Elara Calista seorang wanita cantik yang menjadi istri kedua dari Erlangga Lysander pria tampan yang begitu dicintainya. Sayang saja hubungan mereka tidak pernah mendapatkan restu. Membuat rumah tangga mereka sering di landa masalah. Yang dibuat oleh istri pertama Erlangga serta ibu mertuanya yang begitu tidak menyukainya.
Mereka melakukan berbagai cara untuk menghancurkan pernikahan nya. Hingga akhirnya pernikahan Elara dan Erlangga benar benar berada di ujung tanduk.
Apakah Elara harus bertahan atau memilih untuk menyerah?. Dan apakah Erlangga akan membiarkan Elara pergi dari kehidupannya?.
(Jangan lupa yaww bantu folow akun Ig @sya_gelow )
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Syana Elvania, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kehilangan lagi
"Bodoh!. Menjaga wanita ku saja kalian tidak becus!." Teriak Erlangga murka. Melampiaskan amarahnya pada dua pengawal yang dia suruh untuk menjaga sang istri.
Tadi pria itu buru-buru kembali setelah mendapatkan kabar jika istrinya ingin pergi dari rumah sakit dan ketika dirinya sampai sang istri malah sudah pergi.
Padahal Erlangga baru sebentar meninggal sang istri, untuk menyelidiki dan memberikan pelajaran pada satu orang yang berhasil di tangkap oleh anak buahnya. Namun, urung karna kabar itu.
Erlangga mendesis. Mengambil sapu tangan nya membersihkan bercak darah yang mengotori tangan nya setelah puas menghajar dua pengawal itu yang terbaring tidak berdaya.
"Urus mereka." Titah Erlangga dengan dingin pada Stevan yang langsung menjalankan perintah.
Stevan memberikan isyarat pada anak buah Erlangga untuk mengurus mereka berdua. Sebelum akhirnya berjalan mengikuti Erlangga dari belakang.
"Stevan suruh orang untuk mencari istri ku. Kalau perlu sewa hacker terbaik untuk melacak istri ku." Suruh Erlangga berjalan pergi, keluar dari kamar inap istri nya dengan amarah yang belum reda. Dia keluar dari rumah sakit masuk kembali kedalam mobilnya.
"CK dimana kamu, sayang..." Bisik Erlangga didalam hati dengan khawatir. Wanita nya itu memang benar benar nekat dan keras kepala. Dia memijit pelipisnya sendiri begitu pusing dengan beban nya yang bertambah.
Sedangkan Stevan yang duduk di kursi samping pengemudi tengah sibuk dengan ponselnya untuk menjalankan tugas tugas dari bosnya. Yang kembali bertambah. Belum lagi besok Dia harus menghandle perusahaan. Karena Erlangga yang belum ingin kembali fokus bekerja lantaran ingin menyelesaikan urusan rumah tangganya.
"Kembali kerumah." Perintah Erlangga dengan dingin. Yang langsung dijalankan oleh supir pribadinya. Selang perjalanan yang cukup lama. Akhirnya mobil Erlangga berhenti di halaman rumahnya.
Dia turun bersama dengan Stevan. Masuk kedalam rumahnya. Baru saja hendak melewati ruang tamu. Langkahnya seketika terhenti menyadari kehadiran dua orang yang tidak diharapkan nya.
"Sayang..." Panggil manja Lala turun dari sofa berhambur langsung memeluk lengan Erlangga. Walaupun pada akhirnya ditepis kasar pria itu.
Erlangga menatap tajam Bella yang mengijinkan dua wanita itu masuk kerumahnya dengan tatapan menusuk. Membuat Bella seketika menunduk ketakutan.
"Dasar kamu!. Mamah hubungi tidak pernah di jawab. Gara gara wanita kampung itu, kamu semakin kelewatan batas Erlangga!." Omel Mita kesal, melampiaskan kekesalannya pada putranya yang sangat sulit dihubungi.
"Udah lah mah. Jangan marah marah terus. Nanti kambuh lagi gimana." Ujar Lala sebelum kembali menghadap Erlangga dengan senyum penuh kemenangan. "Oh ya, gimana tes DNA nya?. Bener kan?. Ini anak kamu?." Tanya Lala dengan sengaja.
Yang malah semakin memancing kemarahan Erlangga. Jemari kekar Erlangga menyambar leher jenjang Lala. Mencengkram dengan tekanan yang kuat. Membuat Lala panik. "Aku tahu ini rencana mu!. Jika kamu tidak mau mengaku. Maka nama mu sebentar lagi hanya akan menjadi kenangan..."
"Erlangga!. Apa yang kamu lakukan!. Lepaskan Lala!." Teriak Mita marah melihat apa yang di lakukan Erlangga pada menantunya. Bangun berdiri menghampiri mereka. Ingin mencoba melerai. Tapi dihalangi oleh anak buah Erlangga.
"Ugh!... Er-Erlangga. Le-lepas." Mohon Lala dengan susah payah. Mulai kesulitan bernafas, mencoba melepaskan diri dari cengkraman Erlangga yang begitu menyakitkan.
"Ini hanya permulaan." Sinis Erlangga tajam melepaskan cengkraman nya dari leher Lala dengan kasar membuat wanita itu tersungkur kelantai sembari terbatuk batuk.
"Usir mereka!. Jika sampai mereka menginjak kan kaki di rumahku lagi. Maka kepala kalian yang akan ku injak-injak!." Bentak Erlangga. Berjalan pergi bersama dengan Stevan.
"Ba-baik, Tuan..." Ujar Bella ketakutan. Bella memberikan isyarat pada para pelayan lain. Menyeret Mita dan lala dengan paksa pergi dari kediaman Erlangga.
"Lepas!. Erlangga!. Berani sekali kamu memperlakukan mamah seperti ini!." Teriak Mita marah. Sementara Lala juga mencoba memberontak sayangnya kekuatan mereka kalah dengan banyaknya pelayan Erlangga yang menariknya keluar rumah.
Mereka baru melepaskan nya ketika sudah berada di luar rumah. "Maaf nyonya ini perintah Tuan. Sekarang anda bisa pergi dari sini." Ujar Bella kembali masuk dengan pelayan lainnya dan menutup pintu rumah.
Sementara dua pengawal yang mengikuti Erlangga tadi. Langsung ke posisi mereka berjaga di depan pintu rumah Erlangga.
"Awas saja dasar pelayan sialan!." Teriak Mita marah.
"Ahk... Mah. Sakit..." Ringis Lala kesakitan memegang perutnya yang begitu kram. Sejak saat Erlangga mendorongnya tadi.
"Lala." Panggil khawatir Mita. Memegang menantunya agar tak jatuh. "Kita kerumah sakit sekarang, ayo." Mita membantu Lala masuk kemobil mereka.
"Mah... Sakit!... Hiks..." Lala mulai menangis ketika rasa sakit itu semakin intens diperut nya.
Dengan panik takut terjadi sesuatu pada calonnya, Mita segera menyuruh supir untuk pergi kerumah sakit. "Tenang. Kita akan kerumah sakit, kamu bertahan dulu ya. Mamah pasti kan Erlangga akan menyesal karena melakukan ini pada kita." Ujar Mita dengan tekad begitu marah atas perlakuan putranya itu.
Sementara didalam rumah Erlangga duduk di kursi kerjanya dengan kasar. "Jangan biarkan wanita licik itu lolos. Selidiki dia juga.!." Perintah Erlangga dengan dingin.
"Baik tuan. Saya membutuhkan beberapa tanda tangan tuan di dokumen dokumen ini." Tunjuk Stevan pada dokumen yang tadi sudah dikirimkan ke rumah Erlangga oleh sekertaris Erlangga.
Erlangga mengambil kasar pulpennya dan mulai menandatangani dokumen yang di tunjuk Stevan. Setelah selesai dia meletakkan pulpen ke atas meja dengan kasar. Amarahnya masih belum mereda.
"Semua perintah tuan sudah diurus saya pastikan laporan akan di berikan pada Tuan secepat mungkin." ujar Stevan sopan menata kembali dokumen itu.
Erlangga mengangguk mengibaskan tangan nya mengusir Stevan. Yang pamit dan pergi kembali ke perusahaan Erlangga untuk mengurus pekerjaan pria itu.
Pria itu bersandar lelah pada kursi kerjanya. Mengambil ponselnya untuk menghubungi Dania siapa tahu sang istri ada disana.
"Hallo. Apa ada Elara disana." Tanya langsung Erlangga tanpa basa basi ketika sambungan telfonnya terhubung.
Hening sesaat. "Tidak ada." jawab Dania mengerti apa yang sedang terjadi. Apalagi jika bukan mereka bertengkar.
Terdengar helaan nafas berat keluar dari Erlangga. "Baiklah, jika dia kesana atau menghubungi mu kabari aku." Pinta Erlangga sebelum akhirnya menutup panggilan telfon.
Pria itu mengirimkan pesan pada art yang disuruhnya mengurus rumah lama sang istri memerintah nya untuk memberikan informasi jika istrinya kembali kesana.
Dia letakkan dengan kasar ponselnya ke atas meja. Mengusap kasar wajahnya dengan frustasi. "Dimana kamu sayang..."