Indah, seorang gadis dari kampung yang merantau ke kota demi bisa merubah perekonomian keluarganya.
Dikota, Indah bertemu dengan seorang pemuda tampan. Keduanya saling jatuh cinta, dan mereka pun berpacaran.
Hubungan yang semula sehat, berubah petaka, saat bisikan setan datang menggoda. Keduanya melakukan sesuatu yang seharusnya hanya boleh di lakukan oleh pasangan halal.
Naasnya, ketika apa yang mereka lakukan membuahkan benih yang tumbuh subur, sang kekasih hati justru ingkar dari tanggung-jawab.
Apa alasan pemuda tersebut?
Lalu bagaimana kehidupan Indah selanjutnya?
Akankah pelangi datang memberi warna dalam kehidupan indah yang kini gelap?
Ikuti kisahnya dalam
Ditolak Camer, Dinikahi MAJIKAN
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mama Mia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
08 pandangan nyonya Felly
"Shalatullah salamullah... Ala Thoha Rasulillah..."
"Shalatullah salamullah... Ala Yasin Habibillah..."
Dari balik gorden, Nyonya Felly terus memperhatikan Indah, mendengarnya berdendang sholawat sambil mengelus perutnya sembari mengerjakan tugasnya menyiram tanaman. Ada ketenangan dan kedamaian dalam setiap gerak Indah, sesuatu yang sangat kontras dengan kekacauan yang berputar di benak Nyonya Felly sendiri.
Sudah satu bulan ini Nyonya Felly tinggal di rumah putranya. Tentu saja itu rekor baru, karena biasanya dia menginap paling lama satu minggu, itupun karena Rama yang memintanya.
Tetapi, tampaknya kehadiran Indah di rumah itu cukup menyita perhatiannya, hingga beliau ingin tinggal lebih lama. Apalagi jika bukan untuk memantau Indah.
Dan dalam rentang waktu itu, Nyonya Felly terus memperhatikan gerak-gerik Indah; segala tindak tanduknya, segala ucapannya; bagaimana cara Indah bekerja, bagaimana Indah berbicara, juga bagaimana Indah bersikap. Adakah satu hal dari Indah yang akan membuatnya kecewa? ternyata tidak.
Sejauh ini, dalam pengamatan Nyonya Felly, Indah cukup baik; cukup rajin, sama seperti yang diucapkan Bi Sumi. Indah juga cukup sopan, ceria, sikapnya terhadap sesama ART juga baik, dan semuanya terlihat tulus tanpa kepura-puraan. Nyonya Felly cukup lega melihat semua itu.
Ditambah lagi, Indah punya nilai plus menurut Nyonya Felly: Indah rajin beribadah dan pandai mengaji. Nyonya Felly sering diam-diam mendengarkan Indah mengaji di malam hari seusai bekerja, dan itu sungguh menenangkan.
Akan tetapi, belakangan ini ada sesuatu yang mengusik hatinya. Putranya biasanya selalu mencari alasan untuk tetap di perusahaan, pulang larut malam, menghabiskan waktu untuk bekerja terus-menerus, tanpa memperhatikan kesehatannya.
Dan itu sudah terjadi sejak dua tahun lalu, semenjak gagalnya pernikahannya dengan Selena, sang kekasih hati, yang memilih pergi dengan selingkuhannya—teman baik Rama sendiri. Hal itu mengubah kepribadian Rama yang semula hangat menjadi dingin, bicara hanya seperlunya, dan tak pernah tersenyum. Nyonya Felly merasa sedih dengan semua itu.
Akan tetapi, selama satu bulan terakhir Nyonya Felly tinggal di rumah ini, beliau melihat perbedaan besar. Rama selalu pulang tepat waktu, selalu makan malam di rumah tanpa alasan lembur. Begitu pula pagi hari, Rama selalu sarapan sebelum berangkat kerja.
Tentu saja itu perubahan yang baik. Akan tetapi, yang mengganggu pikirannya adalah Rama selalu mencari alasan untuk dilayani Indah. Padahal, Nyonya Felly tahu Rama bukanlah orang yang manja; Rama bisa melakukan segalanya sendiri, bukan selalu minta dilayani, bahkan untuk hal sekecil apa pun, termasuk mengambilkan nasi.
Seperti kejadian kemarin saat makan malam.
"Ambilkan nasiku!" titah Rama.
"Baik, Tuan...!" Indah yang berdiri di belakang kursinya langsung sigap melaksanakannya. "Anda ingin lauk apa, Tuan?" tanya Indah setelah mengambilkan se-centong nasi.
Nyonya Felly yang duduk di seberang Rama otomatis menoleh ke Bi Sumi, begitu pula Bi Sumi yang berdiri di sampingnya. Keduanya saling pandang mencari arti interaksi itu.
Apakah putranya tertarik pada Indah? Dari interaksi yang sering dia amati, putranya memang selalu mencuri-curi pandang ke Indah.
Sedangkan Indah, Nyonya Felly melihat gadis itu bersikap biasa saja, tanpa berusaha menarik perhatian Rama. Indah sangat profesional dalam bekerja.
Apakah ini cinta sepihak? Oh ya Tuhan...
Nyonya Felly merasa kepalanya pusing. Jika putranya harus jatuh cinta lagi, kenapa harus pada Indah? Kenapa bukan gadis lain? Siapa pun tahu Rama termasuk idola para gadis.
Seperti yang terjadi sekarang di depan mata Nyonya Felly.
"Indah... di mana kaos kakiku?!" teriak Rama, membuat Indah melemparkan selang air dan berlari masuk rumah tanpa mematikan keran.
Nyonya Felly meringis.menahan nafas, jantungnya berdebar kencang. Ia membayangkan skenario terburuk, Bagaimana jika Indah tersandung dan...
Bruk...
"Aaaa...!"
Ah tidak... Tidak. Untung itu tadi hanya halusinasi saja. Kalau itu benar-benar terjadi, Nyonya Felly tidak bisa membayangkan apa pun. Mungkin Nyonya Felly akan memarahi putranya. Nyonya Felly menggeleng cepat, membuang nafas kasar dan mengusap dada, melihat bayangan yang baru saja melintas di depan matanya.
"Kaos kaki sudah saya siapkan di depan sofa, Tuan. Berikut sepatunya juga!" Indah berbicara sambil mengusap peluh di keningnya. Nafasnya sedikit tersengal.
Nyonya Felly terus memperhatikan keduanya.
"Apa kau sudah sarapan? Jangan lupa kau sedang mengandung!" ucap Rama ketus. Namun, di balik ketusnya, Nyonya Felly mendengar nada kekhawatiran.
"Sudah, Tuan. Terima kasih sudah memperhatikan saya...!" jawab Indah tulus, tak peduli seketus apa Tuannya. Dia berterima kasih atas kebaikan Tuan Rama.
Jika malam itu bukan Tuan Rama yang menolongnya, entah bagaimana hidupnya sekarang.
"Hei...!!" Suara keras Tuan Rama membuat Indah kaget. "Siapa yang memperhatikanmu? Jangan terlalu GR. Saya hanya tidak mau bawahan saya mati karena kelaparan!" Kenapa Rama tidak terima dibilang perhatian?
"Ah iya... Maksud saya seperti itu. Maaf, saya salah ucap. Saya berjanji, suatu hari nanti anak dalam kandungan saya akan membalas kebaikan Anda. Dia juga akan berterima kasih pada Anda!" Indah mencoba memperbaiki ucapannya.
Dua bulan berinteraksi dengan Tuan Rama membuatnya terbiasa dengan sikap dan ucapan Tuannya.
"Memangnya siapa yang butuh balas budimu?!" Suara Rama semakin ketus.
"Ah, iya, maaf. Saya tahu Tuan sangat murah hati!" Indah bicara sambil mengusap dadanya.
"Saya mau berangkat kerja. Minggir! Jangan menghalangi jalanku!!" Ada banyak ruang kosong, tapi Rama memilih lewat di depan Indah, membuat wanita itu mundur selangkah.
"Hati-hati di jalan, Tuan!" Indah membungkukkan badan sebagai ucapan selamat jalan, lalu...
"Huff...!" Indah menjatuhkan badannya ke sofa, mengambil nafas panjang sambil mengusap dadanya.
Nyonya Felly hanya bisa memijit pelipisnya.
Nyonya Felly bahagia jika Rama bisa move on, tapi kenapa harus Indah? Ah, bukan karena Nyonya Felly melihat Indah sebagai gadis miskin yang kastanya berbeda, seperti yang didengarnya dari Indah sendiri. Nyonya Felly bukan orang yang melihat perbedaan harta, tetapi kondisi fisik Indah dan fakta bahwa gadis itu sedang hamil—gadis yang menurut Nyonya Felly tidak bisa menjaga kehormatannya.
*
*
Salam pembaca terkasih, sambil nunggu update, yuk mampir karya Mama yg lain 👇👇👇
keselek biji kedondong gak tuh/Smug//Smug/
In Syaa Allaah segala urusannya di lancarkan Moms.. sehat wal'afiat terus ttp semangat.. Love you bbyk² buat Momsay sekeluarga.. 😘😘😘💪🏻💪🏻💪🏻🥰🥰🥰