NovelToon NovelToon
Harta, Tahta, Duda Anak Dua

Harta, Tahta, Duda Anak Dua

Status: sedang berlangsung
Genre:Duda / CEO / Ibu Pengganti / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Beda Usia / Keluarga
Popularitas:22.9k
Nilai: 5
Nama Author: nowitsrain

Kayanara tidak tahu kalau kesediaannya menemui Janu ternyata akan menghasilkan misi baru: menaklukkan Narendra si bocah kematian yang doyan tantrum dan banyak tingkahnya.

Berbekal dukungan dari Michelle, sahabat baiknya, Kayanara maju tak gentar mengatur siasat untuk membuat Narendra bertekuk lutut.

Tetapi masalahnya, level ketantruman Narendra ternyata jauh sekali dari bayangan Kayanara. Selain itu, semakin jauh dia mengenal anak itu, Kayanara semakin merasa jalannya untuk bisa masuk ke dalam hidupnya justru semakin jauh.

Lantas, apakah Kayanara akan menyerah di tengah jalan, atau maju terus pantang mundur sampai Narendra berhasil takluk?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon nowitsrain, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 11

Jiwa detektif Naren semakin meronta-ronta kala menyadari perubahan signifikan pada diri ayahnya. Selama kurun waktu tiga minggu belakangan ini, Naren menemukan ayahnya sering sekali pergi saat weekend. Alasannya selalu soal pekerjaan tetapi, Naren yakin pasti ada hal lain yang disembunyikan. Dia menduga, sudah ada perempuan yang sedang didekati lagi oleh ayahnya. Seperti yang sempat dia tanyakan beberapa waktu lalu.

Kecurigaannya semakin bertambah besar ketika kini, di saat jam baru menunjuk pukul 9 pagi, Naren sudah menemukan ayahnya tampil dalam setelan kasual namun kelewat rapi. Leather jacket yang kembaran dengan miliknya dan Mahen, menempel di tubuh atletis lelaki itu, dibubuh aroma parfum menyengat yang membuat Naren yakin style begini tidak akan dipakai untuk menemui seseorang dalam konteks pekerjaan.

“Ayah mau ke mana lagi? Kemarin udah pergi, tuh, sampai skip sholat asar berjamaah.” Netranya sambil terus menelisik, untuk mencari tahu lebih banyak hal-hal yang berbeda dari penampilan ayahnya hari ini.

“Ketemu Om Daniel, ada kerjaan.” Kalian tahu apa yang dilakukan Janu sambil menjawab begitu? Merapikan rambut. Iya, merapikan rambut! Hal itu jelas membuat Naren semakin tidak percaya dengan alasan pekerjaan yang dibawa-bawa olehnya.

“Pekerjaan apa yang harus diurus hari Minggu begini?” selidiknya, dibubuh nada-nada menyindir untuk menunjukkan bahwa ia sama sekali tidak percaya.

Oh, ayolah, dia bukan bocah ingusan yang masih bisa dibohongi dengan mudah!

Lagi pula, kalau yang akan ditemui memang Om Daniel, kenapa harus sekeren ini tampilannya? Nggak mungkin ayahnya ini sedang berusaha untuk memikat hati Om Daniel, kan?

Ew! Pemikiran macam apa itu?!

“Ayah ada project baru sama Om Daniel, dan Om Daniel bisanya ketemu sama Ayah cuma di weekend.” Janu membalikkan badan, mencoba meyakinkan Naren dengan air mukanya yang tetap tampak tenang. Berbeda dengan Naren yang sudah terlihat seperti habis kebakaran hutan.

“Kalau gitu, Naren ikut,” pintanya. Senyum miring tersungging meski tak begitu kentara. Pikirnya, ini adalah momen yang pas. Jika ayahnya menolak, maka dia akan memiliki alasan yang lebih banyak untuk merasa curiga. Jadi, nanti, kalau Mahen sudah kembali dari petualangannya—yang entah ke mana—dia bisa menghasut abangnya itu untuk bersama-sama memulai penyelidikan. “Boleh, nggak?” tagihnya, sebab ayahnya malah hanya diam di tempat.

Beriring embusan napas pelan, kepala Janu mengangguk. “Boleh. Kamu mau pakai kaus sama kolor begitu doang, atau mau ganti baju dulu biar match sama Ayah?”

Naren menurunkan pandangan, meneliti penampilannya sendiri yang mirip—anak jalanan. Celana pendek yang dia pakai ini bahkan ada bolong kecil di bagian pantat, tidak terlihat karena tertolong baju kebesaran yang dia curi dari lemari ayahnya. Iyuhhh, nggak banget!

“Ganti baju,” ucapnya sembari menaikkan lagi pandangan. “Ayah tunggu di sini! Awas, jangan coba-coba buat kabur!” peringatnya, lalu berlarian dengan kecepatan cahaya menuju kamarnya.

Sambil mengayun langkah, sambil juga menyusun rencana di kepala. Pokoknya, selama pertemuan dengan Om Daniel nanti, dia harus menaruh fokus untuk mencari kejanggalan-kejanggalan pada diri ayahnya. Pada diri Om Daniel juga, dengan asumsi bahwa lelaki itu turut terlibat.

...🌼🌼🌼🌼🌼🌼🌼...

Mungkin ada baiknya memang membiasakan diri untuk mulai berpikir positif. Menghalau segala kecurigaan yang membesar di dalam rongga kepala agar tidak semakin merajalela seperti virus zombie yang menyebar dengan cepat.

Mungkin seharusnya, Naren bisa memenuhi otaknya dengan hal lain alih-alih terus mengkhawatirkan apakah ayahnya mulai bertemu dengan seorang perempuan atau tidak.

Karena kini, Demi Tuhan dan seluruh alam semesta yang Dia ciptakan, Naren benar-benar dirundung bosan.

Selama hampir tiga jam pertemuan, yang dia dengar dari dua laki-laki dewasa itu hanyalah obrolan soal pekerjaan. Istilah-istilah dalam bisnis yang sama sekali tidak dia mengerti juga sesekali keluar, membuatnya perlu mengeluarkan ponsel untuk searching apa artinya hanya agar dia tidak merasa ada yang terlewatkan.

Mendengus berkali-kali hingga membuat obrolan dua lelaki dewasa itu terjeda nyatanya tidak membantu banyak. Baik ayahnya dan Om Daniel hanya akan sesekali memeriksa keadaannya, menyodorkan minuman dan camilan agar dia kembali tenang supaya mereka bisa melanjutkan obrolan.

Duh, kalau begini caranya, yang ada Naren akan keburu mati bosan. Persetan dengan penyelidikan atau apalah itu. Saat ini, dia hanya ingin pertemuan membosankan ini segera berakhir dan mereka bisa pulang.

“Ayah, masih lama nggak?” bisiknya di telinga sang ayah. Praktis, bibir lelaki itu yang sedang menjelaskan beberapa hal kepada Daniel berhenti bergerak. Kepalanya menoleh dan Naren bisa melihat sedikit kerutan muncul di dahinya.

“Kenapa?”

“Bosan,” jawabnya jujur.

“Masih lama. Ada banyak hal yang harus Ayah bahas sama Om Daniel.”

Lenguhan kecewa mengudara, disusul gerakan dramatis Naren yang memerosotkan tubuhnya hingga setengah rebah di atas kursi kafe. Sudah tak peduli lagi meski kini aksinya itu bukan hanya membuat ayah dan rekan ayahnya geleng-geleng kepala, tetapi sekaligus menarik perhatian pengunjung lain yang seketika menatap skeptis ke arahnya.

“Sabar. Kan, kamu sendiri yang kekeuh mau ikut.” Usai bicara begitu, Janu melanjutkan lagi obrolannya dengan Daniel. Sudah tidak lagi peduli dengan apa pun yang akan Naren lakukan setelah ini. Hitung-hitung mengajari anak itu menerima konsekuensi atas keputusan yang sudah dibuat. Supaya di masa depan, Naren bisa berpikir lebih banyak sebelum bertindak.

Suara ayahnya yang bersahutan dengan suara Om Daniel lama-kelamaan terdengar seperti dengungan lebah di telinga Naren. Membuatnya merasa pusing dan tidak nyaman.

Berhubung dirinya tidak mau betulan mati bosan, Naren pun memutuskan untuk berhenti. Lebih baik dia menepi, mencari kesibukannya sendiri sambil menunggu ayahnya selesai dengan segala hal tentang pekerjaan yang membosankan ini.

“Naren tunggu di mobil aja, mau sambil main game,” pamitnya, sambil bangkit berdiri dan mengantongi ponselnya.

Janu menjeda ucapannya lagi, hanya untuk menyodorkan kunci mobil kepada Naren dan lanjut mengoceh lagi.

Melongo sebentar, Naren tetap menerima kunci mobil dan bergegas pergi. Bibirnya merepet tidak keruan, mengoceh tentang banyak hal atas sikap ayahnya yang seolah-olah tidak keberatan membiarkan dirinya pergi sendirian.

“Nyebelin!” serunya. Cukup keras, dan harusnya ayahnya bisa mendengar.

Sementara itu, sambil mengamati sosok Naren yang perlahan menjauh, Janu mulai berhenti bicara. Lalu saat bocah itu sepenuhnya hilang dari pandangan, dia menghela napas begitu panjang.

“Untung lo cepat kasih kabar, Nu, jadi gue bisa prepare bahan diskusi yang nggak ada sangkut pautnya sama Kayanara.” Daniel berbisik dengan tatapan ngeri ke titik terakhir Naren berdiri.

“Iya, untung juga ada spare waktu buat si Naren ganti baju. Kalau enggak, wassalam.” Janu menimpali. Lalu, keduanya saling pandang dan kembali menghela napas bersamaan.

Bersambung....

1
Zenun
udah mulai kepincut bapake rupanya
nowitsrain: Anjay, nambah saingan dong
Zenun: aku pun kepincut
total 3 replies
Zenun
Mahen: ini ada yang copot satu tulangnya
Zenun: ehehehe
nowitsrain: Ih, takut banget
total 2 replies
Zenun
yah rusak dah remot nya ama bocil🤭
Zenun: iya ih
nowitsrain: Tantrumnya ngerusak barang ih, jelek
total 2 replies
Dewi Payang
Naren galak amat😁
nowitsrain: Sensi emangg
total 1 replies
Dewi Payang
Apaan tuh Maung?
nowitsrain: Sunda, Kak..
Dewi Payang: bahasa mana itu Kak?
total 3 replies
Dewi Payang
Dasar memang si Naren😅
nowitsrain: Lemah lembutnya sama cewek yang disuka doang
Dewi Payang: Semua di galakin.. 😅😅
total 3 replies
nowitsrain
Aku pun 🤣🤣
Dewi Payang
iiiih ya ampyun....
Dewi Payang: /Joyful/
nowitsrain: Merinding sebadan-badan...
total 2 replies
Dewi Payang
Ngusir tanpa basa-basi.....
Dewi Payang: Tapi Kay tidak ada duplikatnya.....😅
nowitsrain: Hilang satu cari yang baru dong 🥰🥰
total 4 replies
Dewi Payang
Aku juga punya adik, sampai SMU masih ku cium², marah jugalah kaya Naren itu, tapi aku gak peduli, sekarang dia udah nikah dan punya anak 1 sebentar lagi 2, udah gak ku cium² lagi, udah beda auranya😅
Dewi Payang: Tul😅😅
nowitsrain: Iya, marah-marah tidak jelasss
total 4 replies
Dewi Payang
Yeay! Lari Mahen!
nowitsrain: /Facepalm//Facepalm/
Dewi Payang: Lah salah😅😅😅 Naren maksudnya tadi🤣
total 3 replies
Dewi Payang
Aku juga ngeri🙈😅
Dewi Payang: /Facepalm//Facepalm/
nowitsrain: Aku pun 🤣🤣
total 2 replies
Dewi Payang
Ecie... mulai curhat....
Dewi Payang: /Joyful/
nowitsrain: Lagi nggak sadar aja tuh, kalau sadar juga mencak-mencak lagi
total 2 replies
Dewi Payang
Emank lo mau makan kalo si Eric jadi roti Ren😅
Dewi Payang: /Joyful//Joyful/
nowitsrain: Naren: Tidak, akan kulemparkan dia ke kandang kambing
total 2 replies
Dewi Payang
Ya ampyun, dua bocah ini, sama² kumal😅
Dewi Payang: /Facepalm//Facepalm//Facepalm/
nowitsrain: Rill anak terlantar 🤣🤣
total 4 replies
Dewi Payang
Tar gantian kamu yang nangis Naren klo tau si Kay nangisin apa....
Dewi Payang: /Joyful/
nowitsrain: Auto tertampar terjungkal
total 2 replies
Zenun
Pake vakum cleaner
nowitsrain: Kesian banget anak gue disamain sama debu
Zenun: ya semacamnya
total 3 replies
Zenun
iiiiiih mahen
nowitsrain: Auto dikerangkeng dah bininya, nggak boleh bersosialisasi
Zenun: bininya abis dikokop
total 3 replies
Zenun
besok malam juga gapapa
nowitsrain: Nggak boleh atuh
Zenun: bagen, emang biar khilap
total 3 replies
Zenun
tapi dia keren bang udah nulungin orang
nowitsrain: Naren: Ssstttt ah, nanti ayah denger
Zenun: lha iya si, udah mau otw punya pacar juga
total 3 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!