Loving You Is My Choice

#Rumah Lariessa & Finn

Begitu sampai di rumah Finn terlihat begitu kesal, memikirkan kejadian tadi antara Lariessa dan Ethan. Sementara Lariessa hanya menatap Finn mencoba untuk memahami keadaan Finn yang sulit diartikan. “Ini semua karenamu! Semua ini karenamu! Karenamu aku jadi bertengkar dengannya!” Sarkas Finn sambil menunjukkan jarinya dengan tajam pada Lariessa. 

“Mulai lagi...” Gumam Lariessa sambil memutar bola matanya malas.

“Mulai apa maksudmu? Semua ini karena syarat-syaratmu itu. Aku jadi bertengkar dengan Ria, kau tau itu?”

“Kak, Kakak ini kenapa, huh? Dua, tiga hari yang lalu kakak baik-baik saja.” Ujar Lariessa sambil menyimpan tas belanjaannya. “Lariessa jangan alihkan pembicaraan!” tegasnya.

“Kak, aku tidak memaksa kakak untuk mengikuti semua syaratku, kakak yang—“

“Ya kau bicara dengan entengnya! Aku yang melakukannya bukan kau yang melakukannya!” Ujar Finn dengan amarahnya, Lariessa hanya bisa menghela nafas panjang mencoba untuk tenang. 

“Oke, apa yang kakak rasakan?”

“Aku merasa tertekan, aku merasa terkekang olehmu! Jika aku ingin keluar dengan pacarku, tidak boleh, semuanya tidak boleh!” tekannya. “Tidak, sekarang ini, tidak ada yang salah dalam hal ini—“

“Tidak, masalahnya sampai kapan aku harus melihatmu! katakan!” teriak Finn, Lariessa terdiam matanya berkaca-kaca, ia mencoba menahan tangisnya. “Oke, Kalau kakak tidak mau melihatku, kenapa kakak tidak bilang dari awal?”

“Apa maksud omonganmu itu?”

“Kenapa kakak dari awal tidak menolak pernikahan ini? Atau kakak bisa saja lari dengan pacar kakak itu, menikah lari dengannya, dan selesai. Kenapa kakak menyalahkan aku atas semua ini.” Paparnya, Finn tersenyum sinis

“Apa kau ini menganggap aku gila?” Tanya Finn sinis. “Gila?” ulang Lariessa lalu terkekeh, “Nah... kakak tau.” Ujarnya. “APA?!”

“Beri tau ayah kakak, jika kakak menyesali pernikahan ini, dan bilang padanya jika kakak tidak mau melihatku lagi!”  

“TIDAK, RISS. SEKARANG INI—“

“Sekarang ini, kakak tidak pernah menolak apa yang ayah kakak inginkan. ketika sudah menikah, barulah seperti ini. Apa tujuannya coba?

“Aku setuju dengan itu karena Ria, kau tau?”

“Karena Ria, ya, aku tau. Semua yang kakak lakukan hanya untuk dia. Aku tidak mengerti kenapa kakak seperti ini padaku, Kakak ini hanya menyalahkanku saja, dalam semua masalah kakak. Seperti aku yang memaksa kakak menikah dengan ku. Padahal kakak sendirikan yang takut untuk bersuara, lah ini sudah sah menikah, baru bersuara mau protes, baru membuat keributan. Aku katakan sekali lagi, jika kakak tidak mau melihatku, tidak menginginkan pernikahan ini, lebih baik kakak bicarakan hal itu dengan ayah kakak sendiri, mungkin dia punya jalan keluarnya. Dan jangan salahkan aku lagi!” Ujarnya panjang lebar.

“Ck, Semakin lama kau membuka mulut, semakin pusing kepalaku!”

“Kakak itu selalu mengambil jalan yang sulit ketika ada jalan yang mudah, mempersulit diri sendiri dan pada akhirnya menyalahkan orang lain. Aku ingatkan kakak, ini adalah terakhir kalinya. Ingat syarat pertama. Jika tidak—“

“Jika tidak apa?” Tantang Finn.

“Aku sendiri yang akan membicarakannya pada Ayah Ray!” Ujarnya sambil menunjuk ponsel yang ada di tangannya. Lariessa pun pergi berlalu meninggalkan Finn seorang diri di ruang tamu. Sementara Finn hanya terdiam karena ia kalah beradu mulut dengan Lariessa.

“Aku yang ingin mengalahkan dia, tapi dia yang mengalakan aku. baiklah, kali ini aku akan membiarkannya menang.” Gumamnya.

# Ruang makan

Setelah perdebatan sengit itu, Finn terlihat terdiam seorang diri karena kena mental oleh Lariessa. Dan tak lama Lariessa pun pun datang menghampirinya, dan duduk disampingnya. Pandangan mereka tak sengaja bertemu, Lariessa tersenyum padanya namun Finn sendiri langsung memalingkan wajahnya

“Kakak masih marah?” Tanya Lariessa sambil mencolek tangan Finn. “Aku minta maaf kak, ya?” Mohon Lariessa. Tiba-tiba Lariessa terdiam dan memegang tangan Finn. “Kau ini kenapa! Jangan pegang-pegang.” Ujar Finn. 

“Kak, kakak dengar tidak suara itu?” Tanya Lariessa, Seketika suasana mulai mencekam, Finn tiba-tiba beringsut mendekat pada Larissa ia menilik kesekitarnya. “S-suara apa?” tanya Finn takut. “Suara... Hatiku kepada Kakak.” Kelakarnya. “Ck ah! Kau ini apa-apaan sih!” gerutunya.

“ Bisa tidak hentikan semua kelucuan yang sebenarnya tidak lucu ini! Bisa?” Tanya Finn, Lariess terdiam beberapa saat. “Ck! Lupakan. Riss, kakak ingin menanyakan tentang Ethan. Dia itu sebenarnya siapa?” Tanya Finn.

“Ethan ya... Ethan itu sahabatku dari dulu, my Best Friend Forever.” tanya Lariessa 

“Bisa dipercaya kah persahabatan seorang laki-laki dan seorang perempuan?” Tanya Finn.

“Kakak ini sama saja seperti Teressa, tidak percaya dengan hubunganku. Dengan Ethan.” Ujar Lariessa lalu tiba-tiba terdiam, Finn mengerutkan keningnya mendengar nama asing yang keluar dari mulut Lariessa.

“Siapa? Siapa Teressa?” Tanya Finn. Tiba-tiba saja Lariessa menguap lalu beranjak dari duduknya. “Sudahlah kak, aku mau tidur. Selamat malam kak,” Ujar Lariessa yang nampak jelas menghindari pertanyaan itu,

“K-kau kenapa? Tiba-tiba mengantuk seperti itu?”

“Kak, kakak mau itu tidak malam ini?” Tanya Lariessa sambil mengedipkan satu matanya.

“Lariessa jangan menggodaku!” kecamnya.

“Ya sudah, aku hanya menawari saja.” Ujar Lariessa lalu pergi.

#Apartemen Victoria

Frans datang kembali ke apartemen Victoria, meskipun Victoria tidak memintanya untuk datang.

“Frans, aku kan sudah bilang padamu untuk tidak datang lagi kerumah ku?

“Kenapa? Aku ini datang jauh-jauh, kau tidak kasihan padaku apa? Ria saat kau sedang marah kepada orang lain, aku yang menjadi pelampiasanmu.” Ujar Frans, Ria terkekeh sinis. “Siapa suruh kau untuk datang?” tanyanya, Frans terdiam beberapa saat. 

“Ria, aku ini bukan lelaki seperti yang kau pikirkan. Aku tidak memiliki niat sama sekali untuk mempermainkanmu. Aku serius, Ria!”

“Frans, aku tidak tau. aku sudah hancur, aku sudah menyerah. Aku tidak mengharapkan lelaki mana pun.” keluhnya

“Ya, aku tau, aku mengerti kau sulit untuk percaya lagi pada seseorang. Karena Lelaki bernama Finn itu mirip dengan ayahmu!” Ujar Frans. “Hey! Bisa tidak kau jangan sebut-sebut ayahku!” kecamnya.

“Upss, maaf. Tapi aku janji, akan setia padamu sampai maut memisahkan kita.” Ujar Frans sambil menangkup wajah Victoria dengan serius.

Bruk!

Tiba-tiba terdengar suara sesuatu yang jatuh, Victoria seketika langsung menengok ke kanan kirinya.

“Siapa disana?” Frans mencoba memastikan jika tidak ada orang di sekitar koridor apartemen itu.

“Kenapa perasaanku menjadi tidak enak begini ya. Seperti ada seseorang yang memperhatikan kita.” Ujar Victoria. “Ck, mungkin hanya penghuni apartemen lain.” Ujar Frans.

Dan benar saja, tanpa sepengetahuan Ria, seseorang bersembunyi dan merekam Ria dan juga Frans.

to Be Countinue...