"Kamu bisa nggak jalan pake mata?!"
Tisya mengerang kesal saat bertabrakan dengan Den yang juga sama terkejutnya jujur aja, dia nggak ada niat sebelumnya buat nabrakin diri pada wanita di depannya itu.
"Biasanya saya jalan pakai kaki Bu. Ya maaf, tapi bukan cuma Bu Tisya aja yang jadi korban di sini, aku juga gitu." Den terus mengusap dadanya yang terhantam tubuh Tisya.
"Masa bodoh! Awas!" Tisya mengibaskan rambutnya ke samping.
"Khodam nya pasti Squidward bestinya Plankton tetangganya Hulk suhunya Angry bird! Galak banget jadi betina!" Keluh Den masih diam di tempat karena masih memungut tas kerjanya yang sempat terjatuh.
"Apa?? Ngomong sekali lagi, kamu ngatain aku apa???" Tisya berbalik memegang lengan Den.
"Ti-ati, nanti jatuh cinta. Nggak usah ngereog mulu kayak gitu kalo ketemu aku. Hipotermilove nanti lama-lama sama ku."
Den sudah pergi, Dan lihat.. Betina itu langsung ngowoh di tempatnya.
Hipotermilove? Apa itu?? Temukan jawabannya di sini!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dfe, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Sampai megap pindo
Kamar Tisya terletak di lantai dua. Dinding ruangan tersebut bercat cosmic berpadu dengan warna putih gading dan di bagian lain seperti dekat ranjang di buat sedikit menyala dengan adanya warna peach blossom.
Lampu kamar sengaja diatur sedemikian rupa agar pencahayaannya terlihat sedikit redup, tak mengganggu penglihatan sepasang mahkluk berjenis manusia yang sedang memadu cinta. Eleh eleh.. Bahasanya nggak banget!
Padahal sang malam belum menampakkan pekatnya, langit masih bertahtakan matahari meski sudah terlihat agak condong miring ke arah barat sana. Tapi hal itu tak mengganggu kegiatan yang dua anak Adam lakukan di dalam kamar. Mereka bakal terganggu atau mungkin menggangu penglihatan mahkluk hidup lain, jika melakukan proses perkembangbiakan di tengah lapangan!
Keadaan kamar sudah seperti kapal karam. Sprei, bantal, guling dan benda lain penghuni tempat tidur Tisya sudah disuruh mengungsi ke lantai. Dan tempat tersebut akhirnya dijajah Den dan Tisya untuk menuntaskan hasrat mereka. Ranjang sebesar dan selebar itu terasa kurang luas untuk mereka jadikan media bercocok tanam.
Tisya menggelepar kala merasakan tusukan di bawah tubuhnya terasa makin dalam kala Den membuatnya berada di atas, memegang kendali atas dirinya. Lenguhan Tisya makin menjadi-jadi, tangan Den tak bisa diam, terus meremas dan menggerayangi apapun yang ada di tubuh istrinya.
"Aaah... Den, aku lemes banget.. Capek Deeeeen.. Aaah.."
Kata aah nya diulang terus hingga hitungan ke seribu lapan ratus enam puluh sembilan kali. Kalo ditulis nanti isi novelnya cuma tulisan aah aah aah doang, nggak penting sekali kan?
Tanpa banyak bicara, Den lagi-lagi membolak-balikkan tubuh Tisya sesuka hati. Kini Tisya ada di bawah kungkungan Den. Memejamkan mata erat sambil berharap Den bisa cepat mengakhiri ini semua. Kakinya terpaksa dibuka sangat lebar agar Den bisa bergerilya semaunya di atas tubuhnya. Keringat di leher dan dada Tisya menjadi bukti bagaimana dia kepayahan menghadapi stamina suaminya.
"Deeen.." Suara Tisya sudah sangat serak. Dia seperti tak mengenali suaranya lagi, saking seringnya dia mendesah akibat gelombang nikmat yang Den hantarkan ke tubuhnya.Tisya sampai megap megap.
Bukan hanya Tisya, Den juga sangat menikmati aksinya saat ini. Sepertinya Kepin sedang mengamuk karena sudah hampir seminggu nggak numbuk kenikmatan di lumbungnya Kelin.
Desahan Tisya terus terdengar, kadang aah, kadang ooh, kadang ssshhh, sering nya mengumbar suara yeees atau nooo dibarengi tubuh yang bergoyang seirama dengan musik yang Den ciptakan.
Semakin Tisya bersuara, semakin cepat laju Kepin memasukinya. Dia seperti mesin yang sistem off nya rusak! On mulu pokoknya!
"Udaaah.. Please... Akuu nggak kuat Deeeen..." Tisya meratap kala tubuhnya di paksa menungging seksi.
Den hanya mengusap punggung Tisya seperti berkata.. 'Ini belum seberapa sayang.. Nikmati aja, oke!'
Kali ini bukan desahan tapi sedikit teriakan yang keluar dari bibir Tisya. Bagaimana nggak berteriak jika dia disodok dengan keras dari belakang sebelum dia merasa nyaman dengan posisi barunya. Aaah.. Rasanya ingin menjambak rambut Den sampai botak jika ada kesempatan!
Udah. Cukup, berimajinasi nakalnya.
Tisya nggak bisa bergerak meski hanya memasang selimut ke tubuh polosnya. Dia benar-benar dihajar habis-habisan oleh Den hari ini. Dan lihat lah, Den malah seperti tanpa dosa mengusap dan membersihkan Kelin dengan tisu yang ada. Ingin melarang tapi energi Tisya sudah terkuras habis oleh pertempuran yang baru saja berakhir. Dia biarkan saja Den berbuat apa saja pada dirinya.
Tisya memejamkan mata. Rasanya lelah sekali, dia bahkan tak peduli kala Den dengan usilnya mengorek si Kelin dengan jemarinya. Dan Den baru berhenti bermain-main dengan Kelin, saat dia menginginkan memerah susu langsung dari sumbernya. Sepertinya Den tak memberi kesempatan tubuh Tisya untuk beristirahat dengan tenang, nyatanya meski si pemilik tubuh mulai mengarungi mimpi.. Den justru memposisikan diri berada di dada Tisya dan menghisap pucuk gunung tanpa adanya perlawanan, hingga dia sendiri tertidur merasakan kenyamanan yang nggak pernah dia rasakan sebelumnya.
.
.
Bangun pagi, gosok gigi, cuci muka, molor lagi... Enggak enggak.
Pagi harinya, Den sudah siap pergi ngantor. Den dan Tisya berangkat bersama. Berpamitan dengan Jiwan serta Btari setelah mereka sarapan bersama tadi. Seperti hal itu akan menjadi rutinitas harian Den sebelum dia memiliki rumah sendiri.
"Nyupir tuh yang fokus. Jangan liat-liat hp mulu. Nabrak ntar, mati muda kita!" Sengit Tisya yang kesal dengan cara Den berkemudi.
"Dih mulutmu Ra Ra. Minta dijejelin Kepin semaleman ya? Ini lho, ada notifikasi chapter baru di novel yang aku kaporitin Ra. Mau aku like sama komen dulu ah, biar author nya seneng." Ucap Den membaca dengan kecepatan cahaya.
"Kenapa? Novelnya bagus banget apa nyampe kamu bela-belain ngelike sama komen ke sana?" Tanya Tisya penasaran.
"Nggak sih. Author nya nggak terkenal. Nama penanya aja cuma tiga huruf nggak jelas. Tapi, ya.. Aku kasihan aja sama dia. Seenggaknya dia bakal lompat-lompat kegaringan eh kegirangan pas baca komenku, kan?" Jawab Den bikin terenyuh.
"Emang author nya itu bikin genre apa'an nyampe novelnya sepi pembaca?" Tisya mulai penasaran.
"Umum lah. Tentang kisah cinta disambi guyonan ringan gitu. Mayan, author nya punya jiwa dagelan. Rada terhibur aku nya."
"Owalah.. Pantes nggak laku. Aturan bikin novel CEO CEO an, mafia mafia an, misal judulnya.. Terpaksa menikah dengan CEO buta dan kudisan, one night stand with mafia dingin aura Conjuring, ranjang panas sang Presdir terbakar api neraka. Nah.. Coba kamu kasih saran begitu sapa tau karya author kaporitmu makin dilirik pembaca." Usul spektakuler seorang ibu pengacara.
"Hahaha.. Baiklah sayang! Nih ketik sendiri. Aku tak fokus nyetir."
Ponsel Den diberikan pada Tisya. Lalu Tisya benar-benar mengomentari novel yang katanya dikaporitin oleh suaminya.
"Eh Ra, kamar mu kedap suara nggak?" Tanya Den kemudian.
"Enggak. Kenapa emangnya?" Jawab Tisya polos.
Wajah Den langsung memucat. "Kamu kemarin nyampe teriak-teriak gitu pas kita bikin anak Ra.. Ya Allah, gimana kalo emak bapak mu mikir macem-macem??"
"Lah... Kan aku udah bilang stop Den. Berhenti. Eh kamu malah gencar main nyodok nggak pake jeda, nggak aturan babar blas. Ya udah sih. Santai aja! Lagian kita emang macem-macem kan semalem, eh bukan kita deng.. tapi kamu doang. Aku sih diem aja tuh."
"Apanya yang diem aja, Pujianto?? Kamu teriak-teriak kenceng banget lho Ra.. Astaghfirullah.... Muka ku mao ditaruh di mana ini ya Allah Gusti.. Malu banget aku lah sama mertua.."
"Taruh di selangkangan aja. Semalem kan gitu.. Kamu taruh muka mu d selangkangan ku."
Krik krik krik. "......"
Den diam tanpa kata. Tisya cuek bebek sambil berkonsentrasi mengetik huruf per huruf untuk mengomentari novel kaporit (favorit) suaminya.
kadang diem aja pasti salah sih depan emak emak yang lagi kesel apalagi ini bumil pasti mood nya naik turun,
iku ngunu hp an mumpung nunut wifi 😂