Keyz, pemuda berusia sekitar lima belas tahun tanpa sengaja menelan dua buah kristal kehidupan milik Gabrielle dan Lucifer.
Dua kekuatan yang bertolak belakang, cahaya dan kegelapan. Air dan Es. Menyelimuti dirinya.
Dan tiga kesadaran telah bersemayam di dalam jiwanya. Siapakah yang akhirnya nanti berkuasa atas tubuh Keyz?
Gabrielle?
Keyz sendiri?
Ataukah sang laknat dari neraka jahanam, Lucifer?
Ini sedikit berbeda dengan world without end yang sudah tamat, tapi akan saya tulis kembali dengan nuansa yang lebih mendalam. lebih gelap, dan lebih sadis. dan cerita yang sedikit berbeda.
dan pastinya, Keyz yang disini, bukan Keyz yang cemen!!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ady Irawan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
22. Serangan Pasukan Monster Mumi
1
_______________________________________________
Alice mengangkat tangannya tinggi-tinggi, dan dari sela-sela jarinya, sebuah kunci bersinar terbentuk—Key of Teleport. Cahaya keemasan melingkar di udara, membentuk lingkaran sihir yang berputar dengan suara lembut, nyaris seperti bisikan. Sebuah portal terbuka di hadapan mereka: pusaran cahaya yang tenang, tidak seperti teleportasi biasa yang memekakkan dan kasar. Ini seperti membuka pintu rahasia yang hanya diketahui oleh segelintir makhluk terpilih.
"Ini tempat yang hanya aku dan Onichan aja yang boleh tahu," kata Alice tanpa menoleh, langkahnya mantap masuk ke dalam cahaya.
Keyz mengikuti dari belakang, dan saat ia menembus portal itu, matanya disergap cahaya alami yang memancar dari langit biru pekat—langit yang seolah bukan milik dunia ini. Di depannya membentang sebuah pulau, luas dan permai, dikelilingi lautan berkilau seperti kristal yang dipotong sempurna. Udara di sini terasa berbeda. Hangat namun sejuk. Ringan namun padat oleh sesuatu yang tak bisa dijelaskan—seolah waktu di sini tidak berjalan dengan cara yang biasa.
Yang paling mencolok adalah kubah pelindung yang membentang mengelilingi pulau itu, menutupinya dalam pelukan perlindungan surgawi. Huruf-huruf Rune kuno melayang di atasnya, terukir dari cahaya awan emas yang hidup. Mereka berputar perlahan, menyanyikan mantra pelindung dalam bahasa yang bahkan Keyz—yang telah menyerap jiwa malaikat dan iblis—tidak bisa pahami sepenuhnya. Ia berdiri diam, menatap ke atas, matanya memantulkan keajaiban itu.
"Pelindung ini... sama dengan yang ada di pulauku," gumam Keyz.
Alice tersenyum kecil. "Nanti ajak aku kesana ya, Onichan."
Di tengah pulau itu, tersembunyi di antara hamparan padang ilalang dan pohon-pohon bergoyang lembut oleh angin sepoi, berdiri sebuah rumah kecil dari batu putih. Tidak ada pagar, tidak ada lonceng, hanya keheningan yang yang ada. Di dalam rumah itulah Alice menyimpan semua harta karun yang ia dan Keyz temukan: serpihan pedang kuno, mata kristal, kotak berisikan kantong emas, dan gulungan pengetahuan masa lalu.
Begitu mereka melangkah masuk, aroma kayu manis dan kertas tua menyambut. Rak-rak penuh artefak berjajar rapi. Ada bola kristal yang berdenyut seperti jantung, ada selembar jubah tak terlihat yang hanya meninggalkan bayangan jika disentuh. Semuanya tertata seperti kenangan yang belum ingin dilupakan.
Keyz meletakkan pedangnya sejenak dan menyentuh salah satu piala berbentuk naga. Alice menata semua Harta Karun tadi.
Setelah itu, mereka kembali keluar dan muncul lagi di dalam ruang rahasia Kuil Piramida kedua. Namun, kini mereka tidak sendirian. Keyz dan Alice telah di sambut oleh ratusan Monster Mumi. Dengan perban perban yang sudah menguning dan berbau amis. Denga senjata-senjata mereka yang sudah berkarat.
Keyz langsung menghunuskan Elerion nya. Dan angin dingin langsung berputar di sekelilingnya.
Alice, bersiap dengan tongkat sihirnya dan mulai merapalkan sebuah mantra sihir penguat kepada Keyz. —Tercipta sebuah lingkaran sihir di bawah kaki Keyz yang mengeluarkan cahaya hijau yang berpendar. Cahaya itu naik secara perlahan dari ujung kaki hingga ujung rambut Keyz.
Sesaat setelah tubuh Keyz Bercahaya hijau, lalu dia merasakan tubuhnya menjadi terasa jauh lebih ringan. Dan di penuhi oleh kekuatan yang meluap-luap.
Sedangkan di hadapannya... Ada ratusan Shekem Sadhe dan Khasekhem Guard.
"Devil's..... Steb's!!!"
—Sat!!!!—
—Blar!!!—
Tubuh Keyz melesat bagaikan petir hitam yang menyambar. Karena sihir penguat dari Alice, gerakan Keyz tiga kali lipat lebih cepat daripada biasanya. Dia menyerbu ke tengah-tengah pasukan mumi itu. Setiap satu ayunan pedang, dua hingga tiga Mumi terbelah dan menguap menjadi asap hitam.
"Holly Light!!" Alice merapal mantra sihir lain. Saat itulah, muncul pedang pedang cahaya di sekelilingnya. Lalu dengan gerakan satu tangan. pedang pedang itu menyerbu ke arah mumi-mumi yang tersisa.
—Cras!!!—
—Cras!!!—
—Cras!!!—
—Cras!!!—
Hampir semua Mumi terkena serangannya, Keyz melihat ke arah Alice dengan tatapan takjub. Mata Alice tertutup, dan mulutnya masih membaca mantra-mantra lainnya. Dan pedang pedang lain muncul lagi, dan kembali menyerang para monster mumi hingga mereka habis tak bersisa.
Saat Alice membuka matanya. Dia terlihat sangat bercahaya di mata Keyz. Keyz baru menyadari, bahwa masih banyak kekuatan yang jauh lebih besar daripada kekuatannya, kekuatan gelap yang ada di dalam tubuhnya. "Alice?" guman Keyz.
Alice sadar kalau sudah diperhatikan oleh Keyz... "Aah... Onichan!! Aku jadi malu kalau di lihatin seperti itu." Alice menunduk dan wajahnya memerah.
2
_______________________________________________
Suasana mulai tenang. Debu sihir masih menari di udara, dan aroma kemenyan tua mulai meresap ke dalam tiap pori-pori. Tubuh-tubuh mumi yang berserakan perlahan menguap menjadi abu. Hening. Bahkan suara nafas Alice pun terdengar jelas. Keyz menurunkan Elerion-nya. Ujung pedang itu masih bergetar, menyisakan nyala redup dingin yang tak biasa.
Namun...
—Dum!!!—
Tanah di bawah kaki mereka bergetar. Sekali. Disusul suara retakan halus dari ujung ruangan.
—Dum!!!—
—Kraaakkk!!!—
Salah satu pilar besar di sisi kanan altar retak dan runtuh. Potongan-potongan batu meluncur ke bawah dan menghantam lantai kuil, menyisakan lubang gelap yang menganga seperti mulut makhluk raksasa. Dari sanalah... terdengar sesuatu. Napas... Panjang... Dalam... Berat. Seperti seseorang yang baru saja dibangkitkan setelah ribuan tahun tidur tanpa mimpi.
Udara berubah. Cahaya dari kristal-kristal langit-langit mulai meredup satu per satu.
Alice menggenggam tongkatnya erat. "Onichan... ada apa ini?"
Keyz terdiam sesaat. "Monster..."
Dari lubang itu, muncul tangan. Besar. Berselimut perban emas yang memudar. Jari-jarinya panjang dan patah-patah, tapi tetap mencengkeram lantai dengan kekuatan mengerikan.
Lalu... tubuhnya muncul.
Sosok setinggi hampir tiga meter merangkak keluar, kepalanya bermahkota, dan tubuhnya diselimuti oleh jubah papirus hitam yang sobek-sobek dan di lilit oleh perban emas. Di dadanya tertancap dua belati kristal, menandakan bahwa makhluk ini dulu dibunuh dengan ritual terkutuk.
Dua mata biru menyala dari balik bayangan wajahnya. Tapi bukan biru biasa. Ini biru... langit yang beku. Seperti melihat kematian dari dasar laut yang terdalam.
"Astaga!!! itu...!!!" bisik Alice, suara kecilnya nyaris tenggelam dalam gema ruang.
Mumi raksasa itu mengangkat wajahnya perlahan... dan dari mulutnya, terdengar satu kata. Dalam bahasa kuno yang menggema dari dinding ke dinding, seolah kuil itu sendirilah yang memutar ingatan masa lalu.
"Paraoh..." Guman Alice.
NB. Ilustrasi Paraoh
—BOOMM!!!—
Ledakan aura gelap langsung menyebar. Dinding-dinding bergetar, dan lingkaran sihir di lantai mulai retak. Cahaya pelindung yang semula menjaga ruangan kini berubah menjadi tinta hitam, mengalir ke arah makhluk itu dan menyatu dengan tubuhnya.
"Dia... mengambil energi pelindung kuil ini!" Alice mundur selangkah.
Keyz langsung melompat ke depan Alice dan mengangkat pedangnya.
Tubuh Mumi raksasa itu mulai berubah. Jubahnya membakar dengan api tak terlihat, dan dari kedua belatinya, mengalir darah hitam yang jatuh ke lantai dan membentuk pola kutukan berbentuk mata iblis Mesir.
Sayap-sayap pasir pun mekar dari punggungnya—tidak padat, tidak transparan, namun seperti badai yang dilipat dalam bentuk sayap. Setiap bulunya adalah debu mati.
"Paraoh... Penjaga Ruh Para Raja. Penghakim yang tertidur di antara kematian dan keabadian."
Suara itu bukan berasal dari makhluk itu. Tapi dari... dinding. Dari langit-langit. Dari dasar ruangan. Seolah kuil ini sedang membaca sejarahnya sendiri.
Alice menjerit, "Onichan! Dia menyerap semua ruh yang kita kalahkan tadi! Itu... itu tubuh mereka semua!!!"
Keyz menatap makhluk itu dengan serius. "Bos... sebenarnya."
Tiba-tiba, Paraoh bergerak.
—ZRAKK!!!—
Dengan kecepatan yang tidak masuk akal, tubuh besarnya melesat dan menghantam Keyz dengan pukulan telapak yang mengandung gelombang sihir. Keyz terpental, menabrak tiga pilar dan jatuh terguling, tapi langsung bangkit dengan wajah dingin.
"Elerion..." bisiknya.
—ZZRANGGG!!!—
Pedangnya melesat ke tangan Keyz dengan diselimuti oleh aura kehitaman, seperti cahaya kegelapan yang patah.
Paraoh berdiri di tengah-tengah pola kutukan yang kini membentuk singgasana dari pasir hitam dan emas. Ia tidak bergerak. Ia menunggu. Seperti dewa yang haus penghakiman. Matanya tetap menyala. Tertuju langsung pada Keyz dan Alice. Tidak dengan kemarahan... Tanpa emosi, tapi terasa begitu mengintimidasi.
Dan saat itu juga, Keyz mengangkat pedangnya, dan aura di sekitarnya mulai bergetar. “Kalau kau benar penjaga ruh… Maka bersiaplah... karena hari ini aku akan menghancurkannya.”
Alice berdiri di belakang Keyz. "Onichan… aku akan membantumu!"