" Kumohon Tuan! lepaskan aku! aku tahu kau tak pernah mencintai ku, kau hanya mencintai kakak ku, dan menganggap ku hanya bayang-bayang dari Kakak ku Sania."
"Aku tak ingin terjebak pernikahan ini selamanya! aku menikahi mu karna kakak ku yang memintanya, bergitu pun diri mu, tak akan pernah terjadi cinta di antara kita! lepaskan aku Tuan, aku juga ingin bahagia!"
Barley dan Sania sudah merencana kan pernikahan mewah, mengingat Barley adalah putra tunggal dari milioner bernama Hasta Raja Prawira.
Disaat pernikahanya tinggal menunggu waktu,.Barley harus kehilangan Sania, calon pengantin yang sangat ia cintai.
Selain itu Barley mengalami patah kaki karna tulangnya yang retak hingga harus menggunakan kursi roda.
Barley menjadi putus asa, keluarga juga memutuskan untuk menjodohkan Barley dan Santi, selain menjadi istri,.tugas Santi adalah merawat anak mereka yang cacat sementara karna mengalami keretakan tulang pada kakinya.
Sanggupkah Santi bertahan dalam menghadapi sikaf arogan dari suaminya tersebut.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Meylani Putri Putti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kembali kerumah itu
Sinar mentari masuk ke celah celah jendela, menyilau kan kedua insan yang sedang terlelap dalam peraduan.
Santi menerjab-nerjabkan matanya karna merasa silau akibat sinar matahari yang menerpa wajahnya, kepalanya terasa pusing, mungkin karna ia tak biasa bangun terlalu siang seperti saat ini.
Dadanya terasa sesak ketika merasa tangan kekar menimpa bagian dadanya, memeluk nya dengan erat.
Santi berusaha melepaskan dekapan Barley yang tiba-tiba saja memeluknya.
"Ihs, "tepisnya namun tangan tersebut tersebut kembali mencengramnya.
Tak ada pilihan lagi, dengan geram Santi menggigit tangan Barley agar terlepas dari
Akh, Barley menegelapar karna merasakan sakit dari gigitan Santi.
"Apa sih kamu?!" bentak Barley seraya menarik tangannya.
Santi menatap kearahnya kemudian membuang muka kearah lain.
Tanggan Barley meneteskan darah, ia pun menarik tisu untuk membersihkan darah segar.
"Sakit ya Tuan? tapi belum seberapa sakit saat kau merenggut kehormatan ku secara paksa," dengus Santi.
Matanya tajam menatap kearah pria tampan tersebut.
"Apa katamu?" jadi kau ingin membalas ku?"Barley.
"Aku bilang itu belum seberapa kan?" jadi lihat saja apa yang akan ku lakukan terhadap mu," ucap Santi dengan nada sinis.
Tak ingin berdebat, Barley langsung turun dari ranjang, kemudian langsung menuju kamar mandi untuk melakukan rutinitas paginya.
Santi turun dari atas ranjang mendekat kearah cermin meja riasnya.
Bulir bening menetes di pipinya melihat jejak yang di tinggalkan Barley.
"Hiks, hiks, kenapa aku harus terjebak pernikahan bersama pria berhati iblis itu," ucapnya seraya menghapus titik air matanya.
Barley keluar dengan menggunakan handuk sebatas pinggang dan rambut yang sedikit basah, mempelihatkan bentuk tubuh indah dan ketampanannya yang nyaris sempurna, meski pun begitu semua itutak membuat Santi sedikit pun memiliki rasa terhadapnya.
"Ayo cepat mandi! karna kita harus pulang secepatnya!"titah Barley, ia pun langsung mengenakan pakaiannya kembali.
Santi langsung menuju kamar mandi dan beberapa saat kemudian ia kembali dengan menggunakan pakaian yang semalam ia gunakan.
"Kenapa kau pakai pakaian itu? aku sudah menyiapkan semua pakaian mu di sini," ucap Barley menunjuk sebuah lemari.
Santi berjalan menuju lemari yang di tunjuk Barley, ia pun membuka lemari tersebut.
Mata Santi membelalak sempurna ketika melihat lemari itu penuh dengan pakaian wanita yang seukuran dengannya.
Barley menatap sedih ketika Santi membuka lemari itu, sesungguhnya semua pakaian tersebut telah di persiapkan untuk Sania.
"Pilihlah dan pakai saja pakaian yang kau suka, karna itu semua milikmu," ucap Barley lirih.
Barley keluar dari kamar dengan perasaan sedih, villa ini dan semua yang ada di sana hanya mengingatkanya tentang mendiang Sania.
Barley sengaja membeli villa ini yang akan ia tempati bersama Sania, namun sang kekasih tewas dalam kecelakaan sebelum melihat villa ini.
Barley menunggu Santi di meja makan, tak berapa lama Santi pun turun dengan menggunakan gaun putih yang membuatnya terlihat anggun.
Pandangan Barley tak beranjak menatap Santi yang turun dari anak tangga, seketika wajah tampannya menyunggingkan senyum tipis, ia seperti melihat sosok Sania dalam diri Santi.
Barley berdiri dan menyambut kehadiran Santi, namun ia tersadar karna sosok yang ada di hadapannya bukanlah Sania.
Ia pun kembali duduk di kursinya.
Santi duduk tepat di hadapan Barley dengan tatapan kosong dan wajah datarnya.
"Habiskan sarapan mu setelah itu kita langsung pulang, "ucap Barley seraya meneguk minumannya.
Santi sama sekali tak menyentuh makanannya.
Melihat sikaf Santi, Barley semakin kesal.
"Apa kau tak bisa menghargai apa yang ku berikan hah!" bentak Barley seraya menepak meja makan.
Tapi Santi bergeming dan membuat Barley semakin emosi.
Barley berjalan kearah Santi kemudian menarik tangannya menuju garasi tempat ia memarkirkan mobil.
Meski kakinya masih terasa, sakit namun Barley tetap menyeret langkah kakinya menarik Santi hingga menuju mobil.
"Tak ada gunanya bicara dengan wanita seperti mu!" dengus Barley seraya membuka pintu mobil.
Santi masuk kedalam mobil karna di paksa oleh Barley.
Di dalam mobil mereka hanya diam seribu bahasa.
Sesampainya di rumah, Barley membawa Santi menemui kedua orang tuanya.
"Ingat Santi di depan semua orang bersikaflah seolah-olah kita saling mencintai."
"Jika tidak, keluarga mu yang jadi taruhannya," ancam Barley.
Mendengar ancaman itu, Santi hanya bisa menatap sinis kearahnya.
Santi dan Barley keluar dari mobil, dengan bergandengan mesra mereka menuju ruang pintu masuk.
Saat itu tuan Hasta dan Andini baru saja keluar dari kamar mereka.
Melihat keduanya berjalan bergandengan dengan mesra, Andini menyunggingkan senyuman sinisnya.
"Barley!" seru Andini.
Seketika langkah Barley dan Santi terhenti.
"Ada apa Mommy?"tanya Barley.
"Kenapa perempuan ini kau bawa kembali lagi di rumah ini?!"tanya Andini dengan mata yang membelakak.
"Memangnya kenapa Mommy? Santi istriku, kemana pun aku tinggal, maka ia akan selalu bersama ku!" sahut Barley.
"Iya kan sayang?"tanya Barley seraya tersenyum menyeringai kearah Santi.
"Iya sayang," jawab Santi dengan nada datarnya.
Andini syok mendengar jawaban keduanya,
tanpa permisi ia langsung meninggakan Barley dan Santi dengan langkah angkuhnya.
Barley dan Santi melanjutkan langkah mereka menuju kamar, kali ini mereka berpapasan dengan Amora.
Namun Amora tak berani membuka suara melihat keduanya bergandeng mesra, tubuhnya berbalik seraya memastika apa tang baru saja di lihatnya.
"Kenapa Barley membawa wanita itu kembali ke rumah ini?"dengus Amora.
Setelan memasuki lift, Santi segera melepas gandengannya.
Ting... pintu lift terbuka.
Mereka langsung menuju kamar.
"Sekarang kamu istirahat disini, bersikaplah layaknya seorang nyonya di rumah ini, jangan keluar dari kamar ini sebelum aku kembali!" titah Barley.
Santi menatap kesal kearah Barley.
"Maksud mu? kau mengurung ku di kamar in"tanya Santi.
"Aku beri waktu mu tiga hari untuk kau merubah sikap mu, jika dalam tiga hari kau bisa bersikap baik terhadap ku, maka kau boleh keluar dari kamar ini." Barley
"Semua kebutuhan mu akan di penuhi oleh Wati, makan minum, katakan saja padanya apa yang kau ingin, dan malam harinya kau harus bersedia melayani ku dengan baik-sebaiknya, jika kau tak bisa memuaskan ku, maka aku akan menambah hukuman mu, "ucap Barley, ia pun keluar dari kamar.
Santi hanya mendengus kesal.
Barley keluar dari kamarnya kemudian menelphone asistennya.
"Hallo tuan."Asisten.
"Kirim barang-barang berharga yang sudah ku pesan kemarin kepada mertua ku, katakan padanya jika barang-barang tersebut sebagai hadiah dari menantunya," ucap Barley dengan tegas.
"Siap tuan."Asisten.
Barley sengaja memesan barang-barang mewah, seperti perhiasan, buah-buahan dan sebuah mobil untuk ayah mertuanya, agar mereka yakin jika Santi dalam keadaan baik-baik saja.
Bersambung, dukung Author dengan like, hadiah, rate bintang lima, komentar dan vote terima kasih
sama aja barley nyakitin santi, menggunakan kesempatan yang ada.
terjeda bukan terjedah
bersikap...bukan bersikaf...