NovelToon NovelToon
Cinta Suami Amnesia

Cinta Suami Amnesia

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Cinta setelah menikah / Cinta Seiring Waktu / Penyesalan Suami / Suami amnesia
Popularitas:12.1k
Nilai: 5
Nama Author: Mama eNdut

Anara Bella seorang gadis yang mandiri dan baik hati. Ia tak sengaja di pertemukan dengan seorang pria amnesia yang tengah mengalami kecelakaan, pertemuan itu malah menghantarkan mereka pada suatu ikatan pernikahan yang tidak terduga. Mereka mulai membangun kehidupan bersama, dan Anara mulai mengembangkan perasaan cinta terhadap Alvian.
Di saat rasa cinta tumbuh di hati keduanya, pria itu mengalami kejadian yang membuat ingatan aslinya kembali, melupakan ingatan indah kebersamaannya dengan Anara dan hanya sedikit menyisakan kebencian untuk gadis itu.
Bagaimana bisa ada rasa benci?
Akankah Anara memperjuangkan cintanya?
Berhasil atau berakhir!
Mari kita lanjutkan cerita ini untuk menemukan jawabannya!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mama eNdut, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Belum Siap

Hujan deras mengguyur setiap bagian di kota J, suara petir menggelegar di seluruh penjuru. Untung saja Nara tiba di rumahnya tepat sebelum hujan turun.

"Derasnya, untung saja aku pulang duluan, coba kalau menuruti kedua orang tadi, bisa pulang kehujanan aku", ucap Nara sembari menurunkan barang-barang belanjaannya.

Nara lalu berjalan masuk, hal yang pertama ia cari adalah Vian, ia membuka pintu kamar namun kosong, di dapur ia juga tak mendapati sosok yang di carinya itu. Hanya tinggal satu tempat dan Nara berjalan mendekat ke arah pintu kamar mandi, terdengar guyuran air dari dalam itu mengartikan jika Vian berada di dalam sana. Nara lekas meletakkan barang belanjaannya diatas meja, memilih-milih kantong yang isinya buah, sayuran dan bahan-bahan makanan lainya.

"Udah pulang?", suara Vian terdengar dari balik punggung Nara yang tengah sibuk dengan aktivitasnya.

"Iya, untung aja gak kehujanan tadi", jawab gadis itu tanpa berhenti dari apa yang sedang ia lakukan.

Nara kemudian mengambil sebuah tas yang isinya adalah ponsel. Nara yang semula membelakangi Vian, berbalik menghadap lelaki itu.

"Ini pon...", perkataan Nara terhenti ketika ia melihat penampakan Vian yang bertelanjang dada dan hanya menggunakan handuk yang dililitkan ke pinggangnya. Nara diam mematung pandangannya mengarah ke badan Vian, badan kekar, berotot dan jangan lupakan bentuk kotak-kotak di perutnya.

"Ya ampun, mimpi apa aku punya suami yang bentuknya kaya gini, keren, jadi pengen peluk",, gumam Nara dalam hati.

Masih belum sadar dari lamunnya, Vian menjentikkan jarinya di depan wajah Nara, membuat gadis itu tersadar lalu mengalihkan pandangannya. Malu? Jelas.

"Ini ponselmu Mas",Nara mengulurkan benda pipih yang masih terbungkus kardus dengan segel yang masih utuh itu kepada Vian, walaupun ia berbicara kepada Vian, namun pandangannya masih mengarah ke arah lain, ia masih gugup melihat sesuatu yang baru pertama kali ia lihat secara langsung dan begitu sangat dekat seperti saat ini. "Aku juga memakai uangmu untuk membeli beberapa perlengkapan", imbuh Nara.

"Iya tidak masalah, pakai saja kartu itu dan simpanlah. Aku ambil ya ponselnya".

Vian mengambil ponsel itu lalu mengacak gemas pucuk kepala Nara sebelum akhirnya ia beranjak pergi untuk berpakaian ke kamar.

Bagaimana dengan Nara? Tentu saja gadis itu tidak bisa berkata-kata. Mendapat perlakuan dari Vian seperti itu membuat jantung Nara berdetak lebih cepat, pipinya teras panas, jika ia dapat melihatnya sekarang pipinya yang putih telah berubah bersemu merah.

"Ya ampun Nara, sadar Nara sadar". Nara menepuk-nepuk pipinya dengan kedua tangannya. "Mas vian benar-benar membuat jantungku hampir lepas dari tempatnya". Nara mengatur nafasnya agar detak jantungnya kembali ke frekuensi awal, menarik dan menghembuskan nafasnya secara teratur.

Di rasa semua sudah terkendali, Nara lalu melanjutkan aktivitasnya menata bahan-bahan makanan di kulkas, ia membuka tas belanja lainya yang isinya peralatan mandi seperti sabun, sikat gigi, pasta gigi dan sebagainya kemudian menata semua barang itu di rak dekat pintu kamar mandi, tak lupa ia juga membelikan keperluan Vian seperti handuk dan keperluan lainnya untuk laki-laki.

Untuk makan malam hari ini Nara memilih memasak ayam goreng dan tumis kangkung. Entah Vian suka atau tidak yang penting Nara sudah memasaknya, kalau nanti meminta lauk lain akan ia buatkan. Setelah memasak dan menyajikan makanan di meja makan ia berencana untuk membersihkan dirinya, segera ia beranjak ke kamar untuk mengambil pakaian ganti.

"Mas, Mas Vian, aku masuk ya", panggil Nara sembari membuka pintu.

"Masuklah".

Di dalam terlihat Vian yang tengah melihat barang-barangnya yang berada di dalam kardus.

"Apa yang sedang kamu lakukan Mas?".

"Tidak ada Nar, aku hanya melihat-lihat siapa tau dengan barang-barang ini aku bisa mengingat sesuatu".

"Jangan di paksakan Mas, aku yakin jika suatu saat nanti ingatanmu akan segera kembali".

Vian tersenyum mendengar ucapan Nara, lelaki itu merasa jika ia telah di pertemukan dengan orang yang tepat, selain cantik Nara juga memiliki sifat yang baik. Nara mengambil alih kardus besar dari depan Vian kemudian mengambil beberapa stel pakaian dan meletakkannya di almari, lalu di lanjutkan dengan mengambil beberapa lipat lagi secara berulang hingga selesai.

"Pakaianmu aku letakkan di sebelah sini ya Mas, itu akan mudah jika kamu ingin mencari pakaian yang akan kamu pakai".

"Iya, terimakasih banyak Nara".

"Baiklah aku akan mandi dulu, setelah itu kita makan ya Mas, aku sudah selesai menyiapkan makan malam di meja", ucap Nara yang di tanggapi anggukan oleh Vian.

Disinilah mereka berdua, duduk dimeja makan, menikmati makanan yang dimasak oleh Nara, ternyata Vian bukanlah orang yang pemilih makanan. Lelaki itu makan dengan lahapnya, dan di situ Nara merasa senang karena makanan yang ia buat begitu di hargai oleh suaminya.

Selesai makan keduanya melanjutkan berbincang diruang tamu sambil menonton televisi, acara yang sedang mereka tonton adalah berita malam yng sedang membahas beberapa kasus terbaru, mulai dari kecelakaan, korupsi para penjabat negara, dan banyak informasi lainnya.

"Nanti aku tidur dimana?", tanya Vian di sela aktivitasnya menonton.

"Bukannya Mas dari tadi tidur di kamarku ya".

"Iya memang, tapi itu karena tidak ada kamu, apa kamu siap tidur seranjang denganku?".

"Tidak apa-apa, memangnya kenapa bukankah kita sudah sah menjadi suami istri?". Nara tau hak dan kewajibannya menjadi seorang istri jadi dia mengizinkan Vian untuk tidur seranjang dengannya.

"Aku lelaki normal Nara, bukan tidak mungkin kalau aku akan melakukan itu padamu", jelas Vian.

"Iya, aku tahu Mas, aku akan mengizinkanmu melakukan itu karena kamu suamiku".

"Baiklah jika begitu", ucap Vian sambil tersenyum sembari mengacak sayang rambut Nara. Ada rasa senang di hati lelaki itu, ternyata Nara benar-benar menerimanya sebagai suaminya. Tapi jauh di dalam pikirannya ia merasa belum berani untuk menyentuh Nara saat ini ,karena keadaannya yang belum bisa mengingat masa lalunya. Ia takut jika suatu saat nanti, saat ingatannya kembali dengan kenyataan tentang dirinya yang belum ia ketahui sekarang, akan menyakiti Nara di kemudian hari.

Malam semakin larut, acara berita yang mereka tonton juga telah usai, keduanya memutuskan untuk segera masuk ke dalam kamar.

Deg! Tiba-tiba saja jantung Nara kembali berdetak dengan cepat saat melihat Vian yang sudah membaringkan tubuhnya di atas ranjang.

"Benarkah aku akan tidur seranjang dengannya malam ini? Apa kita juga akan melakukannya, melakukan hal yang umum di lakukan oleh pasangan suami istri yang telah menikah?".

Tangan Nara mengepal kuat, ia takut namun ia juga penasaran dengan bagaimana rasanya!

Melihat Nara yang diam mematung di ambang pintu membuat Vian mengerti jika Nara memang belum siap untuk itu.

"Kemari lah, jika kamu belum siap aku juga tidak akan melakukannya. Aku akan tidur di lantai jika kau merasa tidak nyaman".

"Tidak bukan begitu Mas, aku hanya gugup. Tetaplah tidur di atas bersamaku".

"Jika begitu kemari lah". Vian menepuk sisi ranjang dengan tangannya meminta Nara untuk duduk di dekatnya. Gadis itu pun menurut. "Mari tidur, aku tidak akan melakukan apapun padamu Nara".

"Iya Mas".

Malam berganti pagi, tetesan air masih nampak di daun-daun akibat hujan semalam. Jam menunjukkan pukul setengah lima pagi, dan dua insan itu masih tertidur lelap dibawah selimut. Tak lama Vian terbangun dari tidurnya. Saat membuka mata, hal yang pertama kali ia lihat adalah wajah natural tanpa make up seorang gadis cantik yang tak lain adalah istrinya sendiri. Mata bulat saat terbuka, hidung mancung, bibir mungil dan wajah putihnya yang bersih tanpa jerawat. Vian menggerakkan satu tangannya untuk merapikan rambut-rambut yang menghalangi wajah ayu Nara. Sedangkan tangan satunya lagi masih dijadikan bantal oleh gadis itu. Semalaman berada di posisi demikian, sungguh membuat tangan Vian begitu pegal namun ia menahannya, ia tidak akan membangunkan Nara, berniat menunggu Nara untuk bangun dengan sendirinya.

Di sisi lain, ia merasakan ada tangan yang melingkar diperutnya, ia tersenyum, ternyata Nara tidur sambil memeluknya. Merasa ada pergerakan dari gadis itu, Vian kembali menutup matanya dan pura-pura tidur. Kini gantian Nara yang membuka matanya, ia melihat suaminya tepat di hadapannya membuat gadis itu tersenyum, tak lama ia menyadari bahwa tangannya melingkar di perut Vian, ia buru-buru menariknya berharap yang punya perut tidak mengetahuinya, tetapi sebelum tangan itu terlepas, tiba-tiba saja tangan Nara ditarik kembali oleh Vian dan meletakkannya ditempat semula. Vian merubah posisinya yang semula terlentang menjadi miring menghadap Nara, lalu memeluk erat gadis itu layaknya sebuah guling.

"Biarkan seperti ini",ucap Vian dengan suara parau khas orang bangun tidur.

"Aku mau bangun", ucap Nara lirih, sambil menetralkan rasa gugup di dadanya, baru pertama kali bagi Nara berada diposisi intim seperti ini.

"Sekarang masih terlalu pagi untuk bangun Nara", ucap Vian sembari mengeratkan pelukan tangannya ke pinggang gadis itu.

"Ah... bisa serangan jantung aku lama-lama kalau kaya gini". Nara semakin gugup, jantungnya berdetak tak karuan, hembusan nafas hangat Vian menerpa wajahnya, sebisa mungkin Aya harus melepaskan diri dari pelukan Vian.

"Tapi aku harus segera bangun Mas".

"Sepuluh menit lagi dan tangan ini akan lepas dengan sendirinya Nara".

1
Antok Antok
Sepertinya aku yang pertama.... lanjut Thor
WiwikAgus
bagus /Good/
Antok Antok
kelomang lukis jadi inget mainan jaman kecil dulu
Antok Antok
Menarik
Antok Antok
Semakin menarik... semoga novel ini berlanjut sampai tamat. dan banyak p mbacanya yang suka.... lanjut torrrrr
Antok Antok
Awal yang bagus, lanjut thor
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!