Sweet Alexsandra, seorang gadis yang memiliki sifat dingin. Ia dipaksa untuk menikahi seorang lelaki kejam demi keuntungan bisnis orang tuanya. Perusahaan lelaki itu begitu sulit ditaklukkan. Sehingga gadis itu digunakan sebagai alat. Sweet harus rela melepaskan segala mimpinya. Menjadi seorang istri dari lelaki yang sama sekali tidak menganggap dirinya ada. Lelaki yang selalu menganggapnya sebagai pecinta harta.
Hidup tanpa cinta sudah menjadi hal lumrah baginya. Mungkinkah ia akan mendapatkan kebahagiaan yang sebenarnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon desih nurani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 21
"Hey wanita murahan!" Cherry menghampiri Sweet yang sedang membereskan ruang utama dengan tatapan tajam. Aura kebencian terlihat jelas dari sorot matanya. Sweet berbalik seraya melihat kiri dan kanan, ia mencari orang yang di maksud oleh Cherry. Karena ia tak merasa jika dirinya wanita murahan.
"Me?" tanya Sweet menunjuk dirinya sendiri. Cherry yang mendengar itu semakin kesal.
"Memangnya kau pikir siapa lagi, hah? Tembok," ketusnya. Sweet memalingkan wajah dengan malas.
"Dengar!" Cherry mendorong bahu Sweet, membuat gadis itu terdorong ke belakang. "Kakakku tidak akan menikahi siapa pun, jadi jangan terlalu percaya diri. Kau di sini hanya seorang pelayan rendahan, jangan pernah bermimpi untuk mendapatkan posisi Nyonya Digantara."
Sweet tersenyum kecut saat mendengar pemaparan Cherry. Kakinya melangkah maju untuk mendekati Cherry. Tangannya terangkat ke udara, lalu mendarat di bahu Cherry. "Dengar Nona Cherry yang terhormat, sebaiknya kau bertanya pada kakakmu. Bagaimana aku bisa ada di sini?"
Cherry menepis lengan Sweet dengan kasar. "Oh iya, aku juga tidak pernah menginginkan posisi yang kau idam-idamkan itu. Ambil saja, dengan suka rela aku akan memberikannya padamu, Nona Cherry yang terhormat."
Perkataan Sweet berhasil membuat lawannya membantu. Wajah Cherry merah padam dengan kedua tangan yang terkepal erat.
"Ah, satu lagi Nona Cherry. Namaku Sweet, jadi jangan pernah memanggilku wanita murahan lagi, oke? Karena itu lebih cocok untukmu," timpal Sweet meneliti penampilan Cherry yang membuatnya sedikit risih. Dress mini berwarna merah terang dengan belahan dada rendah, terlihat ketat dan membentuk setiap lekuk tubuhnya.
Cherry yang sudah dikuasai amarah yang mendalam pun langsung mengangkat tangannya ke udara, hendak menampar Sweet. Dengan sigap tangan mungil itu menahannya.
"Jangan sesekali kau mengangkat tanganmu untuk mengotori wajahku," tegas Sweet melepas tangan Cherry dengan kasar. Wanita itu terjerembab begitu jauh, tangan kanannya membentur ujung meja dan mengeluarkan darah segar.
"Hey, aku tidak mendorongmu. Bagaimana mungkin kau terjatuh sejauh itu?" ujar Sweet heran.
"Ana! Apa yang kau lakukan?" bentak seseorang dari arah belakangnya. Sweet cukup terkejut saat melihat keberadaan Alex. Lelaki itu melangkah cepat dan menghampiri Cherry yang masih terduduk di lantai dan terus meringis kesakitan.
Sweet yang melihat itu tersenyum getir, sekarang ia tahu kenapa Cherry melakukan itu semua.
"Mencari perhatian? Sungguh murahan trik yang kau pakai, Cherry. Sangat memalukan," gumam Sweet. Gadis itu bergerak untuk mengambil vakum cleaner, dan beranjak pergi dari sana. Ia begitu malas melihat drama queen yang dimainkan Cherry saat ini.
"Diam di tempatmu, Ana!" Mendengar bentakan Alex. Sweet menahan langkahnya, membalikkan tubuhnya untuk menatap lelaki yang saat ini tengah memberikan tatapan tajam.
"Jangan memanggilku Ana!" sahut Sweet sedikit meninggikan suaranya. "Kau tidak ada hak memanggil nama kecilku."
Alex yang mendengar itu langsung tersulut emosi. "Apa ini tujuanmu? Kau ingin melukai keluargaku?" bentak Alex menghampiri Sweet. Menekan bahu gadis itu cukup kuat. Sweet meringis kesakitan dan berusaha melepaskan tangan Alex darinya.
"Jangan sentuh aku!" Sweet menepis tangan kekar Alex dengan kasar. "Menyakiti keluargamu? Untuk apa aku melakukan itu, huh? Sama sekali tidak ada untungnya. Kau tanyakan saja pada adikmu tercinta, apa yang dia lakukan pada dirinya sendiri?" lanjutnya penuh penekanan.
Alex mengeratkan rahangnya dan melayangkan sebuah tamparan pada Sweet. Suara tangan Alex menyentuh pipi mulus Sweet terdengar begitu jelas. Sweet sedikit terjerembab, rambut hitamnya terlihat berantakan dan menutup sebagian wajahnya. Sweet terdiam, merasakan pedih yang luar biasa. Darah segar keluar dari sudut bibirnya yang sedikit robek.
Milan yang mendengar suara ribut pun langsung keluar, ia melihat dengan jelas kejadian di mana Alex memukul seorang wanita. Sedangkan Cherry, ia bangun dan tersenyum puas bisa menyaksikan langsung kejadian itu.
"Alex! Kau berani menamparnya?" seru Milan bergerak menghampiri Sweet yang masih mematung. "Ya tuhan," ucap Milan saat melihat penampakan wajah Sweet yang sedikit membiru.
Ada perasaan bersalah dalam benak Alex.
"Kak," panggil Cherry memelas. Ia memegang erat bagian lengannya yang terluka dan masih mengeluarkan darah. Alex yang mendengar itu langsung menghampiri Cherry. "Kita ke rumah sakit," ajak Alex pada Cherry.
"Alex, kau boleh menggunakan kata-kata kasar pada wanita. Tapi aku tidak mentolelir jika kau bermain kasar pada wanita," ujar Milan yang berhasil menahan langkah Alex. Alex berbalik, menatap Sweet yang masih terdiam.
"Aku tidak akan berlaku kasar, jika wanita itu hormat padaku."
"Kau ingin dihormati, tapi kau tidak menghormati wanita, Alex. Di mana akal sehatmu? Jangan bodoh, Alex. Karena kau gagal mendapatkan cinta orang lain, kau menutup mata untuk cinta yang ada di sekelilingmu!"
"Diam! Kau tidak perlu ikut campur urusanku. Jika kau bosan di sini, kau boleh pergi!" bentak Alex dengan emosi memuncak.
Milan yang mendengar itu cukup kaget. "Baik, aku akan pergi. Nikmati saja hidupmu yang tak akan pernah bahagia karena egomu itu, Alex. Aku akan membawa Mala dan Sweet pergi bersamaku, ayo sayang."
"Berhenti! Kau tidak punya hak untuk membawa putriku dan wanita ini," seru Alex menunjuk ke arah Sweet. "Karena dia Istriku!"
Cherry terhenyak mendengar pengakuan Alex. Istri? Apa aku salah dengar? Hah, ini seperti lelucon. Batin Cherry.
"Kepala pelayan, bawa Nona Cherry ke rumah sakit." Perintah Alex pada Kepala pelayan Ge.
Kepala pelayan bersama beberapa pelayan lainnya sejak tadi menyaksikan pertengkaran majikannya. Wanita tua itu langsung menghampiri Cherry yang terpaku di tempatnya. "Mari Nona."
Kepala pelayan Ge membawa Cherry keluar dari mansion bersama dua pelayan lainnya.
"Aku akan mengobati lukamu, duduklah." Ujar Milan menyuruh Sweet untuk duduk di sofa. Dari arah belakang, Daisy muncul dengan sebuah kotak obat di tangannya. Gadis itu juga ikut menyaksikan semuanya.
"Nyonya," ucap Daisy memberikan kotak obat pada Milan. Dengan piawai, Milan mengobati luka di sudut bibir Sweet. Alex hanya melihat itu dari kejauhan.
"Apa sakit?" tanya Milan saat tak mendengar sedikit pun rintihan dari bibir gadis itu. Sweet menggeleng pelan, tatapannya begitu kosong. Untuk pertama kalinya seorang lelaki mengangkat tangan untuknya. Sejahat-jahatnya Jeremy, tak pernah sekali pun ia bersikap kasar pada Sweet.
Bagaimana mungkin wanita itu sama sekali tak menangis? Batin Alex merasa heran.
"Daisy, bawa aku kembali ke belakang," pinta Sweet dengan nada pelan. Ia bangun dari duduknya. Dengan senang hati Daisy membantunya.
"Biarkan dia istirahat," sanggah Milan saat Alex hendak bicara. Lelaki itu terdiam kembali, bagaimana pun ia tetap merasa bersalah. Hanya saja ia enggan untuk sekedar meminta maaf. Ego dalam dirinya cukup besar. Alex menatap punggung Sweet yang mulai menghilang di balik dinding.
"Aku tidak tahu harus bicara apa lagi padamu, Alex. Gadis baik sepertinya kau jadikan sebagai mainan, suatu hari nanti, kau akan menyesali atas apa yang kau lakukan padanya," ujar Milan yang langsung beranjak pergi meninggalkan Alex yang masih terdiam seribu bahasa.