Nura sangat membenci Viona seorang gadis sholehah, cantik dan berprestasi di sekolahnya. Di hari ulang tahunnya, Nura merencanakan sesuatu yang jahat kepada Viona.
Dan akhirnya karena perbuatan Nura, Viona menyerahkan kesuciannya kepada pemuda asing.
Viona terpaksa menikah dengan pemuda lumpuh. Setelah hamil, Viona memutuskan lari meninggalkan suaminya dan mencari ayah dari anaknya.
Berhasilkah Viona menemukan ayah dari anaknya?
Ikut ceritanya!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yenny Een, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 30 Melawan Preman
Carlo dan para pengawalnya menuju rumah Alvaro. Sebelumnya Carlo menghubungi pihak kepolisian dan melaporkan ada penyerangan di rumah anaknya.
"Bos, kenapa melibatkan polisi?" tanya pengawal Carlo.
"Kota ini kota taat hukum. Kita harus minta bantuan pihak kepolisian," jawab Carlo.
Tibalah mereka di depan rumah Alvaro. Dan benar saja, setelah mereka masuk ke dalam pagar, beberapa preman menggunakan tongkat bisbol memecahkan kaca rumah Alvaro.
"Apa yang kalian lakukan!" Carlo mendekat.
"Kami mencari Alvaro, apa Anda yang bernama Alvaro?" salah seorang dari preman itu menghampiri Carlo.
"Iya, apa keperluan kalian?"
"Anda telah menculik wanita Bos kami."
"Wanita? Siapa? Bos kalian siapa?"
"Viona. Istri dari Bos Arya," jawab preman yang kemungkinan ketuanya.
"Viona istri Bos Arya?" Carlo menyipitkan matanya.
"Bos, ada orang di atas," tunjuk anak buah preman.
Ketua preman berbalik badan hendak masuk ke dalam rumah Alvaro, tapi Carlo mencegat tangannya. Ketua preman menyerang Carlo. Belum sempat Carlo membalas serangan, tiba-tiba terdengar suara sirine polisi.
DOOORRR!
DOOORRR!
Tembakan peringatan ditembakkan.
Ketua preman masuk ke dalam rumah Alvaro bersama anak buahnya. Carlo berlari keluar pagar berserta para pengawalnya. Carlo saat ini membiarkan pihak kepolisian yang bekerja menangkap para preman.
"Maaf Pak Carlo kami terlambat."
"Terima kasih Komandan, mereka merusak rumah anak saya dan berniat ingin menculik menantu saya."
"Lapor Komandan. Para warga berkeliaran. Mereka mencari tahu apa yang terjadi. Kami akan mencegah mereka agar tidak mendekati tempat ini. Nyawa mereka bisa terancam," lapor polisi.
DOOORRR!
DOOORRR!
Kembali para preman menembak ke arah polisi. Suasana semakin tak terkendali. Petugas polisi membalas tembakan. Tembak-tembakan seperti hujan tak memandang arah. Tetangga dan para pejalan kaki yang tak berdosa menjadi korban peluru para preman. Para preman bertindak sesuka hati mereka.
Kali ini sasaran mereka bukan lagi Alvaro dan Viona. Siapa yang menghalangi mereka akan kena tembakan mematikan. Pihak kepolisian sepertinya kewalahan, tidak sedikit dari mereka yang terluka.
Para pengawal Carlo membawa orang-orang yang terluka, baik itu warga sipil dan pihak kepolisian ke dalam mobil dan dibawa ke rumah sakit terdekat.
Carlo mendekati komandan polisi. Carlo mengangkat komandan polisi yang terluka masuk ke dalam mobilnya.
"Komandan, situasi sangat berbahaya. Anak buah komandan juga banyak terluka. Izinkan saya membantu pihak kepolisian," izin Carlo.
"Baik, Pak Carlo."
Carlo menutup rapat pintu mobilnya. Carlo memerintahkan para pengawal untuk menyerang balik. Carlo dan semua pengawalnya memakai masker.
"Ingat jangan pakai pistol! Serang mereka!" Carlo memberikan perintah.
Sandy melempar bom asap beracun ke dalam rumah Alvaro. Dalam hitungan detik, para preman tumbang sesak napas. Carlo juga melemparkan pisau beracun yang bisa melumpuhkan ke arah preman yang memegang senjata.
Lantai rumah dipenuhi dengan ceceran darah. Preman-preman yang sudah terkapar, memaksakan diri untuk melawan secara brutal. Terjadilah pukul memukul, tendang menendang antara preman dan pengawal Carlo.
Carlo menghampiri ketua preman. Carlo mencengkram lehernya. Carlo bertanya siapa yang memerintahkan mereka untuk menculik Viona. Ketua preman itu tidak membuka mulutnya. Carlo masih mencengkeram leher dan mengangkat tubuh ketua preman hingga kakinya melayang di udara.
"AAAGGGHHH!" ketua preman memegang tangan Carlo.
"Katakan! Kalo kamu terus diam, akan aku pastikan dua orang anakmu yang saat ini kuliah di Negara Mala, tidak akan kembali ke tanah airnya!" ancam Carlo.
"Ka ... kamu hanya bi ... sa mengancam," ketua preman terjatuh ke lantai.
"Cepat katakan!" Carlo menginjak dada ketua preman.
Anak buah preman berusaha menolong ketua mereka. Pengawal Carlo melempar bom kecil ke arah mereka.
DUAAARRR!
Ledakan kecil membuat lantai dua rumah Alvaro ambruk tepat mengenai seluruh preman kecuali ketuanya.
"Sandy, telepon anaknya sekarang!" Carlo masih menginjak dada ketua preman.
Sandy menghubungi seseorang di negara Mala. Sandy melakukan panggilan video. Dan di saat itu, rekan kerja Sandy yang berada di Mala sedang bersama dua anak perempuan ketua preman.
Terlihat seorang pria duduk bersama dua gadis yang sedang makan di sebuah Cafe.
"Halo Sandy, kenalin ini Dara dan juga Mitha," suara Ashar dari telepon.
Sandy melambaikan tangannya ke kamera. Ketua preman menahan sakit melirik ke ponsel Sandy. Memang benar di video itu ada dua orang anaknya yang kuliah di negara Mala.
"Lihat, dua anak perempuanmu sedang bersama orang kami. Jika kamu masih belum mengatakan siapa yang membayarmu, hari ini juga, dua anakmu itu akan kembali ke tanah air dalam keadaan mati!" Carlo kembali mengancam.
"Jangan, tolong, lepaskan mereka. Bos Chandra yang memerintahkan kami. Dia Ingin kami membawa kembali Viona istri Bos Arya."
"Di mana Chandra sekarang?"
"Di kota Ampit."
"Angkat tangan!" beberapa petugas kepolisian yang baru saja datang mengamankan preman.
"Lapor, saya Carlo temannya Komandan. Kami membantu menangkap preman. Di sana, ada yang terluka," Carlo menunjuk reruntuhan lantai dua yang menimpa beberapa orang preman.
Carlo dan pengawalnya meninggalkan pihak kepolisian yang melakukan pekerjaannya. Carlo kembali ke mobil untuk memeriksa keadaan komandan polisi yang sudah diperiksa petugas medis.
Carlo melaporkan kejadian kepada komandan polisi. Carlo setelah memberikan keterangan diberikan izin untuk meninggalkan rumah Alvaro yang kini tersisa puing-puing reruntuhan.
Carlo masuk ke dalam mobil. Carlo menghubungi Chandra. Chandra adalah ayah dari Arya. Sudah bertahun-tahun Chandra dan Carlo tidak berkomunikasi.
Carlo penasaran mengapa ketua preman menyebut Viona sebagai istri dari Bos Arya. Dan akhirnya panggilan telepon tersambung.
"Carlo, setelah sekian lama, apa kabar?" suara Chandra dari balik telepon.
"Katakan, apa Arya sudah menikah?" tanya Carlo.
"Iya, dia sudah mempunyai istri. Namanya Viona. Mereka sudah tinggal bersama. Tapi, Viona diculik, dibawa lari oleh Alva," jawab Chandra.
"Chandra, apa Arya yang cerita itu semua?"
"Arya tidak perlu cerita, aku tau semuanya. Carlo, serahkan Viona. Bukannya Alva tidak pernah serius dengan wanita?"
"Chandra, Alva dan Viona sudah resmi menikah. Arya datang di saat mereka sudah bersama. Arya hanya jadi orang ketiga."
"Selama ini Arya dan Viona hidup bahagia. Arya bahkan rela mengorbankan nyawanya demi Viona. Seharusnya Alva yang tau diri. Arya dan Viona saling mencintai. Di mana Viona? Kembalikan Viona!" Chandra dengan nada yang sangat tinggi.
"Chandra, kamu dan Arya sama gilanya. Terlalu banyak menghalu!" Carlo menutup teleponnya.
🌑 Kota Ampit.
Arya yang sudah sekian lama tidak bertemu dengan Chandra, hari ini berkunjung ke kantor cabang Chandra. Arya mendapatkan informasi dari ketua preman saat terakhir kali mereka bertemu bahwa mereka, preman disuruh Chandra untuk melindungi Arya.
"Arya, akhirnya kamu datang. Apa sekarang kamu ingin meminta bantuan Papa?" Chandra memutar kursi kerjanya menatap Arya yang berdiri di hadapannya.
"Apa Papa yang menyuruh orang untuk menculik Viona?" tanya Arya.
"Iya. Papa ingin Viona kembali padamu," Chandra tersenyum.
Arya dengan cepat mengambil asbak yang ada di atas meja kerja Chandra dan melemparkannya ke jendela kaca kantor Chandra.
CRAAANG!
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...