NovelToon NovelToon
Trial Of Marriage

Trial Of Marriage

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Cinta setelah menikah / Romansa / Pernikahan rahasia
Popularitas:2.2k
Nilai: 5
Nama Author: Coffeeandwine

Jae Hyun—seorang CEO dingin dan penuh perhitungan—menikahi Riin, seorang penulis baru yang kariernya baru saja dimulai. Awalnya, itu hanya pernikahan kontrak. Namun, tanpa disadari, mereka jatuh cinta.

Saat Jae Hyun dan Riin akhirnya ingin menjalani pernikahan mereka dengan sungguh-sungguh, masa lalu datang mengusik. Youn Jung, cinta pertama Jae Hyun, kembali setelah pertunangannya kandas. Dengan status pernikahan Jae Hyun yang belum diumumkan ke publik, Youn Jung berharap bisa mengisi kembali tempat di sisi pria itu.

Di saat Jae Hyun terjebak dalam bayang-bayang masa lalunya, Riin mulai mempertanyakan posisinya dalam pernikahan ini. Dan ketika Seon Ho, pria yang selalu ada untuknya, mulai menunjukkan perhatian lebih, Riin dihadapkan pada pilihan: bertahan atau melepaskan.
Saat rahasia dan perasaan mulai terungkap, siapa yang akan bertahan, dan siapa yang harus melepaskan?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Coffeeandwine, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Between Hurt And Hope

Restoran barbeque yang di datangi Seon Ho dan Riin malam itu bukanlah tempat yang terlalu ramai. Lampu-lampu temaram, terkesan hangat, namun tidak cukup untuk mengusir dinginnya hati Riin yang sedang terluka. Asap tipis mengepul dari panggangan di tengah meja, menyatu dengan aroma daging yang terbakar perlahan. Tapi tidak ada yang benar-benar menggugah selera Riin malam itu_tidak juga rasa asin-gurih daging sapi Korea yang biasanya ia sukai, atau suara desis daging yang baru menyentuh panggangan. Pikirannya jauh lebih kusut dibanding suara latar tempat itu.

Riin duduk dengan tubuh sedikit membungkuk, jemari lentiknya bermain-main dengan leher botol soju yang sudah hampir habis. Matanya terlihat sembab, dan pipinya mulai memerah bukan hanya karena alkohol, tapi juga karena emosi yang tak kunjung reda.

"Riin-ssi, aku rasa kau sudah cukup mabuk," ucap Seon Ho dengan nada setengah khawatir, setengah lembut, seperti berbicara kepada seorang adik yang sedang merajuk. "Sudah saatnya kau pulang."

Riin tertawa getir. Matanya menatap kosong ke gelas kecil di tangannya sebelum ia meneguknya lagi. Ia lalu menoleh dengan senyum miring yang terlihat terlalu lelah untuk disebut menyenangkan. "Ssst... Seon Ho-ssi, jangan seenaknya mengaturku... jangan bersikap seperti pria menyebalkan itu."

Pria menyebalkan itu. Cho Jae Hyun.

Nada suaranya terdengar pedas. Namun di balik kalimat ketusnya, ada luka yang terbuka lebar.

"Aku hanya tidak ingin nantinya kau jatuh sakit," balas Seon Ho pelan, suaranya dipenuhi rasa khawatir yang tak bisa ia sembunyikan.

"Aneh, ya. Mereka semua bilang begitu," gumam Riin sambil mengangkat gelasnya. "Dia juga selalu bilang begitu... Tapi kenyataannya, dia lebih memilih wanita lain daripada aku." Suaranya bergetar.

Mata Seon Ho menajam. Ada rasa sakit yang menembus ke dadanya, bukan hanya karena cemburu, tapi juga karena rasa peduli yang begitu dalam. Ia tidak butuh penjelasan lebih untuk tahu siapa yang dimaksud Riin.

"Dia tidak benar-benar peduli padaku..." lanjut Riin dengan isakan tertahan. Air mata kembali turun di pipinya tanpa permisi, membasahi pipinya yang sudah memerah karena alkohol dan emosi yang tak terkendali.

Rasa sakitnya seperti ruangan yang penuh kabut. Dan Seonho berdiri di tengah kabut itu, tak bisa menghapus semuanya, tapi bisa memberikan sedikit cahaya.

Perlahan, ia meraih Riin, mendekap tubuh mungil yang kini gemetar dalam pelukannya. "Aku selalu peduli padamu," bisiknya lirih. "Sebelum kau tahu bagaimana perasaanku padamu, bahkan setelah aku tahu siapa kau sekarang."

Riin tak berkata apa-apa. Ia hanya memejamkan mata, mencoba menyerap sedikit ketenangan dari hangatnya pelukan itu. Untuk beberapa saat, ia ingin diam saja, berhenti menjadi istri dari pria yang tak pernah ia mengerti seutuhnya.

Namun, kesadarannya perlahan kembali, dibantu oleh rasa bersalah yang menghantam dari dalam dirinya. Ia pun menarik diri dengan cepat. "Maaf..." ucapnya, suaranya serak. "Aku tidak seharusnya bersikap begini. Ini salah."

Seon Ho juga mundur, meskipun enggan. "Tidak. Aku yang salah. Harusnya aku bisa menahan diri."

Keduanya terdiam. Restoran itu tetap bergemuruh dengan suara obrolan meja lain dan dentingan gelas, tapi di meja mereka, keheningan terasa lebih mendominasi. Riin menunduk, merasa canggung dengan dirinya sendiri. Ia mencoba menutupi rasa itu dengan mengangkat botol soju lagi, tapi Seon Ho dengan sigap merebutnya sebelum Riin sempat menuang minuman itu ke dalam mulutnya.

"Sudah cukup, Riin-ssi. Kau tidak akan bisa bertahan kalau terus minum seperti ini. Aku akan mengantarmu pulang."

"Aku tidak mau pulang," bantah Riin, nada suaranya terdengar keras. "Rumah itu... terasa asing sekarang. Terlalu dingin, terlalu sepi, terlalu banyak hal yang harus aku pura-pura tidak tahu." Suara Riin melemah di akhir kalimatnya. Ia terduduk kembali, menutupi wajahnya dengan kedua tangannya.

Seon Ho menghela napas panjang, menatap wanita yang ia cintai itu dengan perasaan campur aduk. Ia tahu siapa seseorang yang dimaksud wanita yang kini duduk lemah di hadapannya. Dan ia tahu, tidak ada yang bisa ia lakukan kecuali menjaga.

Ia merogoh ponsel dari sakunya dan mengirim pesan singkat pada Ah Ri.

Begitu pesan terkirim, ia kembali memandang Riin. "Tunggu sebentar. Aku tidak akan memaksamu pulang sekarang. Tapi aku juga tidak akan membiarkanmu sendirian disini."

Riin tidak menjawab. Ia hanya duduk diam, tangannya masih gemetar sedikit. Ia merasa tubuhnya lelah, pinggang dan punggungnya terasa nyeri seperti ditusuk-tusuk, dan perutnya kadang berdenyut tanpa alasan jelas. Ia belum tahu apa yang sebenarnya terjadi pada tubuhnya, tapi yang jelas_hati dan fisiknya mulai menyerah di saat yang bersamaan.

***

Riin duduk di pojok ruangan, wajahnya tertunduk, tersembunyi di balik lengan yang terlipat di atas meja. Bahunya sedikit bergetar, bukan karena dingin, tapi karena emosi yang berusaha ia redam sejak siang. Napasnya pendek-pendek, nyaris tersendat, dan nyeri di pinggang serta kram halus di perutnya hanya menambah rasa lelah yang tak berkesudahan.

Butuh beberapa saat sebelum suara langkah terburu-buru terdengar mendekat. Dan bersama semilir angin malam yang dingin, masuklah dua sosok yang langsung menarik perhatian.

Ah Ri masuk lebih dulu, wajahnya terlihat khawatir, disusul Jae Hyun yang terlihat tidak jauh berbeda. Pria itu mengenakan setelan jas hitam yang sedikit kusut karena terburu-buru, dan ekspresi wajah yang sangat jarang ia perlihatkan: panik. Khawatir. Lelah.

Tanpa berkata sepatah kata pun, pria itu langsung menghampiri Riin. Tanpa ragu, ia berlutut di samping kursi istrinya, tangan kanannya perlahan menyentuh punggung Riin yang masih menunduk.

"Riin~a..." suara itu lirih, namun begitu sarat rasa bersalah dan penyesalan. Sentuhannya lembut, mengusap punggung Riin seolah hendak mengalirkan ketulusan yang tak sempat ia tunjukkan siang tadi.

Riin perlahan mendongak. Matanya tampak lelah, merah, dan sembab. Ia memandang Jae Hyun lama, seolah sedang mencoba memastikan bahwa ini bukan bayangan yang diciptakan pikirannya sendiri. Wajah yang tadi siang ia temui, wajah yang tegas dan dingin itu kini tampak begitu rapuh.

"Aku datang menjemputmu," kata Jae Hyun pelan. "Ayo kita pulang."

Seketika, kenyataan kembali menghantam Riin. Bukan mimpi. Bukan ilusi. Tapi Jae Hyun_pria yang siang tadi membuat hatinya runtuh dalam satu kalimat dingin_benar-benar berdiri di hadapannya, memintanya untuk pulang seolah semuanya baik-baik saja.

"Maaf..." bisik Riin, matanya beralih, tak sanggup menatap mata pria itu lebih lama. Ia pelan-pelan berdiri, lalu melangkah kecil menuju Seon Ho yang berdiri tak jauh darinya, menyandarkan dirinya di belakang pria itu. Seolah mencari perlindungan. "Aku tidak ingin pulang denganmu. Atau ke rumah itu lagi."

Ucapan itu meluncur begitu saja, tajam dan dingin. Tapi Jae Hyun bisa mendengar luka di balik kalimat tersebut.

Jae Hyun terdiam. Mata hitamnya terpaku pada Riin. Rahangnya mengencang, namun bukan karena marah tapi karena rasa sakit. Ucapan Riin tadi tak ubahnya seperti cambuk yang menghantam dadanya tanpa ampun. Ia tahu dirinya salah. Ia tahu sikapnya siang tadi tak bisa dibenarkan. Tapi ia tak menyangka akan kehilangan tempatnya di hati Riin secepat ini.

"Aku tahu..." ucapnya lirih. "Aku tahu sikapku keterlaluan. Tapi aku mohon, beri aku kesempatan untuk memperbaikinya. Kau bisa minta apa saja. Aku akan lakukan semuanya, asal_"

"Biarkan aku sendiri," potong Riin cepat. Suaranya tidak tinggi, tapi mantap. "Itu yang aku mau."

Seketika itu pula, Seon Ho melangkah maju. Dengan ekspresi tenang namun tegas, ia menatap Jae Hyun.

"Tolong beri dia waktu, Jae Hyun-ssi. Jangan paksa dia sekarang."

Tatapan Jae Hyun berubah tajam. Ia berdiri perlahan, posisi tubuhnya yang lebih tinggi membuat Seon Ho tampak sedikit lebih kehilangan nyali. Namun Seon Ho tidak mundur begitu saja.

"Jangan ikut campur," ucap Jae Hyun pelan, namun nadanya penuh tekanan.

"Kali ini, mungkin aku terkesan lancang," balas Seon Ho, "Tapi aku tidak akan diam saat temanku membutuhkan perlindungan. Kau sudah cukup menyakitinya hari ini."

Tangan Jae Hyun mengepal. Ia tidak suka dibantah. Apalagi oleh pria lain yang jelas menyimpan perasaan pada istrinya. Tapi ia menahan diri. Tak ingin melukai Riin lagi dengan pertengkaran tak perlu.

Ah Ri pun maju, meraih tangan Riin dan memapahnya lembut. "Jae Hyun~a... biarkan Riin ikut denganku malam ini. Dia butuh waktu."

Riin tak berkata apa-apa, tapi langkah kecilnya yang mengikuti Ah Ri sudah cukup sebagai jawaban. Seon Ho berjalan di belakang mereka, sesekali melirik Riin dengan sorot melindungi.

Dan Jae Hyun?

Ia hanya berdiri di sana, membeku, menyaksikan punggung wanita yang ia cintai perlahan menjauh darinya.

Pikirannya berkecamuk. Wajah Riin, ekspresi luka itu, semuanya berputar-putar di benaknya. Sebuah pertanyaan yang pernah ia bicarakan dengan ibunya mendadak muncul seperti lampu yang berkedip, cepat, namun tidak ingin ia biarkan menyala terlalu lama. Apakah mungkin, kali ini, hal yang ia takutkan benar-benar akan terjadi?

***

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!