Menikah Karena Janji

Olif sudah memesan taksi online sebelum sesaat ia akan pergi dari rumah yang ia tinggal sekarang bersama suaminya, statusnya sebagai seorang istri sungguh membuat dirinya resah pasalnya semua fasilitas yang yang di berikan pak Revan sudah di tarik baik kartu kredit, uang shopping bahkan sampai mobil pun di tarik. Bukannya pelit pada anaknya namun pak Revan sengaja melakukan itu agar Olif tidak lagi bergantungan pada dirinya, ya memang tidak di pungkiri kalau Olif memang anak kandung pak Revan dan Ibu Susi tapi pak Revan melakukan itu semua bukan karena tak sayang melainkan membuat Varrel supaya bertanggung jawab atas kehidupan putri ke-dua nya.

Olif berdiri di samping jalan menunggu taksi online yang sudah ia pesan tadi, sembari menunggu Olif terus berpikir bagaimana cara dia membayar taksi nantinya, semua uangnya sudah habis tidak ada sepeserpun menarik di Bank itu bukan solusi yang baik, percuma pergi tapi uangnya tidak bisa di tarik sama sekali. Olif ingat betul saat pelayan cafe mengatakan kalau kartu kreditnya sudah di blokir. Olif mendengus kesal, namun sesaat kemudian pikirannya tertuju pada kartu kredit yang di berikan Varrel kamaren malam, kartu kredit itu menjadi satu-satunya yang bisa Olif andalkan sekarang.

"Apa aku gunakan saja ya kartu ini." gumamnya seraya membolak-balikkan kartu kredit itu dengan jemarinya. "Tapi dia kan tidak pernah mengatakan kalau aku boleh menggunakan kartu ini semauku, dia hanya bilang 'gunakan kartu itu untuk berbelanja besok'." Olif menirukan suara Varrel.

"Kalau aku minta sama Papa yang ada aku yang kenak marah, aku enggak mau sampai kenak marah sama seperti kak Yuni dulu. Bagaimana kalau aku gunakan saja kartun ini nanti kalau aku udah kerja dan dapat gaji aku menggantikannya. Hem, ide bagus." Olif tersenyum ia merasa sudah menemukan solusi yang tepat.

Tak berlangsung lama taksi online yang di pesan Olif pun datang, wanita itu langsung membukakan pintu penumpang dan menutup pintu itu kembali sesaat setelah ia masuk.

"Mau kemana Neng...??" tanya supir taksi itu seraya melirik Olif dari kaca spion yang berada di dalam mobil.

"Ke perusahaan Global Grup pak." jawab Olif setelah sesaat ia diam melirik pak supir, di lihatnya laki-laki tua yang sepertinya sebaya dengan ayahnya, sadari tadi bolak-balik meliriknya dari kaca spion, hal itu tentu saja membuat Olif risih ia tidak biasa di perhatikan oleh lelaki tua seperti ini. Sudah tua masih ganjen pikir Olif mulai tidak tenang.

"Berhenti di sini pak, saya cari taksi online lain saja." ucap Olif tiba-tiba merasa tidak sanggup lagi duduk satu mobil dengan laki-laki tua ini.

"Maaf Neng apa saya membuat Neng tidak nyaman...??" tanya supir itu yang seakan tau isi hati Olif.

"Iya, saya merasa sangat-sangat tidak nyaman, saya itu sudah punya suami." Olif menekankan kata suami dengan sangat tegas.

"Maaf Neng saya sudah membuat anda tidak nyaman, tapi saya tidak punya maksud seperti yang pikirkan, saya hanya senang melihat Neng karena Neng sangat mirip dengan almarhum anak perempuan saja." jelas pak supir dengan nada sedih, kehilangan seorang putri adalah hal yang paling terpuruk salah hidupnya apalagi putri satu-satunya.

Olif menaikkan alisnya kini ia merasa iba terhadap pak supir. "Maaf saya sudah suudzon pada bapak saya pikir bapak punya maksud lain tadi." ucap Olif merasa tidak enak telah membuat pak supir tersinggung.

"Tidak apa-apa Neng, saya seharusnya minta maaf karena saya membuat Neng tidak nyaman."

"Sudah berapa lama bapak kehilangan Putri bapak...??" tanya Olif berusaha membuat laki-laki tua itu terhibur.

"Baru beberapa bulan Neng, dia juga bekerja di perusahaan yang belang tadi, apa tadi Gobal Grup yang Neng...??"

"Iya, hehehehe tapi saya belum bekerja pak saya baru melamar, hari ini saya ikut tes."

"Ooohhh... Tapi saya yakin Neng pasti di terima."

"Mudah-mudahan pak, semoga saja."

"Oh ya Neng kita hampir sampai."

"Lah kenapa cepat sekali pak...??" tanya Olif terkejut saat mendengar perkataan pak supir mengatakan sudah hampir sampai, Olif pun mencoba melihat dari kaca mobil dan teryata benar apa yang di katakan pak supir, sangat jelas di mata Olif tulisan Global Grup tertera dengan sangat jelas di gedung pencakar langit yang tak jauh dari mobil yang ia naikin sekarang.

"Sudah sampai Neng." ucap pak supir setelah menghentikan mobil dan membuat Olif tersadar dari lamunannya, mengagumi keindahan perusahaan Global Grup itu.

"Ah iya, sudah sampai ya. Hem pak, saya bayar pakek kartu bisa soalnya saya tidak punya uang tunai." ucap Olif sempat ragu-ragu.

"Tidak apa-apa Neng tidak usah bayar, saya iklaskan Neng." tolok pak supir yang memang mengiklankan.

"Tapi pak..."--

"Tidak apa-apa Neng anggap saja saya menebus dosa saya tadi sempat melirik Neng, membuat Neng tidak nyaman." ucap pak supir dengan nada ramah.

"Pak saya merasa tidak enak nantinya." paksaan Olif.

"Tidak apa-apa Neng. Saya ikhlas kok beneran, itung-itung kirim pahala buat almarhum anak saya." sahut pak supir tetapi dengan pendiriannya.

"Baiklah, saya ucapkan terimakasih banyak. Saya pamit pak." ucap Olif sebelum sesaat ia turun dari mobil. "Rupanya masih banyak juga orang yang baik di dunia ini." batin Olif seraya masuk berjalan memasuki area kantor Global Grup. Mata Olif langsung kembali terpesona dengan keindahan perusahaan ini, ia benar-benar kagum. "Pantas saja Cinta sangat senang di terima kerja di sini." Olif sontak langsung teringat akan sahabatnya itu. "Ya Tuhan seharusnya aku memberitahu Cinta kalau aku sudah sampai." Olif dengan cepat mengambil ponselnya dari dalam tas branded yang ia gantungkan di bahunya.

"Halo Cin kamu di mana?? Aku udah sampai ni." ucap Olif ketika panggilannya terhubung.

"Kamu masuk aja tanya sama resepsionis, balang saja kalau kamu salah satu pelamar kerja yang di buka kemaren." sahut Cinta dari sebrang sana.

"Cin temenin aku, aku enggak berani sendiri."

"Enggak bisa aku sibuk sebentar lagi ada meeting aku tidak bisa turun ke bawah, kamu pergi aja sendiri ya. Kalau aku pergi nanti aku bisa di pecat."

"Kamu jahat..."

"Olif mengertilah aku tidak bisa pergi sekarang, nanti kita bicara lagi ya aku benar-benar sangat sibuk sekarang by." Cinta menutupkan sambung telepon.

"Cin... Kenapa di matiin sih kan aku belum tanya dia di lantai berapa." gerutu Olif kesal lalu wanita itu dengan memberanikan diri masuk ke dalam perusahaan.

Jangan lupa like dan komen 👇 👇👇

Bagi yang ikhlas silahkan vote, seikhlasnya.🥰