NovelToon NovelToon
Suami Hyper Anak SMA

Suami Hyper Anak SMA

Status: sedang berlangsung
Genre:Bad Boy / Teen Angst / CEO / Dijodohkan Orang Tua / Nikah Kontrak
Popularitas:4.6k
Nilai: 5
Nama Author: Raey Luma

"DAVINNNN!" Suara lantang Leora memenuhi seisi kamar.
Ia terbangun dengan kepala berat dan tubuh yang terasa aneh.
Selimut tebal melilit rapat di tubuhnya, dan ketika ia sadar… sesuatu sudah berubah. Bajunya tak lagi terpasang. Davin menoleh dari kursi dekat jendela,
"Kenapa. Kaget?"
"Semalem, lo apain gue. Hah?!!"
"Nggak, ngapa-ngapain sih. Cuma, 'masuk sedikit'. Gak papa, 'kan?"
"Dasaaar Cowok Gila!"

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Raey Luma, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Alasan Aman

Suasana aula mendadak riuh. Sorakan bercampur keluhan.

Davin ingin membantah. Mulutnya sudah terbuka, tapi rasa nyeri yang menusuk sampai ke bahu membuat suaranya tertelan.

Petugas medis membantunya. Davin segera dilarikan ke UKS.

Sementara di tribun, Leora berdiri tanpa sadar, disusul Rey yang juga ikut berdiri, dan meraih pergelangan tangan Leora.

“Ayo,” ucapnya lembut. “Kita harus ke UKS.”

Leora menoleh, ragu sepersekian detik. Tapi tatapan Rey sudah mengunci. Ia menurut.

Di depan UKS, pintu sudah terbuka. Davin dibaringkan di ranjang kecil.

“Ini bukan cuma keseleo,” kata perawat, serius. “Kemungkinan ligamen. Kita harus kompres dulu, lalu rujukan.”

Davin memejamkan mata.

Kalimat itu seperti palu.

Leora berdiri di ambang pintu. Dadanya sesak melihat hal itu. Davin yang selalu berdiri paling depan, sekarang terbaring tak berdaya.

Lalu Rey melangkah masuk lebih dulu, “Kasihan juga ya,” katanya, "Padahal ini babak penentuan.”

Ia menoleh ke Davin, senyum tipis tersungging.

“Lo terlalu maksa,” lanjut Rey. “Harusnya lo tau batasan.”

Davin membuka mata.

Tatapan mereka bertemu.

Tidak ada teriakan dan tuduhan. Hanya keheningan yang sarat makna.

Leora berdiri di samping Rey, bibirnya terkatup rapat. Ia ingin bicara. Tapi suaranya terkunci.

Rey meraih bahu Leora, jempolnya menekan ringan seolah menenangkan.

“Udah,” katanya pelan. “Yang penting dia segera ditangani.”

Leora mengangguk kecil.

Matanya kembali ke Davin. Davin juga menatapnya lama. Seolah ingin memastikan sesuatu yang tidak pernah bisa ia tanyakan langsung.

Leora memalingkan wajah.

Apa boleh buat.

Masih di dalam UKS, Davin kembali memejamkan mata, lengannya sakit bukan main.

Sementara Rey membawa Leora ke kantin, bukan ke aula. Menurut Rey pertandingannya sudah tak seru lagi, atau mungkin rencananya sudah terlaksana.

Rey sengaja memilih kantin paling ujung.

Tempat yang ramai, penuh suara tawa dan cukup untuk menenggelamkan apa pun yang tidak ingin didengar.

Ia mendorong nampan ke arah Leora.

“Pilih. Kamu belum makan dari pagi.”

Leora menatap makanan itu tanpa selera. Nasi, lauk, minuman dingin. Semuanya terlihat biasa saja, tapi dadanya terasa sempit.

“Kenapa?” tanya Rey, “Dari tadi kamu aneh.”

“Enggak apa-apa.”

Jawaban paling aman.

Dan paling bohong.

Rey duduk di depannya,

“Kamu kepikiran Davin?” tanyanya pelan.

“Enggak.”

“Bagus.”

Rey melanjutkan makan, membicarakan hal-hal remeh seperti pertandingan, rencana setelah final, dan orang-orang yang harus “dikalahkan”. Leora hanya mengangguk, sesekali tersenyum kaku.

Di kepalanya, bayangan Davin di ranjang UKS tak mau pergi.

Sementara itu, di lorong sekolah, Davin sudah dipindahkan ke kursi roda. Tim medis berbicara cepat, keputusan diambil.

Cedera itu terlalu serius.

Ia harus dibawa ke rumah sakit.

Dan seseorang menekan nomor yang sangat ia kenali.

---

Ponsel Leora bergetar di atas meja.

Ia refleks menunduk.

Nama itu muncul.

Papa.

Jantungnya jatuh.

“Rey, aku ke belakang sebentar ya,” katanya cepat sambil berdiri. “Ada telepon.”

Rey mengangguk.

“Jangan lama.”

Leora berjalan menjauh, melewati pintu kantin, berdiri di lorong yang sepi.

“Papa?”

Suara di seberang langsung masuk,

“Leora, kamu di sekolah?”

“Iya…”

“Kamu harus ke rumah sakit.”

“Ke—kenapa, Pa?”

“Kamu tau, Davin cedera parah,” kata papanya tegas. “Dia sendiri yang telepon Papa. Sekarang mau dirujuk ke RS.”

Napas Leora tercekat.

“Sial.”

Kata itu meluncur begitu saja dari bibirnya.

“Apa?” suara papanya meninggi. “Leora, dengar baik-baik. Kamu yang harus merawat dia.”

“Pa…” Leora memijat pelipisnya. “Aku—”

“Tidak ada tapi,” potong papanya. “Papa tahu hubungan kalian. Dan Papa juga tahu siapa Davin buat kamu.”

Leora menutup mata.

Kepalanya berdenyut.

“Papa, aku lagi sama teman teman." katanya akhirnya, “Aku enggak bisa pergi begitu aja.”

“Kamu pikir Papa peduli sama itu?”

Leora menelan ludah.

“Davin sendirian. Cedera tangannya serius. Kamu mau pura-pura bukan siapa-siapanya dia?”

Telepon itu terasa semakin berat.

“Leora,” suara papanya kembali terdengar. “Papa tunggu kamu bertindak secepatnya.”

Sambungan terputus.

Leora menatap layar ponselnya yang gelap.

Setelah itu Leora kembali ke kantin dengan langkah yang tidak lagi stabil.

“Kamu kenapa?” tanya Rey, refleks berdiri setengah. “Mukamu beda.”

Leora menarik kursi, duduk pelan.

“Kayaknya… aku harus pulang. Aku ngerasa sakit lagi.”

“Sakit apa lagi?”

“Kepala dan sedikit mual.” Leora memejamkan mata sebentar, "Aku mau pulang sekarang.”

Rey langsung meraih tangannya.

“Aku anter.”

Refleks, Leora menggeleng. Cepat.

“Enggak,” katanya, “Bodyguardku udah di jalan. Papa tau keadaanku.”

Alasan paling aman.

Dan satu-satunya yang Rey jarang bantah.

Rey terdiam beberapa detik. Matanya menelusuri wajah Leora, seolah mencari celah kebohongan.

“Kamu yakin?”

“Iya. Aku tiba tiba enggak enak badan, Rey. Beneran.”

“Ya udah. Jangan dipaksa.”

Sentuhan itu membuat Leora hampir runtuh.

“Maaf,” ucapnya pelan sambil berdiri. “Aku pulang dulu.”

Rey mengangguk, duduk kembali.

“Kabarin aku kalo udah nyampe.”

Leora mengangguk sekali lagi, lalu berbalik pergi.

Begitu sosok Leora menghilang di tikungan lorong, ekspresi Rey berubah.

Senyum tipisnya lenyap.

Ia meraih ponsel, menekan satu nama di daftar kontak.

“Datang ke kantin sekarang,” katanya tanpa basa-basi. “Ada yang perlu gue beresin.”

1
Shifa Burhan
author tolong jawaban donk dengan jujur

*kenapa di novel2 pernikahan paksa dan sang suami masih punya pacar, maka kalian tegas anggap itu selingkuh, dan pacar suami kalian anggap wanita murahana, dan suami kalian anggap melakukan kesalahan paling fatal karena tidak menghargai pernikahan dan tidak menghargai istrinya, kalian akan buat suami dapat karma, menyesal, dan mengemis maaf, istri kalian buat tegas pergi dan tidak mudah memaafkan, dan satu lagi kalian pasti hadirkan lelaki lain yang jadi pahlawan bagi sang istri

*tapi sangat berbanding terbalik dengan novel2 pernikahan paksa tapi sang istri yang masih punya pacar, kalian bukan anggap itu selingkuh, pacar istri kalian anggap korban yang harus diperlakukan sangat2 lembut, kalian membenarkan kelakuan istri dan anggap itu bukan kesalahan serius, nanti semudah itu dimaafkan dan sang suami kalian buat kayak budak cinta dan kayak boneka yang Terima saja diperlakukan kayak gitu oleh istrinya, dan dia akan nerima begitu saja dan mudah sekali memaafkan, dan kalian tidak akan berani hadirkan wanita lain yang baik dan bak pahlawan bagi suami kalau pun kalian hadirkan tetap saja kalian perlakuan kayak pelakor dan wanita murahan, dan yang paling parah di novel2 kayak gini ada yang malah memutar balik fakta jadi suami yang salah karena tidak sabar dan tidak bisa mengerti perasaan istri yang masih mencintai pria lain

tolong Thor tanggapan dan jawaban?
Raey Luma: Sementara contoh yang kakak sebutkan mungkin lebih menonjolkan karakter pria yang arogan, sehingga apa pun yang dia lakukan selalu tampak salah di mata pembaca. Apalagi di banyak novel, perempuan yang dinikahkan secara paksa biasanya digambarkan berasal dari tekanan ekonomi atau tanggung jawab keluarga, sehingga karakternya cenderung lebih lemah dan rapuh. Dan itu yang akhirnya membuat tokoh pria terlihat seperti pihak yang “dibenci”.


Beda dengan alur ceritaku di sini, di mana pernikahan mereka justru terjadi karena hal konyol dua orang ayah yang sama-sama sudah kaya sejak lama, jadi dinamika emosinya memang terasa berbeda.

Kurang lebih seperti itu sudut pandangku. Mohon maaf kalau masih ada bagian yang kurang, dan terima kasih sudah berbagi opini 🤍
total 2 replies
Felina Qwix
kalo aja tau Rey si Davin suaminya Leora haduh🤣🤣🤣
Raey Luma: beuuh apa ga meledak tuh sekolah🤣
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!