Baca "Berbagi cinta: 1 hati 2 Aisyah" terlebih dahulu ya karena ini adalah sekuel novel tersebut.
"Purnama Merindu"
Ditinggal saat hamil oleh pacarnya yang ingin menikah dengan wanita lain.
Nayla Purnama, gadis 19 tahun yang ayahnya masuk penjara kasus korupsi, ibunya meninggal karena serangan jantung saat tahu putrinya sedang hamil tanpa menikah, bersamaan itu Nayla juga mengalami keguguran.
Belum empat puluh hari ibunya meninggal, kakak lelaki satu-satunya ikut berpulang karena sebuah kecelakaan beserta istrinya.
Nayla frustasi, putus asa, ingin bunuh diri tentu saja.
Disaat bersamaan hadir seorang Ariq Gunawan Pratama yang belum lama putus dari cinta pertamanya, Ariq adalah putra sulung pasangan Alif dan Humairah. Berawal dari hampir menabrak Nayla yang ingin bunuh diri di jalan raya yang ia lewati, perkenalan yang membawa teguran-teguran dengan bahasa cinta di sana membuat Nayla mulai membuka hati dan berniat meneruskan hidup yang lebih baik.
Terlebih saat keempat keponakan yatim piatu anak-anak dari kakak lelakinya yang hampir diserahkan ke panti asuhan, hingga Nayla mengambil alih mereka untuk ia asuh sendiri. Nayla bekerja dan meninggalkan kuliahnya demi bocah-bocah yang membuatnya kembali bangkit dalam kehidupan yang hampir membuatnya tenggelam.
Nayla Purnama bukan gadis juga bukan janda, pantaskah dia bersanding dengan lelaki dari keluarga kaya dan terpandang yang tentu akan banyak yang menentang hubungan mereka oleh sebab masa lalu Nayla yang penuh noda?
Hadir pula Rahayu sosok muslimah cantik yang telah disiapkan ayah ibunya untuk Ariq yang telah matang untuk berumah tangga. Bagaimana jika Nayla dibandingkan dengan gadis berhijab ini?
Sudah tentu Nayla mundur teratur karena merasa tidak pantas bersaing dengan gadis muslimah itu sedang ia hidup dengan noda merah masa lalunya.
Pilihan Ariq tidak pernah salah, ia memilih dengan hatinya. Dan pilihan itu jatuh pada Nayla, Nayla Purnama meski perempuan itu bukan seorang gadis lagi.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon wheena the pooh, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Lelaki pemaksa
Nayla berganti pakaian, ia segera menggendong Zaza keluar dari pintu akses belakang rumah besar milik oma Rika. Pekerjaannya telah selesai, ia terburu agar Denia tidak lama menunggu setelah waktunya banyak tersita untuk drama pagi ini.
Tanpa gadis itu sadari Ariq mengikutinya dari belakang, ia mencari Nayla beruntung perempuan itu belum jauh.
"Hai." Ariq tampak mensejajarkan jalannya dengan jalan Nayla yang tergesa-gesa.
Nayla terkejut, langkahnya terhenti seraya meraba dada yang berdegup saat mendengar suara Ariq menyapanya tiba-tiba.
"Mas Ariq, kau membuatku terkejut. Apa kau mengikutiku?"
"Iya, kenapa kau terburu sekali? Aku mencarimu, ternyata kau sudah pulang."
"Maaf aku harus cepat, Denia pasti lama menunggu, jam pulang sekolah sudah lewat sejak tadi, aku benar-benar tidak ingat waktu. Kasihan dia," jawab Nayla seraya melanjutkan perjalananya menuju sekolah Denia tanpa menghiraukan lelaki yang terus mengejarnya.
Ariq tentu terus mengerjarnya. Sampai pada Ariq menahan tangan Nayla hingga kembali terhenti.
"Mas Ariq, aku mohon...."
"Kenapa jalan kaki? Aku bisa mengantarmu."
"Sekolah Denia sudah dekat, tidak perlu diantar. Aku biasa berjalan kaki," jawab Nayla menghindar.
"Kemarikan anak itu!" Ariq mengambil alih Zaza yang tertidur dalam gendong Nayla.
Nayla terdiam, ia tidak menolak saat Zaza tampak masih tertidur setelah digendong oleh Ariq.
"Terimakasih."
"Iya, jangan lupa ada aku mulai sekarang." Kata. Ariq seraya menggoda Nayla dengan kedipan mata sebelah.
Pria itu tampak menggendong Zaza dengan satu tangan yang enteng, sedang tangan yang lain ia gunakan untuk meraih jemari cantik Nayla lalu menggenggamnya dengan erat.
"Ayo!" ajak Ariq sambil tersenyum melihat raut Nayla yang tampak hanya bisa mengangguk tanpa membantah.
Nayla tersenyum simpul, matanya melirik tangan mereka yang bertaut.
Mereka mulai berjalan.
"Kemana arah kita pergi?"
"Ke sana," tunjuk Nayla.
Untuk beberapa saat hening.
"Boleh aku tahu kenapa mereka bersamamu saat ini?"
"Karena aku ingin mengasuh mereka."
"Apa karena mereka juga kau pindah?"
"Tentu saja, tidak mungkin mereka tumbuh di kost sempit. Ponselmu ku---"
"Aku mengerti, jangan bicarakan lagi tentang ponsel. Itu bisa dibeli lagi, aku kagum padamu," ucap Ariq melirik Nayla dengan tatapan dalam.
"Untuk apa?"
"Untuk semuanya, aku kagum pada gadis labil yang dulu hampir bunuh diri namun sekarang mampu menghidupi empat anak sekaligus."
Nayla tersenyum getir mengingatnya, ada banyak hal yang tidak Ariq ketahui tentang kehidupannya.
"Aku hanya berusaha menata kembali kehidupan yang pernah tenggelam, dengan mereka aku bisa lebih bersemangat, karena mereka aku jadi lebih bersyukur, bahwa ada hal-hal yang tidak bisa ku abaikan, mereka membutuhkan ku," jawab Nayla sambil menatap kosong arah di depannya.
"Lebih-lebih ada aku sekarang," balas Ariq terkekeh.
Nayla menarik sudut bibirnya.
"Mas Ariq."
"Iya, sayang."
Nayla menatap Ariq dengan senyum geli saat mendengar kata sayang dari pria itu.
"Ckkk.... Jangan memanggilku begitu."
"Kenapa tidak boleh?"
"Entahlah, itu terdengar janggal."
"Kau kekasihku, apa salahnya?"
"Pemaksa."
"Nayla, aku serius."
"Tapi aku tidak bilang menerima bukan?"
"Sudah ku katakan, aku tidak menerima penolakan."
"Aku hanya takut kau kecewa."
"Apa kau gadis yang suka memberi harapan palsu pada lelaki?
Nayla segera menggeleng.
"Kenapa kau merasa seperti itu?"
"Entahlah, aku merasa aku bukanlah perempuan yang cocok menjalin hubungan denganmu. Mas Ariq terlalu sempurna jadi lelaki."
"Benarkah? Wah seharusnya kau senang mendapatkan lelaki sempurna ini," kilah Ariq seraya bercanda.
"Mas Ariq," lirih Nayla.
"Sayang."
Nayla hanya terdengar mendengus kesal, namun sungguh hatinya suka akan sikap Ariq saat ini, entahla Nayla belum bisa mengartikan perasaannya pada pria tampan yang memujanya.
"Mana sekolahnya?" tanya Ariq bingung, mereka sudah berjalan cukup jauh.
Nayla baru teringat niat awalnya yang ingin menjemput Denia dari sekolah.
"Oh, aku lupa lagi."
#Selamat hari raya idul fitri ya para readers ku tersayang maaf lahir dan batin ya semuanya, maaf jika ada.