Suami Ku Hantu

Rumah keluarga Kwee Lan...

Jingmi meremas saputangan di tangannya sembari menekuk wajahnya kesal sedangkan kedua kakinya yang tengah mengenakan sepatu merah mudanya terlihat sedang menghentak-hentakkan keras ke atas ubin halaman.

Sesekali tangannya memilin saputangan hingga tak berbentuk.

"Ada apa nona Jingmi, saya lihat nona sangat kesal sekali ?"

Seorang pelayan perempuan bertanya pada Jingmi yang tampak kesal dan duduk di bangku halaman.

"Aku kesal mendengar kebahagiaan Jia Li ! Dia tidak terdengar berduka ataupun bersedih meski dia menikah dengan orang mati !", pekik Jingmi.

"Kenapa nona yang marah ? Bukankah itu hal baik buat nona bahwa kakak tiri nona menikahi hantu !?", sahut pelayan perempuan itu bingung.

"Aku kesal karena Jia Li tidak bersedih sama sekali", kata Jingmi.

"Untuk apa nona kesal ?", tanya pelayan itu.

"Seharusnya Jia Li menjadi putus asa dan mengakhiri hidupnya setelah mengetahui bahwa dia menikahi hantu !", sahut Jingmi.

Pelayan perempuan itu tersentak kaget sehingga roman mukanya langsung berubah merah padam.

"Mengakhiri hidupnya ?", ucap pelayan itu.

"Benar, aku memang sengaja menolak lamaran pernikahan itu supaya Jia Li yang menggantikan aku menikah", kata Jingmi.

"Nona sengaja melakukannya !? Apakah nona tahu bahwa tuan Van Costel adalah hantu ?", tanya pelayan itu.

"Tidak ! Aku tidak mengetahuinya jika Van Costel adalah hantu, aku sengaja menyarankan pada ayah agar Jia Li menggantikan aku", sahut Jingmi.

"Lantas apa alasan nona sekarang marah pada Jia Li ? Bukankah dia akhirnya menikahi hantu Van Costel !?", kata pelayan itu.

"Aku hanya tidak suka mendengar Jia Li bahagia karena aku memang ingin Jia Li menderita", ucap Jingmi.

"Apa yang ingin nona lakukan sekarang ?", tanya pelayan itu.

"Aku ingin merusak kebahagiaan pernikahan Van Costel dan Jia Li agar mereka berpisah", sahut Jingmi.

"Apa nona menyukai hantu itu ?", kata pelayan itu bertanya.

"Oh... Jika kamu lihat ketampanannya... Kamu akan merasakan tubuhmu melayang di langit ke tujuh...", sahut Jingmi.

Jingmi tersenyum-senyum sendiri sambil melihat ke arah atas langit, seakan membayangkan dirinya dalam pelukan hantu Van Costel IV.

Rupanya Jiangmi jatuh cinta pada Van Costel meski dia adalah sosok hantu.

"Dia sungguh tampan sekali... Dan aku sangat suka padanya... Aku ingin memilikinya, menggantikan Jia Li...", sahut Jingmi.

"Oh tidak...", ucap pelayan itu sambil menepuk keningnya. "Ternyata, nona-nona ku tidak memiliki kewarasan !?", sambungnya.

Jingmi tidak memperdulikan ucapan pelayan itu bahkan dia tengah menari-nari sambil memutar tubuhnya di halaman rumah yang ditumbuhi aneka tanaman.

"Aku akan merebutnya kembali dari sisi Jia Li ! Karena akulah yang pertama kalinya seharusnya menikahi hantu Van Costel !", ucap Jingmi.

"Tapi pria itu hantu !? Bagaimana nona menyukainya ?", sahut pelayan itu.

"Tidak ada yang tidak mungkin di dunia ini, setiap orang pasti berubah, aku tidak tahu jika Van Costel ternyata sangat tampan dan aku berniat mengambilnya kembali dari Jia Li", ucap Jingmi.

"Bagaimana caranya ?", tanya pelayan itu.

"Aku akan datang ke rumah Van Costel dan berusaha menarik simpatinya", sahut Jingmi.

"K--ke rumah hantu...itu... !?", ucap pelayan itu gugup.

"Iyah...", sahut Jingmi.

Jingmi memutar tubuhnya berulangkali dengan senyuman yang mengembang, menghias wajahnya.

"Aku akan merayu Van Costel dengan berbagai perhatian dan aku yakin hantu itu akan jatuh cinta padaku", kata Jingmi.

"Dan kapan nona berangkat ke rumah hantu itu ?", tanya pelayan itu.

"Hari ini, aku akan berkunjung kesana tapi sebelumnya aku akan membeli makanan istimewa untuk Van Costel", sahut Jingmi.

"Hari ini ?", tanya pelayan itu.

"Bagaimana jika ayah nona mengetahuinya ? Bukankah tuan Kwee Lan sangat menentang pernikahan nona Jia Li dan hantu itu ?", tanya pelayan itu.

"Aku akan menyembunyikan rencanaku ini", kata Jingmi.

Jingmi maju ke arah pelayan itu kemudian mengancam pelayan perempuan itu.

"Ingat ! Jangan beritahu ayah ataupun yang lainnya ! Dan jangan sampai ada yang tahu rencanaku ini !", ucap Jingmi.

Jingmi menarik kerah pakaian pelayan itu seraya menatapnya tajam.

"Jika sampai ada yang tahu hal ini terutama ayah maka aku akan membuat seluruh keluargamu tiada !", kata Jingmi memperingatkan.

"B--baik nona Jingmi...", sahut pelayan itu ketakutan.

"Aku akan pergi sekarang dan jangan beritahu siapapun niatku ini", kata Jingmi sambil mengeluarkan sebilah pisau tajam ke arah pelayan itu.

"Lalu...Bagaimana saya mengatakan kepada ayah nona jika tuan Kwee Lan bertanya tentang nona ?", tanya pelayan itu seraya membelalakkan kedua matanya.

"Katakan aku sedang pergi keluar untuk membeli keperluanku serta ke rumah makan milik ayah", sahut Jingmi.

"Baik..., nona Jingmi...", ucap pelayan itu gemetaran.

Jingmi mundur dari pelayan itu lalu bersiap-siap hendak pergi.

"Aku akan pergi sekarang", ucap Jingmi.

Jingmi memiliki kelebihan berwajah cantik seperti kakaknya, Jia Li, memiliki tubuh propersional, lihai, dan lincah dalam berburu, kegemarannya adalah menari dan memanah.

Kecantikan mereka berasal dari sang ayah yang berwajah menawan serta tampan.

Jingmi pergi ke arah tembok halaman dan melompat tinggi melewati tembok besar rumahnya.

Kemampuan Jingmi dimiliki berkat latihan khusus yang dilakukannya setiap hari dengan bimbingan guru memanahnya.

Gadis berparas cantik itu lalu berlarian diantara bangunan yang ada di sepanjang jalan menuju pusat kota.

"Aku akan pergi ke rumah makan terlebih dahulu untuk memesan beberapa makanan istimewa", ucap Jingmi.

Jingmi terlihat berlompatan di bangunan rumah-rumah saat menuju ke pusat kota.

Dia langsung pergi ke rumah makan milik keluarga Kwee Lan.

Rumah makan Kwee Lan...

Jingmi masuk ke dalam rumah makan dan terus berjalan menuju ruangan masak.

BRAK !

Pintu terbuka dengan kerasnya, tampak Jingmi melangkah cepat ke arah tukang masak rumah makannya.

"Siapkan aku beberapa masakan istimewa karena aku akan membawanya sekarang !", perintah Jingmi.

"Nona Jingmi... Apa kabar nona besar ?", sapa seorang juru masak ramah.

"Apa kamu tidak dengar yang aku katakan ?", ucap Jingmi sambil melirik sekilas.

"Baik, nona Jingmi", sahut juru masak itu.

"Cepat ! Buatkan aku masakan itu sekarang ! Jangan lama-lama !", kata Jingmi memerintah.

"Apa menu yang nona inginkan ? Dan kami akan segera memasaknya", tanya juru masak itu.

"Siapkan aku Gong Bao Ji Ding, Nian Gao, Sanbeiji, Chow Mein dan Bebek panggang !", sahut Jingmi.

"Baik, nona Jingmi, kami akan memasaknya sekarang dan silahkan nona menunggunya", ucap pelayan itu sambil mengusap-usap kedua tangannya.

"Cepatlah !", kata Jingmi.

Juru masak itu berdiri sambil mengusap pipi Jingmi lembut dan melirik ke arah dada Jingmi yang menonjol serta setengah terbuka.

"Sebelumnya, apakah aku boleh menikmati tubuh nona Jingmi ?", tanya juru masak itu.

"Jangan bicara sembarangan ! Bukan saatnya bermain-main sekarang !", sahut Jingmi kesal.

"Ayolah ! Bukankah kita sering melakukannya, nona Jingmi !?", ucap juru masak itu sambil mengedipkan matanya.

"Tidak ! Karena aku sedang tergesa-gesa sekarang dan aku harus pergi secepatnya", sahut Jingmi sambil menepis tangan juru masak itu dari pipinya.

"Yaah..., aku tidak akan memasaknya...", ucap juru masak itu lalu berjalan masuk ke dalam ruangan khusus memasak di rumah makan itu.

"Apa !?", bentak Jingmi.

"Karena kamu tidak mau menerima permintaanku maka aku tidak akan memasak pesananmu itu, nona muda yang cantik", sahut juru masak itu.

"Tunggu ! Tunggu !", ucap Jingmi panik.

"Apakah nona, ingin aku membocorkan tabiat nona Jingmi yang suka menggodaku ketika datang ke rumah makan ini ?", ancam juru masak itu sambil menyeringai.

"Apa !?", ucap Jingmi tertegun.

Jingmi mendadak panik ketika juru masak yang merupakan teman bercintanya itu hendak membocorkan rahasianya.

"Apa maumu ?", tanya Jingmi.

"Seperti biasanya...", sahut juru masak itu tersenyum kecentilan.

"Apakah kamu akan memasak semua pesananku jika aku melayanimu, bodoh ?", tanya Jingmi.

"Yah..., jika itu yang kamu inginkan setelah kamu melayaniku...", sahut juru masak itu sambil mengangkat kedua tangannya.

"Sialan !", umpat Jingmi.

Jingmi lalu melepaskan satu per satu pakaian yang dia kenakan dan berjalan mendekat ke arah juru masak yang merupakan pria kencannya selama ini.

Dia memenuhi permintaan juru masak itu dan melayaninya seperti yang biasa mereka berdua lakukan jika Jingmi berkunjung ke rumah makan milik ayahnya.

"Untuk apa kamu menyuruhku memasak sebanyak itu, cantik ?", ucap juru masak itu sambil mengusap lengan Jingmi dan menciumnya.

"Kamu tidak perlu tahu karena aku tidak ingin urusan pribadiku harus aku katakan padamu", sahut Jingmi.

"Yah..., aku tahu..., aku hanya teman kencanmu dan bukan kekasihmu", kata juru masak itu.

"Dan kamu sudah tahu jawabannya, kita hanyalah sekedar teman kencan, tidak lebih dari itu, kamu harus mengerti", sahut Jingmi.

"Hmm..., baiklah...", sahut juru masak itu.

"Cepatlah, masakan pesananku sekarang !", perintah Jingmi berusaha melepaskan pelukan juru masak itu.

"Aku akan memasaknya setelah kita melakukannya sekali lagi", sahut juru masak itu seraya tertawa kecil.

Jingmi hanya tersenyum simpul mendengar jawaban pria kencannya itu sembari memeluknya.

Dua jam kemudian...

Juru masak rumah makan itu lalu memasak pesanan untuk Jingmi seusai mereka berdua bercinta.

Masakan seperti Gong Bao Ji Ding, Nian Gao, Sanbeiji, Chow Mein dan Bebek panggang telah tersedia dalam waktu yang sangat singkat.

Jingmi lalu pergi meninggalkan rumah makan milik Kwee Lan menuju toko kain untuk membeli beberapa kain mewah yang sengaja dia khususkan untuk Van Costel IV.

Dia melanjutkan perjalanannya menuju ke lembah Moldova, ke tempat tinggal hantu Van Costel dan Jia Li dengan membawa hadiah-hadiah itu tanpa merasa kewalahan sedikitpun.