Hai, kenalin aku Ririn, seorang perawat di salah satu RS ternama, suamiku seorang kepala kelasi di kapal, yaaaa.. jadi istri seorang pelaut yang sering di tinggal berlayar oleh suaminya itu sekarang aku. Saat suamiku pergi untuk berpamitan aku selalu berfikir amankah dia jangan jangan banyak wanita yg menggodanya.. Ahhh pikiranku kemana mana. Sampailah di titik kumpul dimana banyak teman dan rekan kerja suami disana yang jadi sorotan adalah ada dua wanita dengan tubuh yang seksi menghampiri kami, dan dengan pd nya dia cipika cipiki dengan suamiku. Mereka tampak sangat akrab lalu memberikan ucapan selamat atas pernikahan kami..
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Evy Wulandari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Penuh dengan Air Mata
Tak terasa sudah pagi, ku mulai aktifitas dengan bersih bersih rumah, tak lupa menghangatkan makanan yang di beri mama kemarin hanya untuk sarapan diriku sendiri.
"Hemmmm, baru dua hari di tinggal pergi suami aku udah rindu.. Tapi rasanya masih jengkel dengan kejadian semalam, ya walau aku juga salah sihhh selalu menaruh curiga ke suamiku, kenap sihhh otakku selalu makan hasutan setan" Geramku pada diriku sendiri..
Kunyalakan kompor, dan kuseduh kopi agar kembali ini moodku yang hilang semalam..
Beranjak dari duduk, untuk mematikan kompor yang masih menyala perutku sangat terasa sakit dan kram..
Rasanya seperti mau Mens tapi ini lebih sakit dari biasanya..
Aku berjalan perlahan dengen memegang perutku untuk mematikan kompor..
Belum sempat sarapan, seperti basah di celana tidur yang ku kenakan, dan sudah berlumuran darah.. Bahkan ada yang menetes ke lantai.
Aku bingung, aku kenapa ini.. Ucapku dalam hati..
Masih berusaha untuk tenang, dan berjalan ke kamar mandi.
Untuk membersihkan diri, mungkin ini datang bulan karena sebulan lebih aku tidak mendapat tamu bulanan. Fikirku menenangkan diri..
Dengan perut dan pinggang yang sangat keram, ku bersihkan darah yang berada di lantai dapur.
Baru beberapa menit aku pasang pembalut, darah sudah merembes ke celana yang ku kenakan. Merasa ini adalah pendarahan. Dan tubuhku mulai lemas, merasa tak kuat ku telepon nisa saat itu untuk menghampiriku di rumah..
Telepon nisa tak kunjung juga dapat respon darinya..
Ku sandarkan tubuku di sofa ruang keluarga. Tubuh yang sudah lemas berusaha buat hubungin Hesti adiku yang ada di solo..
Memberi kabar kalau aku pendarahan dan di rumah sendiri, tapi tak jadi ku kirim karena ini akan membuatnya semakin khawatir. Dia jauh dan ga mungkin bisa sampai dengan cepat..
Sudah masuk ke kolom chat Dokter Bagas, tidak ada orang lain lagi selain dia yg bisa membantuku sekarang..
Segera ku kirim pesan ke dokter. "Dok saya sedang pendarahan dirumah, keadaan saya di rumah sendiri. Saya tidak bisa mengemudi mobil.. Bisakah dokter membantu saya saat ini.?" Pesanku ke pada dokter bagas
Dengan ku kirim share lokasi rumahku..
Selang 14 menit terdengar mobil berhenti dan seseorang membuka pintu gerbang rumahku, aku yang sudah lemas berusaha membuka pintu depan dengan jalan yang tertatih..
Dokter Bagas lari menghampiriku, di bopong aku dan masuk ke dalam rumah di rebahkan aku di sofa ruang tengah.
"Kamu kenapa rin,?" Tanya dokter bagas dengan memeriksa nadi dan mataku
"Nggak tau dok, tadi baru minum kopi dan hangat in masakan tiba tiba perut sakit kram dan ga kerasa darah udah dimana mana" Jawabku
"Udah berapa lama, dan udah berapa banyak darah yang keluar" Ucapnya sambil memeriksaku
"Ya sekitar jam 6 tadi dok, aku juga udah sempat mandi, dan bersihkan darah yang ada di lantai." Jawabku
"Suamimu kemana, kok dia ga siaga " Tanya dokter
"Suamiku lagi di laut dok, baru kemaren dia berangkat tugas" Jawabku
"Maaf ya dok, mengganggu waktu dokter. Saya nggak tau lagi harus hubungin siapa. Nisa saya telepom juga ga di angkat." Ucapku
"Udah yang penting kamu selamat, ini harus segera di periksa di Rumah Sakit rin. Biar tau.. Sepertinya ini abortus" Ucap dokter
"Hah, abortus dok.. Aku ngak tau kalo aku hamil dok" Jawabku yang semakin lemas
"Udah lebih memastikan kita harus segera ke Rumah Sakit"
Aku yg dalam keadaan darah sudah merembes dimana - mana di bopong oleh Dokter Bagas dan di masukkan ke dalam mobilnya.
Rumah Sakit terdekat ya hanya tempat kami bekerja..
Aku yang duduk di samping dokter dalam keadaan lemas dan pucat, sesekali dokter mengusap rambutku. "Yang kuat ya rin bentar lagi sampe. Kamu jangan tidur ya." Ucap dokter yang sedang fokus memacu mobilnya dengan kencang..
Mobil berhenti di perempatan jalan karena lampu merah, yaaa disini semalam yabg terjadi kecelakaan.
Tak lama Mobil masuk ke IGD, security yang membantu terbengong melihat kami. "Di bantu ya pak" Ucap dokter kepada security tersebut.
Aku segera di bawa masuk, dokter masuk untuk memberi instruksi dan mengisi form untukku.. Mungkin saat itu semua orang kaget melihatku dengan dokter bagas saat itu.
Mungkin akan banyak gosip setelah ini..
Aku yang sudah lemas, hanya mampu terbaring..
Sesekali ku lihat ke arah Dokter Bagas, kemeja putih yang dia pakai telah berlumur darah. Dia panik melihatku dalam keadaan ini..
Aku hanya mampu menangis, mengeluarkan air mata tanpa suara..
Saat itu rio yang sedang padang infus di tanganku. Sesekali aku dengar "rin, heiii yang kuat ya" Bisiknya yang hanya terdengar lirih di telingaku
Membuat pecah air mataku semakin deras mengalir, rio mengusap air mataku dan menenangkanku "sabar rin, jangan nangis nanti tambah lemes, yang kuat ya kita ada disini buat kamu" Ucapnya
Dokter Bagas menghampiriku, rio menghindar mundur untuk memberi ruang dokter untuk berada di sampingku.
"Yang sabar ya rin, yang kuat ini mau di periksa dulu ya" Ucap dokter saat itu
Dokter Oka datang dan melihat kondisiku, melihat Dokter Bagas sudah ada di sana Dokter Oka bilang, "aku serahin ke kamu dok dengan menepuk pundak Dokter Bagas" Karena dokter jaga saat itu adalah Dokter Oka, dan keadaan IGD penuh dengan pasien.
Dokter Bagas bilang "maaf ya rin, kita USG dulu perut kamu buat memastikan gimana kondisi di dalam" Ucapnya
Aku hanya mengangguk..
Di singkapkan bajuku, rio membantu dokter..
Mulai di USG perutku dokter menjelaskan dengan menghadap layar monitor "ini kantong kehamilan rin, benar kamu hamil saat ini, kalau kita ukur udah 7 minggu 2 hari, coba kita kedalam lagi. Ini janin kamu berkembang dengan baik dan coba kita dengarkan detaknya."
Dan dokter mendengarkan detaknya, aku mendengarnya sungguh aku kecewa dengan diriku sendiri..
Dokter kembali menjelaskan "detak jantungnya bagus, normal janin berkembang dengan baik. Tapi disini ada pendarahan yang hebat rin, yang akan membuat resiko besar terhadap janin." Ucap dokter menjelaskan
Dokter menghadapku, ini semua tergantung kamu rin, semua keputusan di kamu..
Kita usahakan janin ini untuk tetap kuat di rahim kamu, tapi ada kemungkinan itu tidak berhasil.. Mungkin enam puluh banding empat puluh persen..
Aku hanya diam mendengarkan penjelasan dokter, yang menatapku
Rio memgambilkan kursi untuk dokter duduk di sampingku..
Dokter Bagas duduk di sampingku memegang tanganku, rio yang melihat ini dia keluar dari ruangan, tapi di larang oleh dokter "disini aja, biar gak terjadi fitnah nanti" Ucap dokter kepada rio.
Dokter bagas memegang tanganku dan berkata "rin, yang sabar ya.. Kita usahain biar dia berkembang di rahimmu dengan baik dan kuat, jika itu berhasil dia akan terlahir dan menemani kamu besok, tapi jika usaha kita gagal, kemungkinan terburuknya dia akan memaksa keluar dari rahim kamu, kamu harus ikhlas jika hal itu terjadi..
Nanti aku kasih buat penghentian pendarahan sama penguat kandungan ya. Kamu udah berusaha, dan kamu ngak salah apa apa.. Jangan terus larut dalam sedih dan rasa bersalah, nanti berpengaruh ke janin kamu.. Kemungkinan seminggu kedepan kamu harus bener - bener bedrest gak boleh capek, gak boleh aktifitas sama sekali..
Jadi kamu hubungin keluargamu ya, " Ucap dokter bagas dengan kelembutan dan suaranya yang halus menenangkan hati
Tapi justru ini membuatku semakin sedih air mata yang terus mengalir membasahi pipi bahkan bantal Rumah Sakit.
"Iya makasih ya dok, makasih banget sudah menyelamatkan aku dan anakku, aku mau telepon suamiku atau orang tuaku dok" Ucapku dengan sesenggukan
"Lohhh, handphone kamu lupa nggak aku bawa tadi rin" Ucap dokter
"Kamu hafal nomernya nggak, telepon pake hpku atau aku ambilin bentar ke rumahmu ya"
"Dokter telepon nisa aja, suruh nisa ambilin ke rumahku. Kasian dokter udah capek, nanti juga tugas shift sorekan. Dokter pulang aja istirahat" Jawabku
" Rin kamu itu lagi sakit, lagi kena musibah masih sempetnya kamu mikirin kondisiku yang sehat kaya gini.. Aku nggak papa, aku temenin kamu disini. Aku pulang nanti mandi langsung kesini lagi buat ngecek kamu ya.."
Rio yang berada di sudut ruangan terdiam melihat kami, diapun pamit keluar sebentar ucapnya.
Rio keluar dari ruangan..
Dokter Bagas yang masih menggegam tangan, sesekali di sandarkannya kepalanya di atas tanganku.
Kulihat tubuh yang lemas, pakaian yang lusuh dan berlumur darah..
Aku menangis sesenggukan melihat keadaan ini, kenapa bukan suamiku sekarang yang menemaniku seperti ini, kenapa justru orang yang ki buat sakit hatinya selama ini yang membantuku..
Dokter melihatku menangis, mengusap air mataku "rin, sungguh saat ini aku ingin peluk kamu, memberikan kekuatan dari energi rasa sayangku ke kamu. Tapi aku tau itu tidak mungkin dan aku tidak mau. Karena kamu istri orang.. Aku cuma bisa pegang tanganmu berharap kamu dapat kekuatan dari sini.. Kamu yang kuat ya." Ucap dokter dengan mata yang berkaca - kaca.
Tak terasa udah siang udah pukul 12 siang..
Aku akan segera di pindah ke ruang Evalusi untuk beberapa jam kedepan, dokter bagas pamit untuk pulang buat bersihkan diri dan mampir ke rumahku buat ambilkan perlengkapanku dan handphoneku yang tertinggal.
Bersambung....