Menjadi Istri Ke 2

Tanpa menunggu lama, Lova menarik tangan Jeriko ke dalam kamar mandi. Ia tidak sadar jika yang sedang diperlakukan seperti itu olehnya kini semakin mengeraskan rahangnya. Menatap tajam tindakan Lova padanya.

"Kamu."

"Sstttt... Om sembunyi di sini dulu, bisa gawat kalau Kenzo sampai lihat."

"Saya tidak peduli." balas Jeriko membuat Lova terperangah kaget.

Kepala Lova menggeleng, daripada meladeni Jeriko lebih baik ia mengurus Kenzo dulu, Lova langsung keluar dari kamar mandi meninggalkan Jeriko di dalam sana. Tetapi sebelum benar-benar pergi, kepala Lova muncul dari balik pintu.

"Tolong kerjasamanya om suami," ujar Lova membuat Jeriko menatap kesal Lova.

Apa katanya tadi? Om suami, Tuhan, panggilan Lova untuk Jeriko terdengar menggelikan, menggelitik hati Jeriko. Mungkin Jeriko lebih nyaman kata-kata 'om-nya' dihilangkan tadi oleh Lova. Seharusnya memang begitu agar terdengar tidak memaksakan.

Mengingat Lova yang akan menemui Kenzo Kepalan tangan Jeriko semakin kuat dengan setumpuk rasa kesal yang semakin menggunung pada dada laki-laki itu. Ia menghela napas dalam mencoba untuk menenangkan dirinya, menyingkirkan emosi yang siap meledak sekarang.

Ditengah usaha Jeriko menyingkirkan rasa emosinya, pemandangan tidak terduga di dalam kamar mandi justru terjadi.

Mata Jeriko menajam mengamati benda keramat milik Lova, sepasang benda kecil berwarna hitam yang menggantung di kamar mandi. Dengan salah satunya terdapat gundukan dua di tengah-tengahnya. Perasaan Jeriko berkecamuk, ia merasa malu dengan dirinya sendiri.

Jakun Jeriko naik turun menahan diri. Kemudian ia membuang muka ke arah lain. Menyingkirkan barang yang cukup membuatnya merasakan malu pada diri sendiri. Juga geram kepada orang yang sudah menaruhnya sembarangan.

Tidak ingin sampai ketahuan oleh Lova karena bisa saja gadis itu nanti akan menyadari benda miliknya itu nanti, sementara Jeriko tidak akan bisa mengelak karena dirinya berada di dalam sana. Entah muncul dari mana Jeriko tina-tiba mendekat, membuang napas dengan panjang sebelum akhirnya mengambil benda yang tadi menggantung itu untuk ia singkirkan. Tidak akan lucu jika Lova sampai menyadari jika ia melihat sepasang dalaman milik gadis itu.

Ceklek

Pintu Kamar mandi terbuka, Jeriko diambang rasa bimbang, namun tanpa lama lagi ia menyembunyikan sepasang dalaman milik Lova yang akan ia singkirkan atau buang tadi. Dibalik tubuhnya, Jeriko menggenggam benda tersebut agar tidak terlihat oleh Lova.

"Om bisa keluar sekarang, tapi hati-hati jangan sampai ketahuan," ujar Lova membuat Jeriko mengeraskan rahangnya.

Selain sedang menyembunyikan sesuatu dibalik tangan nya, Lova juga seakan memerintahkan nya. Jika situasinya tidak seperti sekarang ini, mungkin Jeriko tidak akan membiarkan begitu saja.

"Dimana ya?" Lova terlihat sedang mencari sesuatu di dalam kamar mandi.

Tanpa bertanya pun Jeriko sudah tahu apa yang Lova cari, ia menelan ludahnya dengan kasar saat melihat gelagat Lova sekarang.

"Perasaan gue taruh di sini deh," ujar Lova semakin membuat Jeriko seperti sedang melakukan kejahatan.

Diam-diam Jeriko semakin mencengkram dengan erat barang yang sedang dicari oleg Lova. Sementara gadis itu sampai mencari di keranjang baju kotor, hanya ada pakaian dan dalaman yang kotor di sana.

"Nggak jatuh, terus dimana?" gumam Lova tanpa sadar tepat menoleh ke arah Jeriko yang ternyata masih di sana. Menatap Lova dengan gelagat aneh.

"Om lihat pakain dal-"

"Saya akan keluar," sela Jeriko langsung keluar dari kamar mandi. Ia melirik ke arah tangan nya yang masih menggenggam dengan erat barang milik Lova. Lalu tanpa disangka ia memasukan nya ke dalam saku. Sungguh diluar dugaan.

Sialan, benar-benar turun harga diri Jeriko secara tidak langsung, untungnya tidak ada yang melihat tindakan absurd dirinya.

Lova berdecak sebal saat tidak menemukan nya. Ia keluar dari kamar mandi dan mengenakan pakaian ganti yang sudah dibelikan oleh Kenzo kemarin sore diperjalanan. Sayangnya Lova tidak memakai dalaman sama sekali. Lova sendiri merasa risih dan aneh, dress yang Kenzo belikan juga selalu pas di tubuhnya, Cowok itu memang menyukai tubuh Lova yang seksi, dalam artian senang melihat dan mengagumi, karena dengan begitu ia bisa bangga bisa mendapatkan Lova, gadis yang di kampusnya terkenal cantik dan seksi.

Mata Kenzo menyipit saat melihat tubuh Lova yang sudah terbalut dress yang ia berikan. Bukan karena tidak cocok, tetapi bagian dadanya ada yang menonjol dan terlihat sangat jelas. Kenzo sendiri sampai menahan napasnya. Ia menelan ludahnya kasar seakan merasakan ada yang aneh dalam dirinya.

Sial, pacarnya ini memang terlalu seksi. Kenzo tidak sabar rasanya untuk menikahi Lova.

"Jangan liatin terus, gue colok lo," marah Lova seketika menyadarkan Kenzo disertai kekehan.

"Gue nggak ngerti, segede apa si bebe punya lo? Pegang dikit boleh ya? Masa pacaran 2 tahun cuma rasaian pas meluk aja."

Lova mendelik mendengar ucapan Kenzo, ia tahu arahnya kemana.

"Mesum! Gue sunat lagi lo," kesal Lova meninggalkan Kenzo.

"Hei, mau kemana? Ayo kita temui om dulu," ajak Kenzo seketika membuat Lova membalikan tubuhnya.

Dengan senyum manisnya juga tingkah centil. Lova menghampiri Kenzo. "Ih, bilang dong," tangan nya mencubit gemas perut Kenzo.

"Aw, sakit bebe, kalau mau cubit di sini aja, udah cukup tegang liat kamu seksi banget." Kenzo akan mengarahkan tangan Lova pada selangkangan nya, tetapi dengan cepat Lova cegah sembari memeluk cowok itu.

"Nggak usah nakal, gue aduin sama tante Yesi dan eyang," ancam Lova kembali mengundang tawa Kenzo. Cowok itu mencium puncak kepala Lova dengan gemas dan rasa sayang.

"Om," panggil Kenzo saat keduanya sampai dimana kini Jeriko dan Serina berada.

Keduanya mendongak, menatap pasangan anak muda yang saling memeluk dengan pakaian milik si gadis itu terlihat sangat tidak sopan. Menang baju panjang, tetapi setiap lekukan pada tubuhnya tergambar dengan jelas.

"Ah iya, bentar bebe, lo harus pakai ini." Kenzo mengambilkan syal untuk menutupi bagian dada Lova.

Tanpa mereka sadari, Jeriko sedari tadi sudah menatap tajam Lova. Ada rasa ingin marah sekarang juga, tetapi ia coba tahan agar tidak gegabah.

Begitu juga dengan Serina menatap Lova tidak suka, namun setelahnya tatapan itu berubah menjadi sangat ramah. Entah kenapa Lova selalu saja muncul di kehidupan nya setelah pertemuan mereka di pesta ulang tahun Serina beberapa waktu lalu.

"Kalian di sini juga?" tanya nya diangguki Kenzo.

"Om Jeri yang nyuruh nyusul tante," kekehnya.

Niat Kenzo jelas lelucon saja. Namun berbeda jika Serina yang menanggapi. Wanita itu sudah menatap Jeriko seakan kecewa, namun tatapan itu tidak berlangsung lama, bahkan tidak ada yang melihatnya. Karena lagi-lagi senyuman manis terlihat dari wajah cantik Serina.

"Oh ya? Bagus dong, biar rame."

Kenzo kembali terkekeh. "Canda tan, sebenarnya memang ada yang urgent," jelas Kenzo.

Kenzo dan Lova duduk di depan mereka. Lalu Kenzo menyerahkan map yang memang sudah ia siapkan.

"Nanti om lihat."

"Nanti kapan om?" tanya Kenzo seperti tidak sabar.

"Nanti," balas Jeriko sekenanya, Kenzo tidak berani lagi untuk protes. Ia tahu seperti apa omnya.

"Oke, kalau gitu aku sama Lova pamit dulu, om, tante," pamit Kenzo membuat Lova terperangah.

Hanya begitu saja menemui Jeriko? Tidak ada basa-basi lain. Atau setidaknya makan malam bersama, Lova sedari tadi sudah diam dan anteng karena Lova pikir ada urusan yang memang sangat penting, tetapi diluar dugaan, Kenzo hanya memberikan map kepada Jeriko dan setelah itu langsung pamit pergi.

Tidak bisa dibiarkan, Kenzo hanya menginginkan liburan untuk ia sendiri dan Lova ternyata.

"Tunggu," suara Jeriko menghentikan langkah keduanya.

"Kita makan malam bersama sebentar lagi."