunda, karyawan yang bingung, media mulai melaporkan rumor negatif. Semua diarahkan untuk satu tujuan: membuatnya merasa tidak berdaya.

Di tengah malam, Elena pulang ke rumah. Ia duduk sendiri di ruang tamu, menatap kota dari jendela.

"Apa yang harus aku lakukan sekarang?" ucap Elena.

Tapi jawaban Raven tetap tersembunyi di kota yang gelap itu, di balik senyum tipisnya, di balik setiap langkah strategis yang membuat Elena kewalahan. Satu hal yang ia tahu: Raven tidak akan berhenti sampai Elena datang kembali pada dirinya dan ia akan membuat Elena merasakan itu, sampai Elena sendiri merangkak memohon padanya.

1
Rismawati Damhoeri
itu anak kecil kok di ajak? bikin takut aja, emang nggak ada artinya yaa ..
Asyatun 1
lanjut
Lisa
Moga persalinannya lancar..Mama & debaynya sehat..
Ir
gemes banget sama Hans di gendong heh bukan nya di tuntun 😭😭
kalo aku di depa Hans : Hans itu di gendong bukan malah dituntun woyyy, udah kesakitan itu paokkk, kapan sampe rumah sakit nya kalo di tuntun begitu, biar tambah bingung Hans nyaa 🤣🤣🤣
Maria Lina
skrng up nya 1 1 1 mulu ya thor gk asik lo thor hadeh
Archiemorarty: Kalau gx asik gx usah baca, udah dikasih bacaan gratis lo ngatur. ngasih duit kagak. dari kemarin gue perhatiin lo ngatur aja cil. Readers gua yang lama aja nggak ada yang ribut kayak Lo.

Jangan bilang gue nggak sopan ya, Lo duluan soalnya yang nggak sopan dari kemaren2.
total 1 replies
Jelita S
bntar lagi ketemu si Twin
Archiemorarty: Siap siap perang dunia si Hans sam Elena 🤣
total 1 replies
Miss Typo
semoga lancar persalinan nya, sehat ibu dan bayinya 🤲
Miss Typo: semoga lekas sehat kembali ya thor, semangat 💪
total 2 replies
Nofi Ani
double dong seru.
Asyatun 1
lanjut
Mundri Astuti
ya ampun Hans..getok apa roland biar ngga ngeblank dia
Miss Typo
karna Hans blank, ayo Roland kamu yg gercep bawa ke RS 😁
Miss Typo
aku terharu 🥹😭
Lisa
Syukurlah tidak ada lg dendam dan beban di antara mereka..utk Raven bukalah lembaran baru bersama Zayden & ayahmu..utk Elena sehat terus y sampe HPL'nya nanti..
Arfano Mauza
suka ceritanya👍👍
Archiemorarty: Terima kasih udah baca ceritanya kak 🥰
total 1 replies
Miss Typo
Hans garda terdepan untuk Elena dan anaknya.
tenang Hans Raven dah berubah dah kena karma nya dia 😁
Miss Typo
semoga lancar saat persalinan nanti
Miss Typo
bener mending jual tuh rumah, tinggal bertiga dgn ayah dan bayimu. atau mungkin pindah ke kota lain biar lebih tenang hidup kalian.
bab ini aku terhura 🥹
Asyatun 1
lanjut
LB
karena kamu mandul, memiliki zayden juga bagus, paling tidak kamu tidak masa tuamu tidak sendiri dan kesepian.harap nanti ajarkan anakmu berpendirian teguh dan benar jangan seperti kamu yg mudah dipengaruhi dan seperti ibu kandungnya yang manipulatif.
Archiemorarty: Bener ini 😌
total 1 replies
LB
lega tapi " gelar ayah " yg kau dambakan itu juga hukuman sepanjang hidup.bagaimana tidak, demi gelar itulah hidup mu hancur dan gelar itu disematkan padamu atas darah daging lelaki lain😮‍💨.
mirisnya hidup mu.
Archiemorarty: Benar gelar yg bakal buat dia selalu ingat kesalahan masa lalunya seumur hidup
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!