Maya Cantika Putri, seorang wanita cantik dan sederhana. Yang kehidupan awalnya berasal dari sebuah panti asuhan. Karena kegigihannya Maya bisa menjadi seorang dokter spesialis. Setelah dewasa secara tidak sengaja ketemu dengan ayah kandungnya, berkat bantuan seorang CEO tampan yang tidak sengaja dikenalnya. Akankah Maya bahagia dengan hidupnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Moena Elsa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tepat Waktu
Maya bergidik ngeri. Orang itu mencoba mengelus-ngelus pipi Maya. Maya menghindar. Orang itu bertambah geram terhadap Maya.
"Kalau dengan cara halus kamu menolak, maka akan kulakukan dengan cara kasar dokter" seringai orang itu dengan tak sabar.
Maya berdoa dalam hati, semoga ada orang yang menolongnya.
Orang itu mendekat lagi, bahkan mulai memegang tangan Maya.
"Lihat saja dokter, apa yang bisa kamu lakukan dengan tangan kaki terikat kuat. Bahkan kamu teriak minta tolong pun tidak ada orang yang akan menolong..ha...ha...., maka bersikap patuhlah denganku", orang itu merasa di atas angin.
Orang itu mulai mencoba mencium Maya, Maya melengos. Orang itu bertambah emosinya. Dia memegang kuat tangan Maya. Maya kesakitan. Dia mulai meraba-raba tubuh Maya. Mukanya yang mulai mendekat ke bibir Maya. Dengan mata terpejam, Maya meludahi orang itu. Semakin merah padamlah mukanya.
"Breng**k kau dokter" umpatnya. Tangannya mulai melayang ke angkasa, bersiap untuk menampar Maya. Tamparan itupun mendarat dengan indah ke muka Maya. Maya meringis kesakitan.
Orang itu semakin beringas. Baju atasan Maya ditarik dengan kasar, sehingga terkoyaklah baju atasan Maya. Maya meringkuk, mencoba menutupi tubuhnya yang terekspos.
Maya meronta ketika orang itu mendekat dan mulai menjamahi tubuhnya. Maya tidak bisa leluasa dengan tangan dan kaki terikat.
"Tubuhmu indah sekali dokter" seringai orang itu semakin menakutkan. Karena terlalu banyak bergerak, orang itu memukul tengkuk Maya. Maya pingsan.
"Diam begini kan lebih baik" gumamnya. Dia membungkuk, mulai menelusuri tubuh indah di depannya.
Belum sampai tangan kasar itu menyentuh kulit mulus Maya, sebuah tendangan menghantamnya dari belakang. Dia tersungkur dengan mulut mencium lantai.
"Kurang ajar, siapa kau?" tanya orang itu setelah orang itu bangun. Mulutnya berdarah karena nyosor ke lantai.
Orang itu membuka jasnya, dan menutupi tubuh Maya yang terbuka.
"Tidak perlu tahu siapa aku" jawab orang yang baru datang. "Kau hanya seorang pengecut, yang hanya berani ke seorang wanita" lanjutnya.
Orang yang hendak memerkosa Maya mengeluarkan senjata tajam. Dia menyerang dengan membabi buta. Bagi seorang Mayong (ya..orang yang baru datang adalah Mayong), yang merupakan seorang pemegang sabuk hitam dengan delapan strip putih taekwondo. Mayong hanya menghindar dari serangan lawan. Ketika kesempatan datang serangan balik Mayong sungguh mematikan. Orang itu terpental, badannya membentur tembok. Dia pingsan.
"Huh, segitu aja sudah keok" gumam Mayong.
Mayong mendekati Maya. Mayong menggendong Maya yang pingsan. Keluar dari ruangan sempit dan pengap itu, Mayong mendapati Doni yang sudah berhasil melawan kedua anak buah orang yang menyekap Maya. Bahkan kedua orang itu sudah dalam kondisi terikat.
"Don, skalian kau ikat orang yang di dalam itu" perintah Mayong.
"Bagaimana polisi yang sudah kau hubungi?" lanjutnya.
"Siap Tuan, polisi sudah meluncur ke sini. Tadi sebelum kita ke sini, sudah kuhubungi pihak kepolisian, bentar lagi pasti mereka datang" terang Doni.
Bukan tanpa pertimbangan, Mayong hanya datang berdua dengan Doni. Secara kemampuan dan kekuatan, Doni hampir berimbang dengannya. Bahkan kemampuan beladiri dan menembak Doni sangat bisa diandalkan. Untuk melawan berpuluh-puluh orang pun, Doni sang asisten pun mampu mengatasinya. Mayong pemegang sabuk hitam dengan delapan strip putih, bahkan hanya beberapa orang saja di dunia ini yang mempunyainya. Tentulah ketiga orang itu bukan lawan yang pantas bagi Mayong dan Doni.
Mayong menuju mobil sambil menggendong Maya. Sementara Doni mengikat orang-orang itu sebelum polisi datang. Mayong meletakkan Maya di kursi belakang. Maafkan aku Maya, hampir saja, gumam Mayong. Hampir saja aku telat menolongmu, karena telat membaca pesan dan mengabaikan telpon-telponmu.
POV Mayong.
Ya, pagi itu. Bangun tidur, kegiatan rutin Mayong adalah mengecek laporan-laporan yang masuk ke emailnya. Dan dilihatnya beberapa notifikasi pesan juga. "Ini kan nomer tidak dikenal yang semalem nelpon, coba kulihatnya?" gumamnya. Tuan Mayong, tolong aku, Maya. Demikian isi pesan itu.
Mayong bergegas menelpon Doni, "Don kamu lacak nomer ini?" perintah Mayong.
Doni yang baru bangun tidur, dengan nyawa yang baru terkumpul setengah hanya melongo.
"Doni..., kamu dengar kan?" suara Mayong setengah berteriak.
"I..i..iya tuan" Doni tergagap.
"Telpon ini akan kututup. Nomer ponsel yang harus kau lacak, sebentar lagi aku kirimkan. Kutunggu hasil secepatnya" Mayong menutup telponnya.
"Dasar tuan gak ada akhlak, pagi-pagi sudah main perintah aja" gerutu Doni tapi tetap melaksanakan perintah Mayong. Dia segera melacak keberadaan nomer ponsel yang dikirim Mayong.
Dengan segala kemampuan ITnya, bukan hal yang sulit bagi Doni untuk menemukannya. Memang asisten Mayong satu ini paket komplit..he..he.
Setelah tau titik lokasi ponsel itu, Mayong memerintahkan Doni untuk menjemput di apartemennya. "Don, gak usah mandi. Dalam sepuluh menit kamu harus sudah sampai di apartemenku" Mayong menutup telponnya sepihak. Nama nama hewan sekebun binatang diucapkan Doni, tapi Doni tetap meluncur sesuai yang diperintahkan Doni.
Doni segera menghubungi pihak kepolisian, setelah tau akar masalah dari cerita Mayong. Mereka berdua segera meluncur ke titik lokasi dimana keberadaan terakhir sinyal ponsel yang dipakai oleh Maya. Sampailah mereka di sebuah gudang tua, di tepi hutan. Bahkan mungkin orang sekitar situ juga tidak tau kalau ada sebuah gudang tua. Karena tertutup pepohonan yang rimbun, sehingga inti bangunan tidak tampak. Doni mempelajari situasi segera setelah turun dari mobil. Doni berjalan mengendap-endap menuju gudang itu. Setelah tau situasi, dia melambaikan tangan ke Mayong. Mayong turun mendekat ke Doni.
"Kelihatannya cuma ada tiga orang di dalam tuan, dua orang berjaga di luar dan satu orang lagi di dalam" jelas Doni. Mayong mengangguk, "baiklah. dua orang itu bagianmu, satu orang yang di dalam bagianku, sambil kita cari keberadaan Maya" Mayong langsung berjalan ke ruangan sempit di ujung lorong, yang terdengar ada suara orang mengumpat. Terjadilah adu jotos yang dimenangkan Mayong dan Doni.
Dan di sinilah Mayong berada, di dalam mobil menunggui Maya yang belum sadar dan Doni yang masih menunggu pihak kepolisian datang.
Doni masuk mobil setelah ketiga orang itu diringkus oleh polisi.
"Don, langsung ke rumah sakit saja" ujar Mayong setelah Doni masuk ke kursi sopir depan. Doni hanya mengangguk. Doni tahu, Maya butuh perawatan setelah beberapa hari disekap. Mayong duduk di belakang dengan kepala Maya di pangkuannya. Tanpa sengaja dia menatap wajah pucat Maya yang belum sadar dari pingsannya. Doni yang di depan melirik melalui kaca spion, melihat Mayong yang terus menatap Maya.
"Naksir tuan?" Doni sengaja menyela.
Mayong menimpuk Doni dengan sebuah kertas.
#Yang sudah ngikutin cerita ini, nge-like, ngasih komen, ngasih hadiah, ngasih vote...i like it..# makacih..makacih...makacih....peluk cium dari dunia halunya othor 💝💝💝😅
