Nia terpaksa menikah dengan Abizar untuk balas Budi. Karena suatu alasan Nia harus merahasiakan pernikahannya termasuk keluarganya. Orang tua Nia ingin menjodohkan Nia dengan Marcelino. Anak dari teman papanya.
Bagaimana kelanjutan pernikahan Abizar dan Nia ? Siapakah yang akan di pilih oleh Nia ?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Gadis Scorpio, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Teman Lama
Saat ini Nia dan Ibu mertuanya sudah sampai di mall. Mereka akan membelikan beberapa oleh-oleh untuk Melia. "Pakai ini saja." Nia menyodorkan kartu yang Abizar berikan tadi pagi kepada kasir saat ibu akan membayar.
"Lho, kamu ga beli apa-apa ?" tanya ibu yang melihat Nia tidak membawa apapun di tangannya.
"Tidak. Nia belum butuh apa-apa, Bu." jawab Nia sungkan.
"Jika memang kamu belum butuh, beli saja untuk suami mu. Sayangkan kalau uang suami tidak di habiskan. Jangan sampai malah dihabiskan perempuan lain." Ibu menggandeng tangan Nia masuk ke toko pakaian wanita.
"Nah, ini cocok buat kamu." ibu Aidiah ahmenunjukkan dua buah lingerie warna merah dan hitam. Nia menelan ludahnya melihat pakaian yang menerawang itu.
"Tapi, Bu."
"Sudah, beli saja." potong ibu sambil menyerahkan pakaian itu kepada pelayan toko. "Ini juga untuk menyenangkan suamimu. Jadi jangan malu." lanjut ibu.
"Nia, sebagai istri kamu harus bisa menjaga kebutuhan suami. Bukan saja menjaga makan dan minumnya tapi juga menjaga kebutuhan se**alnya." ibu memberikan nasehat dengan kata-kata yang gamblang membuat wajah Nia merona karena malu.
"Ibu tidak mau nasib rumah tangga kalian seperti ibu. Mungkin karena kelalaian ibu sehingga menyebabkan ayah Abi selingkuh dengan wanita lain." Ibu bercerita sambil mereka berkeliling mall.
"Maaf. Sudah mengingatkan kisah masa lalu ibu." Nia menggenggam tangan wanita yang sudah menjadi ibu mertuanya seakan memberikan kekuatan.
"Tidak apa-apa. Ibu tidak sedih sedikitpun." senyum di wajah ibu menandakan ia sudah ikhlas dengan yang terjadi.-
"Ah, ini sudah siang, Bu. Sebaiknya kita makan dulu. Ibu mau makan apa ?" tanya Nia mengalihkan pembicaraan.
"Apa saja tidak masalah."
"Oh, gimana kita makan di sana." Nia menunjuk sebuah cafe yang ada di depan mereka.
"Boleh. Ayo kita ke sana."
Saat ini Nia dan Ibu Abizar sedang duduk menikmati makan siang. Deringan ponsel menghentikan Nia dari kegiatan makannya.
"Ha lo..." ucap Nia terbata dengan membelalakkan matanya.
"Halo, Nia. Kalian ada di mana sekarang ? Apa sudah makan siang ? aku akan menyusul." Abizar bertanya panjang lebar.
"Nia, Nia. Apa kau mendengarkan ku ?" Abizar kembali bertanya saat tidak mendengar jawaban dari Nia.
Bukannya menjawab pertanyaan Abizar, Nia malah mematikan panggilannya. "Bu, maaf. Em, Nia harus pergi sekarang karena bos Nia menyuruh datang ke kantor. Eh salah, ke butik." Nia buru-buru mengemas tasnya sehingga ia salah bicara.
Nia cepat-cepat keluar cafe dari pintu samping. "Ya Tuhan. Hampir saja ketahuan." ia menyusut dadanya lega setelah berhasil keluar dan menjauh dari cafe. Bagaimana tidak terkejut saat Nia menerima panggilan dari Abizar, matanya tak sengaja melihat mama dan papanya akan masuk ke kafe yang sama dengannya.
Di cafe. Adam dan Sila yang sedang mencari tempat duduk tak sengaja melihat seorang wanita yang sepertinya mereka kenali. "Mbak Aidiah" suara Sila menyapa membuat wanita itu mendongakkan wajahnya. "Sila, Adam" setelah beberapa saat mengamati secara bergantian laki-laki dan perempuan yang sedang berdiri didepannya.
"Ya ampun. Benarkan Mbak Diah." Sila merasa tidak percaya bisa bertemu dengan sahabat lamanya dan merekapun berpelukan. Sudah hampir lima belas tahun mereka tidak bertemu. Sejak Aidiah meninggalkan Jakarta dan pindah ke luar kota.
"Jadi, putra mu selama ini tinggal di Jakarta ?" tanya Adam.
"Iya. Sudah tiga tahun dia bekerja di sini." Adam mengangguk mendengar perkataan Aidiah.
"Mbak Diah masih ingat dulu kita pernah ingin menjodohkan putra putri kita ?" kata Sila mengingat masa lalu.
"Iya. Tapi sepertinya tidak mungkin karena sekarang putraku sudah menikah dengan gadis pilihannya."
"Yah, sayang sekali. Mungkin mereka memang tidak berjodoh." ucap Sila.
"Ma, papa ada pertemuan penting sekarang. Mama mau ikut apa masih mau disini ?" tanya Adam pada istrinya.
"Mama di sini saja. Masih mau ngobrol sama Mbak Diah." jawab Sila.
"Ya sudah. Papa pergi dulu."
Sudah hampir satu jam Sila duduk di cafe dengan Aidiah. Akhirnya mereka sama-sama keluar dari Mall karena Abizar sudah menunggu di parkiran dan Sila juga sudah menghubungi supir untuk menjemputnya.