Tentang seorang menantu yang tidak di perlakukan baik oleh keluarga suaminya.
Setiap hari nya harus menahan diri dan memendam sakit hati.
Lalu di tengah kesuksesan yang baru di reguknya, rumah tangganya di terpa badai pengkhianatan.
Akankah dirinya mampu bertahan dengan rumah tangganya?
Cerita ini belatar kehidupan di daerah Sumatera, khusunya suku Melayu. Untuk bahasa, Lebih ke Indonesia supaya pembaca lebih memahami.
Jika tidak suka silakan di skip, dan mohon tidak memberi penilaian buruk.🙏
Silakan memberi kritik dan saran yang membangun🤗
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Juniar Yasir, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Awal Mengetahui
Setelah sholat subuh, Sari dan Rahmah duduk di teras. Mereka ngobrol seputar kampung dan lainnya.
“Apa kau mencurigai Ramdan Sar?’’ tanya Rahmah langsung.
“Ntahlah kak. Sari belum tau lah yang sebenarnya. Mau menuduh tidak ada bukti, jadi tidak baik pula’’ Sari memang takut bila su'udhzon terhadap suaminya.
“Kalau dia dah berani berdusta dan nyimpan sesuatu tu, berartinya Ramdan sedang membuat kesalahan.’’ ujar Rahmah.
Bukannya ingin mengompori apalagi memfitnah, tetapi feelingnya begitu.
“Sari juga mikirnya begitu kak, hanya kekurangan bukti. Jika Dia balik nanti, akan Sari cari bukti.’’ ucap Sari.
“Hmmm,, ntahlah kau tu. Ku tengok kau diam saja. Macam tak ada risau-risau dan marahnya kau tu.’’
“Kak, Sari ni punya anak. Jika Sari tidak mengontrol emosi, mungkin sudah lama Sari mengamuk. Setidaknya Sari memikirkan perasaan anak-anak_’’ Balas Sari.
“Yuk kak masuk!, sejuk ini di luar.’’ lanjutnya. Dia berjalan menuju dapur. Meletakkan bahan dan alat untuk membuat kue.
“Betul juga cakap kau tu. Takut pula nanti anak-anak yang jadi korban kemarahan kan? Memang tak ada ot*knya Ramdan ini. Sudah punya istri cantik dan serba bisa, masih saja buat kelaku.’’ bukan main marah Rahmah ini.
“Mau di apakan lagi kak. Sikap dan hati orang bila-bila saja bisa berubah.’’ ujar Sari terlihat santai.
Di bohongi , dan ada indikasi mendua. Marah? tentu saja. Tapi Dirinya belum cukup punya bukti.
Sari ini bukan tipe wanita yang lemah. Dia berkarakter tegas, tetapi jika Iya marah dan emosi, akan berdampak buruk untuk kedua anaknya. Untuk saat ini, Sari fokus mental anak-anak nya. Jika benar nanti Ramdan benar selingkuh, maka Sari siap melayangkan gugatan.
.
.
Hari semakin siang, Rahmah dan adiknya telah pulang tadi pagi. Sedang Sarimah di kamar Sari, dia mengeluhkan tidak enak badan pada Sari. Tapi Sari tahu, mertuanya ini berbohong.
Sari masuk kamar, membawa bubur dan obat untuk sang mertua.
“Bu, ini Sari tadi masakkan bubur. Lepas tu minum obat ya.’’ Sari meletakkan makanan ke atas nakas.
“Kenapa kau susah-susah Sari, Aku ni hanya pening kepala biasa. Sayang aku nak tinggalkan puasa ni, beberapa hari saja lagi. Tahun depan ntah berjumpa atau tidak.’’ ucap Sarimah.
“Tak baik cakap macam tu Bu. Insyaallah tahun depan kita ngumpul bersama.’’ ucap Sari. Dia pun tidak ingin memaksakan mertuanya jika tidak ingin membatalkan puasanya.
“Sari ke kamar anak-anak sebentar Bu. Ibu istirahat lah lagi!. Jangan pikir apapun.’’ ucap Sari sari.
Sari meninggalkan Sarimah, lalu masuk ke kamar anaknya.
“Tidur rupanya, Suai diam mereka berdua.’’
Sari membuka ponselnya. Dari tadi malam belum ada memegang ponsel itu. Dirinya melihat pesan masuk tadi malam. Sebuah foto cincin di jari manis perempuan. Sari melihat PP perempuan itu. Sari kaget, karena ini perempuan yang tidak sengaja Dirinya senggol di mini market dan di taman kemarin.
“Darimana dia mendapat no handphone ku? Dan untuk apa juga dia mengirim foto begini?’’ gumam Sari heran.
Tiba-tiba ingatannya pada kwitansi itu. Sari segera kembali ke kamarnya. Di lihat sang mertua sedang tertidur. Tidak ingin mengganggu sang mertua, Sari pergi tanpa memberi tahu. Lagipula Dia pergi tidak akan lama. Sari mengambil tas dan memeriksa kwitansi yang kemarin di simpan di sana. Dapat! Dia memasukkan kembali ke tasnya, lalu mengambil kunci motor. Tujuannya saat ini adalah ke toko yang tercantum di kwitansi itu.
*
Sari melajukan motornya. 15 menit kemudian Dia telah tiba di parkiran toko mas Indah.
“Ada perlu apa Bu?’’ tanya pemilik toko yang kebetulan teman SMA Sari.
“Tak usah lebay Akiong!. Nih aku Mau lihat, apa benar cincin di foto ini sama persis dengan isi kwitansi ini?’’ Sari menunjukkan layar ponselnya.
“Ya benar, tapi untuk apa juga kau membawa kertas dan foto. Bawa lah sekalian cincinnya.’’
ucap cerewet teman Sari itu.
“Jangan banyak cakap kau Kiong. Cepat!, anak ku tinggal ni.’’ ucap Sari tidak sabar.
“Hem, Oke-oke. Dari bentuk cincin di foto ini, memang benar sesuai dengan yang di kwitansi yang kau beli. Tapi, cincin begini juga banyak yang KW Sari. Jadi, jika kau hendak melabrak pikir-pikir lah dahulu’’ Akong sengaja menggoda Sarim
“Sibuk! Dasar kepo!’’ Tanpa pamit, Sari meninggalkan toko mas itu. Dirinya sudah khawatir meninggalkan anaknya.
.
.
Sampai di rumah, Sari di sambut mertuanya di teras.
“Darimana kau Sar?’’ tanya Sarimah.
“Dari toko mas Bu, melihat kwitansi kemarin. Maaf ya Bu, Sari tak beritahu kalau akan keluar. Sari kasian nengok ibu sakit.’’ jawab Sari. Sari masukkan kue bolu yang tadi di buatnya kedalam box bulat. Dessert belum Sari buat, karena takut mertuanya makin sakit dan tidak bisa mengurus nya.
Tiba-tiba, terdengar suara notif dari sang suami.
“Besok Abang balik. Masak sedap ya!’’ kata pesan Ramdan. Sari memiringkan bibirnya. Merasa geli akan keromantisan yang di buat-buat Ramdan.
...****************...
“Lia, besok Abang balik kampung. Tak mungkin juga Abang lebaran di sini. Nanti yang ada, Sari bisa curiga. Apa Lia mau ikut balik?’’ Ramdan sedang mengemasi pakaiannya.
“Malaslah, penat. Jauh betul.’’ Jawab Dahlia. Dia sedang berdandan.
“Hem, yalah jika begitu.’’ ucap Ramdan.
“Ingat ya bang, hanya tiga hari saja!’’ Dahlia menekan kata-katanya.
“Iya sayang!’’ balas Ramdan.
Setelah memasukkan pakaiannya, Ramdan dan Dahlia keluar dari rumah. Mereka menuju restoran yang di terbilang cukup mewah.
Seorang waiters datang dan memberi buku menu. Setelah Dahlia dan Ramdan memilih menu, karyawan itu pergi.
Beberapa menit kemudian pesanan mereka tiba. Ramdan dan Dahlia makan dengan lahap nya, tidak menyadari ada seseorang yang memotret kemesraan mereka.
“Wah, berita bagus ini. Kini aku yakin sekali. Jika jodoh akan menemukan jalannya!’’ ucap si pemotret.
Setelah mendapatkan asupan baru, orangnitu segera menuju mobilnya dan meninggalkan restoran.
.
.
.
“Jangan kau sibuk urusan ku. Urus saja dirimu yang mandul itu!’’
“Kau?’’
***
**
*
Hallo reader ku🤗
Semoga kalian smua di beri kesehatan dan kelancaran rezeki🤲
Sebelumnya, mohon maaf jika masih banyak kesalahan dalam pengetikan dan dari segi kesalahan lainnya. Tapi please! Berilah kritik yang membangun dan saran yang baik. Sehingga kami SBG author ini, lebih semangat.
Bukannya sombong atau gimana! Jika memang menurut oknum, cerita saya kurang bagus, setidaknya jangan kasi rating buruk. Boleh kok kasi kritikan yang baik, Kita akan koreksi.
Di garis bawahi ya?
Saya penulis pemula. Jika ada kesilapan dan kekurangan tolong di kasi masukan yang masuk akal. apalagi cerita ini baru episode awal. Masih panjang insyaallah.