bagaimana jika anak kembar di perlakukan berbeda? satu di sayang bagai ratu dan satu lagi di perlakukan layaknya babu.
perjuangan Alana di tengah keluarga yang sama sekali tak pernah menganggap nya ada, ingin pergi namun kakinya terlalu berat untuk melangkah. Alana yang teramat sangat menyayangi ayahnya yang begitu kejam dan tega padanya, mampukah Alana bertahan hingga akhir? akankah Alana mendapat imbalan dari sabar dan tabah dirinya sejauh ini?
cerita ini hanya fiktif belaka ya, kalo ada yang namanya sama atau tempat dan ceritanya itu hanya kebetulan, selamat membaca😊❤
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ratna_dee, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Alana 21
"Lana, gue mau ngomong sama lo" ucap Aluna
sejak mulainya pelajaran pertama hingga ke dua, Aluna tidak bisa tenang dengan fikirannya. di Jam istirahat ini adalah kesempatan untuknya bicara dengan Alana
"berdua" lanjutnya saat melihat Jinan semakin menempel pada Lana
"iya" Lana tentu mengiyakan, toh juga Lana sudah menebak apa yang akan Aluna bicarakan dengannya
"bentar ya Nan, lo duluan aja ke kantin" Alana sadar dengan Kewaspadaan Jinan, mau tidak mau Jinan pergi duluan meski khawatir tapi dia tidak seharusnya ikut campur, setidaknya hanya untuk sekali ini
"Lana.. Luna serius mau minta maaf" ucap Aluna setelah terdiam lama, mereka duduk di kursi taman belakang sekolah
"maaf buat?" Alana menanggapi dengan tenang, entah mengapa hatinya tidak terkejut lagi seperti semalam
"buat selama ini, Luna gak pernah peduli sama keadaan Lana, Luna juga sering salahin Lana.. sering fitnah Lana.. " jawab Aluna menunduk
"oh? tapi kenapa? Tiba-tiba.. lo gak lagi rencanain sesuatu kan?" tanya Alana, Alana punya trauma sendiri dengan sikap Aluna yang tiba-tiba baik
"waktu SMP dulu juga lo pernah kayak gini, dua bulan lo pura-pura baik sama gue, ujung-ujungnya karena lo pengen jadiin gue tumbal kan? lo gak mau di jodohin sama Ayah, Lo limpahin semua kesulitan lo ke gue dan sekarang lo mau apa? lo bisa jujur kok, gue gak akan ngelak atau marah" lanjut Alana, nada tenang namun penuh kemarahan itu membuat Aluna sedikit gugup
"Luna kali ini bener-bener minta maaf.. Luna mau baikan sama Lana, maafin Luna ya? Luna tau Luna banyak salah tapi Luna beneran mau baikan sama Lana" Aluna meremas roknya, rasa gugup yang melanda nya cukup kuat
"iya.. Luna emang punya niat lain, tapi Luna juga gak bohong kok, Luna jujur sama Lana, Luna kangen sama Lana Luna iri liat Lana temenan sama Jinan Luna juga pengen baikan.. sama Lana" lanjutnya menunduk
"gue gak pernah benci sama lo"
ucapan Alana yang seperti itu membuat Aluna terkejut, apa Alana serius? dengan semua yang Aluna pernah lakukan padanya namun dia tak pernah membenci Aluna? rasa terkejut itu membuat Aluna lupa bernafas sepersekian detik
"gue juga udah maafin lo, lo gak perlu minta maaf.. bukan salah lo juga kalo gak suka sama gue, gue tau kok gue cuma benalu buat kalian.. " lanjut Alana menatap lurus kedepan
"tapi gue rasa gua nolak buat deket-deket sama lo, gue lagi berusaha buat sembuh dari segalanya, gue lagi berusaha buat berhenti berharap apapun dari kalian.. jangan ganggu proses gue, lo bisa limpahin segala yang lo rasa nyusahin lo itu ke gue, gue gak bakalan nolak karena gue lagi berusaha buat bekuin hati gue, cuma itu Satu-satunya cara biar gue sembuh dan gak pernah sakit lagi, gue capek"
Aluna terus diam mendengar semua yang Alana katakan, ini kali pertama Aluna mendengar keluhan dari mulut Alana yang selalu diam itu, Aluna bahkan tak punya kesempatan untuk mengatakan sepatah katapun
"gue gak berharap lagi dengan kebaikan lo, ataupun rasa kasihan dari abang dan bahkan kasih sayang Ayah pun udah gak gue harepin lagi"
Alana menatap wajah Aluna. yang sejak tadi menunduk
"kali apa lagi? dulu karena Lo dorong gue buat jadi pengganti lo dalam perjodohan, Ayah menundanya karena marah.. sekarang tujuan lo apa lagi?" tanya Alana
sikap dingin yang Alana tunjukkan membuat hati Aluna sakit, meski Aluna sendiri tidak menyadarinya namun dia sangat tak nyaman karena perasaan itu sangatlah mengganggunya
"dia balik lagi" jawab Aluna pelan
"lo gak akan dorong gue lagi kan?" sahut Alana tak lagi menatap Aluna, diamnya Aluna seolah memberi jawaban iya kepadanya
"hehe.. ternyata lo mau ngulangin hal itu lagi" tawa pahit Alana
"Lun.. buat terakhir kalinya, gue cuma mau bilang gue gak pernah benci sama lo, abang ataupun Ayah. tapi.. gue harap lo menjauh dari gue, lo gak akan tau seberapa kerasnya gue berjuang saat ini jadi.. tolong jangan ganggu proses gue, gue benci memohon kayak gini tapi didepan lo, ini jadi pengecualian.. terserah lo mau kayak gimana, lo mau lempar masalah perjodohan itu ke gue juga gue gak bakalan lari, tapi bukan berarti gue bakalan Terima gitu aja" ucap Alana yang kemudian berdiri
"Luna, gue duluan" Alana kemudian pergi meninggalkan kakak kembarnya itu sendiri, Aluna masih terdiam tanpa mengatakan apapun entah kenapa tapi mulutnya seakan berat untuk di gerakkan
'gue gak sejahat itu... kan? gue mau baik sama Lana.. gue mau.. temenan juga sama Lana' batin Aluna yang mulai menangis
'gue gak mau di jodohin sama orang lain.. gue suka sama kak Lingga.. tapi Ayah gak bisa batalin perjodohan nya, Lana juga putri Ayah kan? harusnya Lana yang di jodohin... Luna gak sejahat itu kok, Luna cuma gak mau dijodohin!!' batinnya lagi
rasa bimbang itu benar-benar menggerogoti hati dan pikirannya, Aluna benci dengan keadaannya saat ini memang benar Aluna ingin membujuk Lana secara perlahan untuk menggantikan nya dalam perjodohan itu tapi tentang dirinya yang ingin lebih dekat dengan Alana juga tidak bohong. Aluna tidak pernah menyadari betapa egoisnya dia, dia hanya berfikir jika Alana adalah tameng baginya
"maaf ya lama" Alana duduk di samping Jinan yang sedang menikmati makanannya
"duh.. santai aja kali" jawab Jinan tersenyum
"dari mana aja?" tanya Gilang penasaran
"dari.. tadi ada urusan kecil sama Lun.. Aluna" jawab Alana
"yakin urusan kecil?" tanya Nata juga yang sedikit tidak percaya
"iya, gak apa-apa kok, kalian tenang aja" sahut Alana lagi
"duh.. kalo sampe calon istri gue ini di apa-apain awas aja tuh nona kaya!" gerutu Gilang menyeruput es jeruk nya
"gak salah lagi, Gilang G nya itu Gila" celetuk Jinan
Nata dan Alana malah tertawa mendengar ocehan Jinan yang sudah muak dengan Gilang
"boleh gue duduk?" Lingga yang tiba-tiba datang itu benar-benar mengejutkan Luna yang sejak tadi terdiam menangis
"eh.. k-kak Lingga.. iya duduk aja" jawab Aluna mengusap cepat air matanya
Aluna tersenyum berbinar, tentu saja ini adalah sesuatu yang langka baginya. pertama kali dalam sejarah hidupnya Lingga datang dan mengajaknya bicara lebih dulu di luar tugas OSIS
"lo baik-baik aja?" tanya Lingga tanpa menatapnya, Aluna hampir meledak saat ini, Lingga bahkan menanyakan keadaannya
"iya, Luna baik-baik aja kok kak" jawab Aluna tersipu
"lo gak baik-baik aja, coba lo tanya sama hati lo yang paling dalam. gue gak akan ikut campur sama masalah kalian gue cuma mau bilang, egois itu membutakan mata dan hati, kalo lo gak lawan lo akan di makan habis sama rasa egois itu" ucapan Lingga membuat senyum di wajah Aluna memudar
"itu aja"
Lingga kemudian pergi, Aluna masih terdiam menatap lurus kedepan mencerna setiap kata yang Lingga ucapkan padanya, Aluna mengerutkan dahi memeras kuat rok nya
'jadi.. kak Lingga juga udah tau ya tentang Luna sama Lana.. padahal pulang sekolah nanti Luna udah berencana ngancam tiga cecunguk itu biar gak buka mulut..' batin Aluna tersenyum geram
"siapa lagi.. setelah ini siapa lagi yang tau!!" teriak Aluna kesal menendang kursi taman
"Jinan.. Gilang dan.. Nata! kalian.. awas kalian!! aakkhhh.... " teriak Aluna semakin kesal
Lingga yang melihat Aluna mengamuk dari kejauhan itu terdiam, entah apa yang Lingga fikirkan dia bahkan tak bergeming saat melihat Aluna teriak histeris melepas setres nya