Dihina dan direndahkan oleh keluarga kekasihnya sendiri, Candra Wijaya benar-benar putus asa. Kekasihnya itu bahkan berselingkuh di depan matanya dan hanya memanfaatkannya saja selama ini.
Siapa sangka, orang yang direndahkan sedemikian rupa itu ternyata adalah pewaris tunggal dari salah satu orang terkaya di negara Indonesia. Sempat diasingkan ke tempat terpencil, Candra akhirnya kembali ke tempat di mana seharusnya ia berada.
Fakta mengejutkan pun akhirnya terkuak, masa lalu kedua orang tuanya dan mengapa dirinya harus diasingkan membuat Candra Wijaya terpukul. Kembalinya sang pewaris ternyata bukan akhir dari segalanya. Ia harus mencari keberadaan ibu kandungnya dan melindungi wanita yang ia cintai dari manusia serakah yang ingin menguasai warisan yang ditinggalkan oleh orang tuanya.
Harta, Tahta dan Wanita "Kembalinya sang Pewaris. "
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Reni t, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 8
"Can," sapa Erlin, menepuk pundak Candra dengan pelan seketika membuyarkan lamunan panjangnya.
"Hah? Eu ... o iya, ayo kita pulang sekarang," ucapnya seraya mendongak, menatap wajah Erlin yang tengah berdiri di sampingnya
"Candra kenapa? Tadi kayaknya dia seneng banget setelah tau hasilnya positif, tapi ko sekarang jadi murung gitu?" batin Erlin, memandang lekat wajah Candra yang tengah berdiri tegak.
"Kami permisi dulu, Dok. Terima kasih," ucap Candra seraya mengulurkan telapak tangannya untuk berjabat tangan dengan sang Dokter.
Dokter menerima uluran tangan Candra dengan senyum ramahnya. "Sama-sama, Pak Candra," jawabnya.
***
Di perjalanan menuju hotel tempat di mana Rosalinda menginap. Erlin yang tengah menyetir mobil, menoleh dan menatap wajah Candra sejenak lalu kembali menatap lurus ke depan. Sepanjang perjalanan, Candra hanya terdiam tanpa sepatah kata pun. Kedua matanya nampak lurus menatap ke depan seolah tengah memikirkan banyak hal. Bukankah pria berusia 27 tahun terlihat sangat senang setelah mengetahui hasil test DNA? Lantas, mengapa sikapnya berubah 180° setelahnya? Batin Erlin kembali bertanya-tanya di dalam hatinya?
"Candra," sapa Erlin, tapi Candra masih bergeming seakan tidak mendengar. "Candra, kamu kenapa sih?" Erlin menaikan nada suaranya.
Candra terperanjat, menoleh dan menatap wajah Erlin. "I-iya, Er? Kamu ngomong apa? Maaf saya gak denger."
"Kamu ko jadi ngelamun terus kayak gitu sih? Tadi aja seneng banget, kenapa sekarang murung kayak gini? Sebenarnya, kamu lagi mikiran apaan sih?" tanya Erlin, seraya memutar stir mobil.
Candra tersenyum kecil, kembali menatap lurus ke depan. "Nggak ko, saya gak apa-apa."
"Boong banget sih. Gak mungkin kamu gak apa-apa. Buktinya, dari tadi kamu ngelamun terus," timpal Erlin seraya menatap lurus ke depan, di mana jalanan membentang tidak terlalu padat kendaraan. "Apa kamu gak seneng dengan hasil test DNA-nya? Padahal, sekarang udah terbukti kalau kamu benar-benar Candra yang sedang dicari sama Nyonya Rosalinda. Sekarang kita mau ketemu Nyonya lho."
"Saya gak apa-apa, Er. Beneran deh. Saya cuma gugup aja mau ketemu sama Nyonya Rosalinda."
"Sebenarnya, saya bingung mengapa nama wanita yang tertera di hasil test DNA itu bukan Nyonya Rosalinda melainkan wanita bernama Febriana Putri. Jadi, Ibu kandung saya itu bukan Nyonya Rosalinda melainkan wanita yang melakukan test DNA dengan saya. Pertanyaannya adalah, di mana Ibu kandung saya sekarang? Kenapa bukan dia yang nyari saya?" batin Candra, tanpa berani mengatakannya secara langsung.
Ia akan mencari jawabannya sendiri. Awalnya, ia berpikir bahwa Rosalinda-lah ibu kandungnya, tapi hal tersebut terbantahkan saat hasil test DNA itu keluar.
"Tuh 'kan ngelamun lagi," decak Erlin seraya menarik napas dalam-dalam. "Bentar lagi kita nyampe, Candra. Kamu udah siap ketemu sama Nyonya Rosalinda?"
Candra menarik napas panjang lalu menghembuskannya secara perlahan. "Oke, saya siap, Er," jawabnya, dengan senyum kecil.
Mobil yang dikendarai oleh Erlin pun mulai melipir lalu memasuki gerbang hotel berbintang lima, menuju area parkir lalu berhenti di antara mobil-mobil lainnya yang sudah terlebih dahulu berada di sana. Ponsel milik Erlin seketika berdering nyaring, wanita berusia 28 tahun itu pun meraih tas miliknya yang berada di jok belakang lalu mengambil ponsel canggihnya dari dalam sana.
"Kebetulan banget, Nyonya Rosalinda nelpon," ucapnya, seraya memperlihatkan layar ponsel kepada Candra sebelum akhirnya mengangkat sambungan telepon.
"Halo, Nyonya. Ini kami baru nyampe hotel, Anda di mana?" tanya Erlin, meletakan ponsel di telinga.
"Langsung ke kamar saya aja," ucap Rosalinda, suaranya terdengar samar-samar di dalam sambungan telepon.
"Baik, Nyonya. Saya naik sekarang juga," jawab Erlin dengan patuh sebelum akhirnya menutup sambungan telepon lalu mengalihkan pandangan matanya kepada Candra. "Kita langsung naik aja, Can."
"Hmm ... baiklah," jawab Candra, menarik napas dalam-dalam mencoba untuk menghilangkan rasa gugup, lalu membuka sabuk pengaman yang melingkar di tubuhnya.
***
Erlin mengetuk pintu kamar hotel dengan nomor 201 berwarna keemasan tertera di permukaan pintu. Candra yang berdiri di belakang Erlin benar-benar merasa gugup entah mengapa. Telapak tangannya bahkan berkeringat dingin, bingung dengan apa yang sebenarnya terjadi di sini. Ia pikir, masalahnya akan selesai setelah hasil test DNA itu keluar, nyatanya hal tersebut menimbulkan pertanyaan baru. Siapa sebenarnya Ibu kandungnya dan apa hubungan Rosalinda dengan sosok ibu yang bahkan belum pernah ia temui, atau jangan-jangan dirinya bukanlah pewaris seperti apa yang diceritakan oleh Erlin. Batin Candra, ingin segera mendapat jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang memenuhi otak kecilnya.
"Masuk!" seru seseorang dari dalam kamar.
Erlin menoleh dan menatap wajah Candra dengan senyum dan anggukan kecil sebelum akhirnya membuka pintu kamar lalu melangkah masuk dengan diikuti oleh Candra Wijaya. Langkah keduanya seketika terhenti saat mereka melihat sepasang manusia yang tengah berdiri dengan kepala menunduk tepat di depan Rosalinda yang sedang duduk di sofa dengan bersilang kaki.
"Akhirnya kalian dateng juga," decak Rosalinda, tersenyum lebar. Wajahnya nampak cantik dengan rambut di gerai memenuhi punggung, dress berwarna hitam nampak membalut tubuh langsingnya.
"Kenapa mereka ada di sini, Nyonya?" tanya Erlin, menatap wajah Viona dan juga Bram yang sontak menoleh dan menatap wajahnya dan Candra.
Wajah Viona nampak pucat pasi, mengenakan seragam pabrik berwarna biru muda. Ya, gadis itu adalah karyawan baru di pabrik cabang PT Abadi Sentosa. Jadi, wajar saja jika dia mengenakan seragam kerja. Sementara Bram dengan setelan jas hitam tanpa dasi nampak menunduk tidak berdaya setelah tahu siapa Candra sebenarnya dan apa hubungannya dengan Rosalinda.
"Viona, Lagi ngapain dia di sini?" batin Candra, menatap lekat wajah Viona lalu mengalihkan pandangan matanya kepada Bram.
Rosalinda berdiri tegak, menatap wajah Candra seraya tersenyum kecil lalu melangkah menghampirinya. "Tante sengaja memanggil mereka berdua ke sini biar mereka tau kalau kamu bukanlah orang miskin, Candra," ucapnya, berdiri tepat di samping Candra. "Tante udah liat hasil test DNA-nya dan kamu emang Candra yang sedang Tante cari."
Viona tiba-tiba melangkah mendekat lalu berlutut tepat di depan Candra. "Aku mohon maafin aku, Candra. Aku tau aku salah karena udah manfaatin dan menghina kamu. Aku menyesal, Candra. Aku mohon ampuni aku," rengeknya dengan mata berkaca-kaca membuat Candra bingung, hanya terdiam tanpa menimpali ucapan Viona.
Rosalinda tiba-tiba melayangkan telapak tangannya ke udara lalu mendarat di wajah Viona keras dan bertenaga membuat wanita itu terjatuh ke arah samping. "Maaf? Maaf kau bilang? Setelah kau menghina Candra di depan orang banyak, kau cuma bisa minta maaf sambil nangis bombay kayak gini? Apa kau tau siapa Candra, hah? Dia adalah ..."
Bersambung ....
lh
sekarang ohhh ada yang sengaja niat
jahat menculik Candra jadi tukang sapu jadi viral bertemu orang tua nya yang
tajir melintir setelah hilang 29 th lalu
👍👍
jangan mendekati viona itu wanita
ga benar tapi kejam uang melayang
empat jt ga taunya menipumu Chan..😭