Kirana kembali ke kampung halamannya dengan tekad bulat—menuntut balas atas kematian ibunya yang tragis. Kampung yang dulunya penuh kenangan kini telah dikuasai oleh orang-orang yang mengabdi pada kekuatan gelap, para penyembah jin yang melakukan ritual mengerikan. Ibunya, yang menjadi tumbal bagi kepercayaan jahat mereka, meninggalkan luka mendalam di hati Kirana.
Apakah Kirana akan berhasil membalaskan dendam ibunya, ataukah ia akan terjerat dalam kutukan yang lebih dalam? Bagaimana ia menghadapi rintangan yang menghadang niat balas dendamnya? Temukan jawaban dari pertanyaan ini dalam perjalanan penuh ketegangan, misteri, dan kekuatan gelap yang tak terduga.
Apakah Kirana akan keluar sebagai pemenang, atau malah menjadi bagian dari kegelapan itu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nurulina, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 21
"Alhamdulillah besok aku akan mengurus perizinan sama ayah, besok kita kalau bisa kita pergi secepatnya" ujar Azka.
"Bismillah, semoga niat baik kita ini berhasil ya" jawab Kirana.
"Aminn" jawab mereka serentak.
Keesokan pagi nya......
Kirana dan Nisa sudah bersiap siap, tinggal menunggu Azka dan Rizal menjemput.
"Udah semua kan Kirana? Jangan ada yang ketinggalan."
"Udah aman kak, "ujar nya sambil mengecek lagi ransel mereka, mereka juga sudah izin ke ibu kontrakan, bahwasanya mereka akan pulang kampung, beberapa minggu.
Tak lama mobil Azka tiba, mereka kemudian masuk ke mobil, dan sudah ada Rizal juga di dalam nya. Mobil kemudian melaju ke kota tujuan mereka. Tiga jam perjalanan mereka tiba juga di sebuah pesantren yang lumayan besar, di dominasi bangunan tiga lantai yang berwarna putih, setelah memarkirkan mobil, mereka ber empat pun turun, disambut beberapa pria muda berjubah putih, dengan sigap membantu Kirana dan Nisa membawa tas nya,
"Asalamualaikum pak Abdul" ucap Rizal menyalami pria yang terlihat lebih tua diantara mereka,
"Walaikumsalam nak Rizal, wah sudah lama ya gak kemari, ayo ayo silahkan, kyai Abdul sudah menunggu," sambut pak Abdul dengan ramah mempersilahkan.
Mereka pun di tuntun ke arah belakang pesantren itu, menuju sebuah rumah besar namun tampak sederhana, mereka pun masuk ke dalam nya, tak lupa mengucapkan salam, mereka dipersilahkan kan masuk menuju sebuah ruangan yang sudah di persiapkan, disana terlihat kakek kakek memakai jubah dan berjanggut panjang putih, kepala nya di lilit sorban berwarna putih, beliau adalah kyai Abdul, yang sedari tadi menunggu kedatangan tamu nya itu,
"Asalamualaikum kyai" Rizal dengan sopan mencium tangan kyai Abdul, "Walaikum salam nak Rizal, menyambut baik anak didik nya dulu, sambil mengusap kepala nya,.
"Ini Azka, sepupu saya, dan ini Kirana dan Nisa adik nya, yang saya ceritakan kemarin kyai"
Azka langsung mencium tangan kyai Abdul, sementara Nisa dan Kirana menempelkan kedua tangan nya, tak lama datang nampan berisi gelas teh dan beberapa cemilan dibawakan oleh pak Abdul,
"Terimakasih pak" mereka bersamaan.
"Ayo nak silahkan di minum, kalian pasti lelah di perjalanan kemari" tawar kyai Abdul.
Mereka pun mengangguk dan meminum teh itu,
"Saya sudah tau tujuan kalian kemari, Rizal sudah menceritakannya, saya juga sudah mendengar kabar hilang nya gadis-gadis di kampung itu, sudah tidak salah lagi, mereka bersekutu dengan jin" ujar kyai Abdul membuka pembicaran.
"Itulah niat kami kyai, untuk menghentikan mereka, dulu kami salah membiarkan saja kampung itu, kami tidak menyangka, bahwa mereka akan mencari tumbal sampai keluar luar daerahnya," sambung Rizal.
"Nak Kirana? Apa kamu sadar bahwasannya kamu selalu tidak sendirian?" Tiba tiba tanya kyai pada Kirana,
"Maksud nya kyai?? "
"Kamu itu ada yang menjaga, dia mungkin dari leluhur mu, tapi niatnya baik untuk melindungi keturunan leluhur mu"
"Apakah itu jin nasab kyai" tanya Kirana lagi.
"Saya akan berkomunikasi dengan jin yang mendampingi kamu, apa kamu siap?" Tanya kyai Abdul.
"InshaAllah siap kyai" ujar Kirana.
Satu ruangan tegang, melihat apa yang akan dilakukan kyai Abdul,
Tak lama datang seorang santri membawakan air putih, air putih itu di minum kan kepada Kirana, kemudian kyai Abdul memakai sarung tangan, dan meletakkan tangan nya di kepala Kirana, kyai Abdul mulai membacakan surah surah alquran, Kirana merasa matanya sangat berat, perlahan-lahan mata Kirana terpejam, dia merasa di suatu tempat tapi masih di raga nya, dia, masih bisa mendengarkan lantunan ayat yang di bacakan kyai, tapi dia sulit menggerakkan anggota tubuh nya, tak lama kemudian...
yang semangat dong yang semangat dong
aku penasaran nih
semangat terus pokoknya author saya tunggu lanjutan eps nya👍🔥🔥🔥