NovelToon NovelToon
Harta, Tahta, Duda Anak Dua

Harta, Tahta, Duda Anak Dua

Status: sedang berlangsung
Genre:Duda / CEO / Ibu Pengganti / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Beda Usia / Keluarga
Popularitas:22.9k
Nilai: 5
Nama Author: nowitsrain

Kayanara tidak tahu kalau kesediaannya menemui Janu ternyata akan menghasilkan misi baru: menaklukkan Narendra si bocah kematian yang doyan tantrum dan banyak tingkahnya.

Berbekal dukungan dari Michelle, sahabat baiknya, Kayanara maju tak gentar mengatur siasat untuk membuat Narendra bertekuk lutut.

Tetapi masalahnya, level ketantruman Narendra ternyata jauh sekali dari bayangan Kayanara. Selain itu, semakin jauh dia mengenal anak itu, Kayanara semakin merasa jalannya untuk bisa masuk ke dalam hidupnya justru semakin jauh.

Lantas, apakah Kayanara akan menyerah di tengah jalan, atau maju terus pantang mundur sampai Narendra berhasil takluk?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon nowitsrain, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 13

Agenda nonton film kali ini seharusnya berlangsung aman dan menyenangkan, tetapi karena kehadiran perempuan asing yang menyapa ayahnya dengan begitu akrab, Naren jadi tidak bisa mengikuti jalannya film dan hanya terus memperhatikan gerak-gerik keduanya selama film berlangsung.

Naren tidak tahu kenapa bisa ada kebetulan semacam ini tetapi, perempuan yang memperkenalkan dirinya dengan nama Michelle itu ternyata menonton film yang sama, dengan seat number bersebelahan dengan milik Naren dan ayahnya. Oh, si Michelle itu tidak sendirian, dia bersama dengan kekasihnya yang berwajah belasteran, tetapi Naren tidak mengerti kenapa perempuan itu malah memilih untuk duduk di samping ayahnya.

Naren menarik dan membuang napas dengan kasar, berharap itu cukup ampuh menjadi sinyal bagi ayahnya untuk mengetahui bahwa dia sama sekali tidak nyaman. Walaupun ayahnya sudah mengenalkan Michelle sebagai sepupunya Om Daniel, Naren tetap merasa ada yang aneh dengan interaksi antara ayahnya dan perempuan itu. Seperti ada yang coba disembunyikan.

Saat ini, sudah ada banyak sekali asumsi yang berkeliaran di kepala Naren. Seperti identitas Michelle yang sebenarnya hanya samaran dan lelaki yang mengaku sebagai pacarnya itu hanyalah setingan. Bagaimana kalau ternyata Michelle ini berpacaran dengan ayahnya, dan agenda pertemuan antara ayahnya dan Om Daniel sebelumnya adalah pengalihan isu, padahal sebenarnya itu adalah agenda untuk sebuah perjodohan?

Sepenuhnya meninggalkan layar bioskop, Naren mengalihkan pandangan pada ayahnya dan Michele secara bergantian. Dua orang itu tampak serius menatap layar, tetapi beberapa kali sejak mereka duduk di sini, dia sempat menangkap mereka sedang berkomunikasi melalui gestur yang tak biasa.

“Ayah.” Naren mencicit. Janu menelengkan kepala ke arahnya, tapi masih enggan meninggalkan layar bioskop. “Kita perlu bicara serius sehabis ini,” bisiknya. Tidak terlalu pelan, sengaja supaya Michelle juga bisa ikut mendengar.

Barulah setelah Naren berkata begitu, Janu mau menatapnya, dan tatapan lelaki itu benar-benar penuh sekali dengan kegugupan yang membuat Naren semakin curiga. Ayahnya selalu pandai dalam mengendalikan sikap dan gerak tubuh, tetapi tidak dengan matanya. Mata lelaki itu terlalu jujur, Naren selalu bisa menangkap sebuah kebohongan dari sana.

“Soal apa?” tanya Janu setelah jeda yang cukup lama sejak ucapan Naren selesai mengudara.

Naren melirik lebih jauh ke arah Michelle, di mana perempuan itu tampak sedang menerima suapan popcorn dari pacarnya. Oh, they look like a sweet couple, tapi entah kenapa dia tetap tidak bisa berhenti curiga.

“Soal dia,” bisiknya. Sebelum ayahnya menoleh ke arah Michelle, Naren kembali membawa pandangan ke layar. Ah, sialan, gara-gara Michelle, dia jadi melewatkan banyak sekali adegan penting dari film yang mereka tonton sekarang. “You have to know bahwa Naren nggak percaya kalau dia bukan siapa-siapa Ayah.” Pungkasnya, lalu dia membiarkan obrolan ini selesai.

Film yang mereka tonton sisa kurang dari 20 menit lagi, akan sangat menyebalkan kalau Naren juga harus sampai ketinggalan ending ceritanya.

Maka, dia sepenuhnya meninggalan persoalan ayahnya, membiarkan saja lelaki itu bergulat dengan isi kepalanya—yang mungkin saja sedang sibuk memikirkan alasan untuk diberikan kepada dirinya.

...🌼🌼🌼🌼🌼🌼🌼...

“Wah, filmnya seru banget, ya! Nggak nyangka bakal seseru ini. Untung aku ikut rekomendasi Edward.”

Mendengar cerocosan Michelle, Naren hanya bisa memutar bola mata malas. Mau dilihat dari sudut mana pun, interaksi lovey dovey antara Michelle dengan ‘kekasihnya’ itu tampak janggal. Seperti terlalu dekat dan terkesan di paksakan. Oh, atau karena dia yang sudah terlanjur terkena doktrin bahwa ada sesuatu antara Michelle dengan ayahnya?

“Next time kita nonton bareng lagi yuk, sama Kay juga!”

Kay? Kedengaran tidak asing. Naren seperti pernah mendengar nama itu sebelumnya, tetapi tidak ingat kapan dan di mana pastinya.

Meski begitu, munculnya nama baru dari bibir Michelle tetap membuat Naren tertarik. Terlebih saat menemukan ayahnya tampak menegang dan Michelle yang langsung membekap mulutnya dengan panik.

Naren menatap ayahnya secara intens, meminta penjelasan atas nama yang barusan muncul dan seketika membuat suasana menjadi awkward.

“My cat,” Jawaban itu datang dari Michelle, alih-alih Janu.

Naren kembali menatap perempuan bergaun peach di bawah lutut itu dengan sorot yang lebih tidak bersahabat. “Sejak kapan kucing boleh masuk bioskop?” tanyanya dengan nada sarkas. Kalau Michelle termasuk golongan yang peka membaca situasi, dia harusnya akan menghentikan omong kosong ini supaya mereka bisa berpisah dengan suasana yang tidak tambah aneh.

Namun, tanpa Naren duga, Michelle malah melanjutkan celotehnya yang seketika membuat dirinya geleng-geleng kepala.

“Ada, loh, Naren. Udah ada beberapa mal dan bioskop yang animal friendly. My friend udah pernah ajak husky dia buat nonton The Marvels.”

Nah, talk to my hand! Naren ingin berkata begitu, tetapi karena itu tidak sopan dan dia bisa saja dijewer sampai telinganya putus oleh ayahnya, Naren pun memutuskan hanya mengatakan hal itu dengan lantang di dalam hati.

Malas memperpanjang basa-basi aneh ini, Naren menarik lengan ayahnya sebagai tanda bahwa dia benar-benar mau mereka segera pergi. “Waktu magrib udah mau habis, jangan sampai kita skip cuma karena sibuk ngurusin duniawi.” Dia membisikkan kalimat itu persis di telinga ayahnya.

“Iya, sabar.” Lengan Naren dilepas pelan, lalu Janu berpamitan dengan cara yang lebih baik kepada Michelle dan Edward.

“Next time kita jalan bareng, ya,” meski bisik-bisik, Naren masih bisa mendengarnya dengan jelas dan rasanya ingin menepuk bibir merah merona Michelle menggunakan ujung sepatunya. Supaya bibir itu makin merah dan kelihatan semakin berisi. Alias, demi Tuhan, dia sudah muak dengan tingkah absurd perempuan itu!

“Iya, see you guys!” Janu melambaikan tangan kepada Michelle dan Edward, mereka membalasnya dengan cara yang sama.

Tidak usah tanya apa yang Naren lakukan. Dia hanya langsung berjalan dan menyeret lengan ayahnya tanpa mau berbasa-basi dengan cara serupa.

“Pelan-pelan,” tegur ayahnya, tetapi Naren tidak peduli dan tetap saja mengayunkan langkah.

Semakin jauh jarak mereka dengan Michelle dan Edward, semakin banyak pertanyaan yang Naren kumpulan di kepala untuk dia tanyakan kepada ayahnya setibanya mereka di rumah nanti.

...🌼🌼🌼🌼🌼🌼🌼...

“Itu tadi anak bungsunya?” Di perjalanan pulang, Edward memuntahkan pertanyaan yang sejak tadi dia tahan-tahan.

Michelle dari balik kemudi mengangguk hanya sedetik kemudian. “Judes dan aura bokem yang dia punya kuat banget, kan? That’s why aku khawatir Kay nggak akan kuat buat handle.”

Alih-alih setuju, Edward malah terkekeh seraya menepuk-nepuk puncak kepala Michelle. “Kita semua kan tahu kalau Kay itu pawangnya para bocil kematian doyan tantrum. Bet me, anak itu pasti bisa luluh dalam kurun waktu kurang dari tiga bulan. Oh, malah bisa jadi lebih cepet?"

Michelle menoleh sebentar untuk mencari tahu dari mana datangnya kepercayaan diri yang Edward miliki. Tetapi kemudian dia sadar bahwa apa yang kekasihnya itu katakan adalah benar. Dia adalah saksi hidup dari sudah berapa banyak bocil kematian yang berhasil Kayanara taklukkan, jadi seharusnya tidak ada yang perlu dia khawatirkan.

“Percaya sama aku, she can do this. Kalau Janu memang calon yang tepat buat Kay, aku yakin dia juga nggak akan biarin Kay struggle menghadapi anak bungsunya sendirian.” Genggaman hangat yang Edward berikan menjadi dorongan semangat bagi Michelle, membuatnya kian berkobar seolah sedang memperjuangkan nasibnya sendiri.

“Yeah, she can do this!”

Bersambung....

1
Zenun
udah mulai kepincut bapake rupanya
nowitsrain: Anjay, nambah saingan dong
Zenun: aku pun kepincut
total 3 replies
Zenun
Mahen: ini ada yang copot satu tulangnya
Zenun: ehehehe
nowitsrain: Ih, takut banget
total 2 replies
Zenun
yah rusak dah remot nya ama bocil🤭
Zenun: iya ih
nowitsrain: Tantrumnya ngerusak barang ih, jelek
total 2 replies
Dewi Payang
Naren galak amat😁
nowitsrain: Sensi emangg
total 1 replies
Dewi Payang
Apaan tuh Maung?
nowitsrain: Sunda, Kak..
Dewi Payang: bahasa mana itu Kak?
total 3 replies
Dewi Payang
Dasar memang si Naren😅
nowitsrain: Lemah lembutnya sama cewek yang disuka doang
Dewi Payang: Semua di galakin.. 😅😅
total 3 replies
nowitsrain
Aku pun 🤣🤣
Dewi Payang
iiiih ya ampyun....
Dewi Payang: /Joyful/
nowitsrain: Merinding sebadan-badan...
total 2 replies
Dewi Payang
Ngusir tanpa basa-basi.....
Dewi Payang: Tapi Kay tidak ada duplikatnya.....😅
nowitsrain: Hilang satu cari yang baru dong 🥰🥰
total 4 replies
Dewi Payang
Aku juga punya adik, sampai SMU masih ku cium², marah jugalah kaya Naren itu, tapi aku gak peduli, sekarang dia udah nikah dan punya anak 1 sebentar lagi 2, udah gak ku cium² lagi, udah beda auranya😅
Dewi Payang: Tul😅😅
nowitsrain: Iya, marah-marah tidak jelasss
total 4 replies
Dewi Payang
Yeay! Lari Mahen!
nowitsrain: /Facepalm//Facepalm/
Dewi Payang: Lah salah😅😅😅 Naren maksudnya tadi🤣
total 3 replies
Dewi Payang
Aku juga ngeri🙈😅
Dewi Payang: /Facepalm//Facepalm/
nowitsrain: Aku pun 🤣🤣
total 2 replies
Dewi Payang
Ecie... mulai curhat....
Dewi Payang: /Joyful/
nowitsrain: Lagi nggak sadar aja tuh, kalau sadar juga mencak-mencak lagi
total 2 replies
Dewi Payang
Emank lo mau makan kalo si Eric jadi roti Ren😅
Dewi Payang: /Joyful//Joyful/
nowitsrain: Naren: Tidak, akan kulemparkan dia ke kandang kambing
total 2 replies
Dewi Payang
Ya ampyun, dua bocah ini, sama² kumal😅
Dewi Payang: /Facepalm//Facepalm//Facepalm/
nowitsrain: Rill anak terlantar 🤣🤣
total 4 replies
Dewi Payang
Tar gantian kamu yang nangis Naren klo tau si Kay nangisin apa....
Dewi Payang: /Joyful/
nowitsrain: Auto tertampar terjungkal
total 2 replies
Zenun
Pake vakum cleaner
nowitsrain: Kesian banget anak gue disamain sama debu
Zenun: ya semacamnya
total 3 replies
Zenun
iiiiiih mahen
nowitsrain: Auto dikerangkeng dah bininya, nggak boleh bersosialisasi
Zenun: bininya abis dikokop
total 3 replies
Zenun
besok malam juga gapapa
nowitsrain: Nggak boleh atuh
Zenun: bagen, emang biar khilap
total 3 replies
Zenun
tapi dia keren bang udah nulungin orang
nowitsrain: Naren: Ssstttt ah, nanti ayah denger
Zenun: lha iya si, udah mau otw punya pacar juga
total 3 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!