Valerie memutuskan pulang ke Indonesia setelah dikhianati sang kekasih—Kelvin Harrison. Demi melampiaskan luka hatinya, Vale menikah dengan tuan muda lumpuh yang kaya raya—Sirius Brox.
Namun, siapa sangka, ternyata Riu adalah paman terkecilnya Kelvin. Vale pun kembali dihadapkan dengan sosok mantan, juga dihadapkan dengan rumitnya rahasia keluarga Brox.
Perlahan, Vale tahu siapa sebenarnya Riu. Namun, tak lantas membuat dia menyesal menikah dengan lelaki itu, malah dengan sepenuh hati memasrahkan cinta yang menggebu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Gresya Salsabila, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Hubungan Juliet dan Angela
"Annisa dan Kelvin ada di sini, mereka ada masalah dengan Theo. Riu, kamu pulanglah! Keadaan kakakmu tidak baik." Suara Jason kembali terdengar di telinga Riu, menyampaikan kabar yang membuatnya mengembuskan napas panjang.
Sejak jauh-jauh hari, Riu sudah menduga hal itu akan terjadi. Mengingat penyelewengan Theo yang tidak sebentar.
"Apa Kak Annisa langsung membaik kalau aku pulang, Pa?" Riu bertanya santai. Dia sama sekali tak khawatir dengan keadaan kakaknya. Menurutnya, itu adalah cara terbaik untuk membuat kakaknya sadar bahwa yang dilakukan selama ini salah.
Setelah diam sesaat, Riu kembali mendengar jawaban Jason.
"Setidaknya dia tahu keluarganya masih peduli. Riu ... Papa tidak sedang bercanda. Keadaan kakakmu memang buruk. Papa mohon ... pulanglah!"
Riu tersenyum miring. Demi kakaknya, sang ayah sampai rela memohon. Sebuah hal yang belum pernah ia dapatkan.
"Baik," jawab Riu sesaat kemudian. Singkat, padat, dan datar. Memang seperti itu cerminan hatinya, datar.
"Riu, ada masalah apa?" tanya Sandi setelah Riu menyimpan kembali ponselnya.
"Bukan masalah serius. Papa hanya mengabari bahwa Kak Annisa pulang tidak dengan suaminya. Dan ... beliau menyuruh saya ke sana sekarang," jawab Riu, sama sekali tidak menampilkan kecemasan.
"Ada apa dengan Kak Annisa?" Vale ikut bertanya. Namun, Riu hanya menanggapinya dengan mengedikkan bahu.
"Kalau memang ada sesuatu, pulanglah dulu ke tempat ayahmu," timpal Marissa, yang kemudian disetujui oleh Riu.
Lelaki itu izin pamit, setelah mengiakan usul Marissa terkait bulan madu. Ia menggandeng tangan Vale dan mengajaknya melangkah bersama menuju mobil. Sandi dan Marissa mengantarnya sampai pintu gerbang. Mereka baru kembali setelah mobil Riu menghilang di tikungan.
Sementara itu, di dalam mobil Riu mulai membahas masalah yang menimpa kakaknya, yang menurut Jason pulang dalam keadaan tidak baik.
"Kalau tak begini, mungkin Kak Annisa tidak akan pernah percaya kalau Theo bukan lelaki baik-baik," ucap Riu sambil tetap fokus dengan kemudi.
Vale mengangguk-angguk, "Iya. Terkadang, orang harus jatuh di titik terendah dulu baru bisa membuka mata dengan benar."
Tanpa sepengatahuan Riu, Vale diam-diam mengulum senyum. Entah terhitung jahat atau tidak, tetapi ia merasa bahagia mendengar kabar barusan. Tak dipungkiri, tiap kali mengingat pengkhianatan Kelvin dulu, ia masih merasa sakit dan benci. Sekarang, ibunya Kelvin merasakan hal yang sama seperti yang ia rasakan dulu. Bukankah itu sebuah keadilan yang luar biasa?
Karena masing-masing larut dalam pikiran yang menyenangkan, perjalanan ke rumah utama kelurga Brox pun terasa singkat. Bak hanya hitungan menit, mobil yang mereka kendarai sudah memasuki bangunan megah tiga lantai tersebut.
Dengan sikap manisnya, Riu keluar terlebih dahulu dan membukakan pintu untuk Vale. Lantas, dilanjut dengan genggaman tangan yang cukup erat ketika melangkah menuju pintu.
"Tuan Riu, Nona Vale, Tuan Besar dan Nyonya Annisa sudah menunggu Anda di lantai atas," ucap kepala pelayan yang menyambut mereka.
Riu mengangguk. Kemudian, melanjutkan langkahnya menuju lantai atas.
Setibanya di sana, tepatnya di ruang bersantai, Riu dan Vale mengernyitkan kening bersamaan. Pasalnya, bukan sekadar air mata atau keluh kesah yang ada pada diri Annisa sekarang, melainkan beberapa memar di wajah dan juga balutan perban di lengan. Entah pertengkaran seperti apa yang menimpa pernikahannya dengan Theo.
"Riu!" sambut Jason.
Sementara Annisa hanya menunduk, merasa malu bertatap muka dengan Riu. Pun dengan Kelvin. Dia terus saja berpaling, sedetik saja tak mau beradu pandang dengan Vale. Sang mantan yang sepertinya menjadi penyesalan terbesar sepanjang hidupnya.
"Andai aku bisa memutar waktu, aku tidak akan pernah menuruti keinginan Mama Papa yang menyuruhku mencari wanita kaya. Juga tidak akan pernah mengenal Angela," batin Kelvin.
Lagi-lagi ia merasa tertampar ketika mengingat wanita itu. Seseorang yang dikira ada dalam genggamannya, nyatanya malah dia sendiri yang ada dalam genggaman wanita itu, yang kini begitu mudah dilepas dan dicampakkan dengan hina.
Setelah ayahnya terang-terangan mengakui perselingkuhannya dengan Juliet dan nekat menceraikan sang ibunda, barulah Kelvin tahu bahwa Angela adalah adik kandung Juliet.
Selama dekat dengannya, tujuan wanita itu hanya dua. Yang pertama mengeruk uang darinya, dan yang kedua untuk menyamarkan perselingkuhan Juliet dengan Theo. Kalaupun nanti sering bertandang dan bertemu, mereka bisa menggunakan alasan kekeluargaan—mendukung hubungan antara dirinya dengan Angela.
'Kamu sudah miskin, untuk apa aku mempertahankan pernikahan ini? Lebih baik kita cerai, dan aku akan menikah dengan Juliet.'
Masih terngiang jelas ucapan Theo tempo hari. Cukup menyakitkan, dan sialnya tidak berakhir di situ saja. Ketika Annisa melawan, tak segan pria itu memukul dan menghajarnya. Sungguh miris. Terlebih ketika terkuak fakta bahwa Juliet ternyata bukan istri orang, melainkan seorang janda.
"Apa yang terjadi denganmu?"
Lamunan Kelvin buyar ketika mendengar suara Riu. Mau tak mau, ia pun menoleh dan mendapati wajah paman yang tampak datar. Saat mencoba mengalihkan tatapan, ia malah beradu pandang dengan Vale, yang kala itu mengulas senyum miring, seolah sengaja menertawakan kehancurannya.
"Theo selingkuh. Rumah yang dulu dibelikan Papa, sekarang diambil alih oleh dia." Annisa bicara dengan kepala yang tetap menunduk.
"Terus?" tanya Riu.
"Rebut kembali, Riu. Itu milik keluarga kita, Mas Theo sama sekali tidak punya hak."
Riu tersenyum sinis, "Kenapa harus aku? Lalu ... gunanya anak kesayanganmu ini apa?"
Bersambung...