Pernikahan Beda Usia

Keisha sedang duduk seorang diri di sofa di salah satu ruang rawat rumah sakit. Pandangannya lurus, menatap seseorang yang sedang terbaring dan belum sadarkan diri sejak kemarin. Orang itu adalah Mayang.

Keisha merasa kesal saat ia gagal memenjarakan Mayang, karena wanita itu terkena musibah. Mayang jatuh di kamar mandi dan harus segera dilarikan ke rumah sakit. Bukan hanya itu saja, bayi Mayang meninggal di dalam kandungan dan Dokter harus melakukan tindakan operasi untuk mengeluarkannya.

Tidak ada rasa iba sedikitpun di wajah Keisha melihat Mayang tidak sadarkan diri. Justru dirinya merasa kesal karena belum berhasil menyeret Mayang ke kantor polisi.

Waktu sudah menunjukkan pukul 12 siang. Itu artinya Mayang sudah tidak sadarkan diri lebih dari 12 jam. Keisha merasa sudah tidak sabar menunggu Mayang untuk sadar. Ia ingin segera menjebloskan Mayang ke jeruji besi. Sudah tidak ada ampun untuk Mayang.

Harapan Keisha terkabul, beberapa saat kemudian ia melihat jari Mayang bergerak. Keisha tidak ingin memanggil suster ataupun Dokter untuk memeriksa kondisi Mayang. Keisha membiarkan Mayang sadar dengan sendirinya.

"Aku di mana?" ucap Mayang dengan suaranya yang lirih, tetapi masih bisa di dengar oleh Keisha.

"Sudah sadar?" Keisha bicara dengan nada sinis.

Keisha masih duduk di sofa dengan melipat kedua tangannya di depan dada. Matanya masih tetap memandang ke Mayang. Beberapa saat kemudian Keisha bangun dan menghampiri Mayang.

Telapak tangan Keisha mengepal, ia mencoba untuk mengendalikan emosinya. Sejujurnya Keisha ingin menyeret Mayang dan memberinya tamparan, tetapi hati nuraninya menahannya.

"Akhirnya kamu sadar juga. Aku sudah tidak sabar menunggumu," ucap Keisha.

"Kamu! Sedang apa kamu di sini? Dan ... ada di mana aku?" Mayang memejamkan matanya sekilas, saat merasakan sakit di kepalanya.

"Tenang saja, Tuhan masih berbaik hati padamu. Kamu masih ada di dunia, bukan di neraka," ucap Keisha.

Mayang membuka matanya dengan cepat, lalu mengarahkan pandangannya ke Keisha.

"Jaga bicaramu!" ucap Mayang.

"Untuk apa aku menjaga bicaraku pada wanita jahat sepertimu. Bahkan anak kamu juga tidak sudi lahir dari rahimmu, hingga anak malang itu memilih untuk pergi ke nirwana," ucap Keisha.

"Apa maksudmu?" Mayang melihat perutnya yang sudah rata. "Anakku!"

"Anakmu meninggal di dalam kandunganmu," ucap Keisha.

Mayang terkejut setelah mendengar perkataan Keisha. Ia melihat perutnya yang sudah rata dan teringat akan kecelakaan yang dialaminya di dalam kamar mandi.

"Hah! Ini semua karena kamu, Keisha!" teriak Mayang.

"Karena aku? Jangan gila kamu! Aku bahkan tidak menyentuhmu sama sekali," balas Keisha.

"Mungkin ini balasan atas perbuatan jahat yang sudah kamu lakukan padaku, Mayang," ucap Keisha.

"Diam Kamu!" teriak Mayang.

Mayang mencoba untuk bangun, ia ingin menarik Keisha, tetapi Mayang tidak bisa meraih Keisha. Perutnya terasa sakit, dan juga Mayang merasa ada yang menahan tangannya.

"Awww! Tanganku!" Mayang melihat ke arah tangannya. Mata Mayang terbelalak saat melihat tangannya terikat oleh borgol. "Kenapa tanganku diborgol?"

"Tentu saja agar kamu tidak bisa melarikan diri," ucap Keisha.

"Melarikan diri? Apa maksudmu?" bentak Keisha.

"Kamu masih bertanya apa maksudku?" Keisha menunjukkan senyum sinisnya pada Mayang. "Heh, baik akan aku katakan."

"Bukankah kamu yang menaruh obat ke dalam minumanku, membuatku tidak sadarkan diri dan berniat menjualku kepada pria hidung belang itu! Apakah kamu sudah ingat?" ucap Keisha.

Jelas Mayang mengingat apa yang sudah ia lakukan kepada Keisha. Mayang sangat terkejut, bagaimana Keisha bisa tahu apa yang sudah dilakukannya.

"A-ku tid-ak mengerti a-pa maksud-mu?" Mayang menjadi gugup karena Keisha tahu akan apa yang sudah dirinya perbuat, tetapi Mayang masih berusaha berkelit.

"Jangan mencoba untuk mengelak, May! Pria tua itu sudah ada di kantor polisi, dia sudah mengakui semuanya," ucap Keisha.

Napas Keisha naik turun dan tidak beraturan, terlihat sekali jika Keisha sangat marah. Keisha menarik napasnya dalam-dalam, meredam emosi yang sedang menguasai dirinya.

"Dengar Mayang! Apapun yang kamu rencanakan untukku, semuanya sudah gagal. Aku masih beruntung karena ada yang melihatmu membawaku," jelas Keisha. "Kamu ingin tahu siapa? Orang itu adalah Arya Wiguna Atmaja."

Mayang diam seribu bahasa, ia tidak bisa membalas semua perkataan Keisha. Ternyata orang yang merusak rencananya adalah laki-laki yang diincarnya.

"Sial." Mayang mengumpat dalam hatinya. Rencana gagal dan dirinya harus bersiap masuk ke dalam penjara.

Keisha duduk di tepi ranjang, ia sangat lelah dengan pertengkarannya dengan Mayang. Ia sudah ingin mengakhiri semuanya, tetapi rasanya itu sangat sulit karena Mayang tidak mau mengakhiri semua itu.

"Kenapa, May? Kenapa kamu sekarang begitu jahat padaku," tanya Keisha dengan wajahnya yang tertunduk. "Dulu kamu tidak seperti ini padaku?"

"Bukankah aku sudah bilang, aku sudah tidak memiliki perasaan apapun pada suamimu, tidak ada niatku juga untuk kembali padanya, kenapa kamu masih tidak percaya juga?" tanya Keisha.

"Karena aku tidak mau kamu bahagia. Aku benci dan tidak rela jika kamu merasa bahagia," jawab Mayang.

"Apa?" Keisha merasa lemas, ia seolah tidak mempercayai apa yang dikatakan oleh Mayang.

"Aku tidak mengerti kenapa kamu begitu membenciku, May. Aku tidak percaya kamu bisa seperti ini padaku," ucap Keisha.

"Jika aku berbuat kesalahan padamu yang tidak aku sadari, aku sungguh minta maaf," ucap Keisha.

"Aku sudah mengatakan sebelumnya padamu alasan kenapa aku membencimu," ucap Mayang.

"Dan yang paling menyakitkan, semua orang mengejekku karena aku anak seorang pembantu dan itu karena kamu yang mengatakan pada semua orang jika ibuku bekerja di rumahmu," ucap Mayang.

"Karena memang itu kenyataanya, 'kan?" ucap Keisha.

"Untuk apa kamu mengatakannya? Aku malu! Kamu tahu? Teman-teman di kampus juga mengejekku karena itu. Bahkan laki-laki yang aku cintai juga meninggalkan aku karena tahu akan hal ini," ucap Mayang.

"Itu hal yang bagus. Kamu jadi tahu jika laki-laki tidak menyukaimu apa adanya, May," ucap Keisha.

"Mungkin itu buatmu, tapi tidak bagiku," ucap Mayang.

Keisha berdiri, ia sudah merasa putus asa untuk membuat Mayang mengerti. Dirinya memang bodoh mencoba bicara baik-baik dengan wanita itu.

"Aku tidak tahu apa yang ada di pikiranmu. Aku sama sekali tidak tahu apa yang aku katakan ternyata sudah melukaimu. Tapi kamu harus ingat ini, aku dan keluargaku menganggap kamu dan ibumu seperti keluarga kami sendiri," tegas Keisha.

"Bohong! Aku tahu itu hanya agar semua orang memandang dirimu dan keluargamu sebagai orang yang baik," tuduh Mayang.

"Ini sungguh tidak masuk akal. Terserah padamu saja. Aku sudah bosan berdebat denganmu dan juga melihatmu," ucap Keisha.

"Aku memaafkanmu atas apa yang sudah kamu lakukan dengan rumah tanggaku. Tapi untuk perbuatanmu padaku kemarin, itu tidak akan pernah aku bisa maafkan. Akan aku pastikan kamu akan mendapatkan hukuman untuk ini," ucap Keisha.

"Aku tidak peduli! Pergi dari sini!" usir Mayang.

Keisha terkejut saat Mayang mencabut jarum infus yang menancap di pergelangan tangannya. Keisha melangkah mundur saat Mayang melempar bantal dan juga gelas ke arahnya. Keisha sangat beruntung bisa menghindar. Namun, karena tidak hati-hati Keisha tersandung kakinya sendiri. Keisha kehilangan keseimbangan tubuhnya dan terjatuh. Beruntung Arya masuk ke ruangan itu, ia menahan tubuh Keisha agar tidak sampai jatuh ke lantai.

"Kamu tidak apa-apa?" Arya membantu Keisha berdiri.

"Tidak, terima kasih." Keisha bergeser, memberi jarak dengan Arya.

Karena fokus pada Keisha Arya sampai tidak tahu Mayang melempar vas bunga dan vas bunga itu tepat mengenai kepala Arya.

"Aaaaaaa!" Arya memekik seraya memegangi kepalanya yang sudah mengeluarkan darah.

"Mas Arya!" Keisha berteriak, ia terkejut melihat Arya mengerang kesakitan sambil memegangi kepalanya.

Keributan yang terjadi di kamar rawat Mayang memancing perhatian. Pintu ruangan itu terbuka sari luar, memunculkan Evano dan Violetta juga dua orang petugas dari kepolisian.

Mereka terkejut saat melihat kepala Arya terluka. Setelah itu pandangan mereka beralih ke arah Mayang. Mereka melihat Mayang sedang berontak, meminta agar borgol yang mengikat tangan kirinya dilepaskan.

"Lepas!" teriak Mayang.

"Jangan harap Mayang! Kali ini kamu tidak akan bisa menghindar dari hukuman," teriak Keisha.