Orang tua yang bercerai, keluarga yang berantakan, cinta yang menyakitkan di masa lalu sampai meninggalkan trauma yang mendalam, membuatnya tumbuh menjadi gadis yang nakal, suka membangkang, sering mabuk-mabukan, dan mengikuti balap liar. Sering kali dia ingin menyerah atas hidupnya, tetapi dia tidak senekat itu untuk mengakhiri nyawanya sendiri.
Marsya hanya sering menyakiti dirinya sendiri seperti menyayat lengannya, hanya untuk menyamarkan rasa sakit di hatinya.
Setelah lelah hidup di lingkungan yang menurutnya berantakan, ia memutuskan untuk pulang ke kota kelahirannya, menempati rumah mendiang neneknya,
akankah setelah merantau kehidupan Marsya akan membaik dan bisa melupakan traumanya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rainy_day, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pulang
Marsya melangkahkan kakinya memasuki pekarangan rumah, lalu mengucapkan salam.
"Assalamualaikum" ucap Marsya.
"Waalaikumsalam" ucap Wa Eli, dan Wa Lilis berbarengan.
Marsya memasuki rumah lalu menghampiri Wa Eli, dan Wa Lilis yang sedang berada di paviliun, ia menyalami kedua Kakak dari Mamanya itu lalu mendudukkan dirinya di kursi. Sebenarnya Marsya merasa tak enak hati karena sudah beberapa kali dirinya tak pulang kerumah, tetapi dirinya itu masih senang bermain-main di luaran sana.
"Nginep dirumah Riana lagi Sya?" Ucap Wa Eli menanyai Marsya.
"iya Wa" ucap Marsya sambil melepaskan jaketnya.
"seneng banget nginep dirumah temen sih Sya" ucap Wa Eli lagi, dia takut terkena getahnya jika kedua orang tua Marsya mengetahui bahwa anaknya itu sering menginap dirumah temannya.
"hehe yaa emang seneng Wa, namanya juga sama temen" ucap Marsya menggaruk kepalanya yang tak gatal.
Marsya sering merasa dirinya kesepian, terlebih jika bersama dengan orang yang tidak sefrekuensi dengannya, dan jika dia merasa kesepian, dia akan terus mengingat masa lalunya, dia takut itu akan memicu trauma nya dan berakhir mengkonsumsi obat-obatan terlarang lagi atau bahkan menyakiti dirinya sendiri. Itu sebabnya Marsya sangat senang bergaul diluar sana dengan teman-temannya, karena dia tidak merasakan kesepian lagi, dia merasa dihargai, dan merasakan kehadirannya di butuhkan oleh teman-temannya.
"jangan sering-sering nginep dirumah orang Sya, gak baik, kamu kan perempuan, kalo Mamah tau nanti marah, apalagi Papah kamu orangnya keras" ucap Wa Lilis menasihati Marsya.
'cih, Pak tua itu mungkin udah ga peduli sama gua, nanya kabar anaknya aja engga, lagian gua bukan cewek baik kok' batin Marsya.
"iya Wa" ucap Marsya singkat lalu membakar rokok yang baru saja dia keluarkan dari dalam tasnya, lalu menghisapnya perlahan.
Setelah menghabiskan satu batang rokok, Marsya memasuki kamarnya dengan Wa Eli untuk mengganti pakaiannya, lalu membawa pakaian kotor ke dalam kamar mandi untuk dia cuci.
Setelah selesai mencuci pakaian dan menjemurnya, Marsya mengistirahatkan tubuhnya berbaring di sofa ruang tamu, sambil membaca buku novel kesayangannya, karena sudah lama Marsya tidak membacanya. Efek minuman beralkohol yang belum sepenuhnya menghilang dari tubuhnya, membuat dirinya terlelap begitu saja di atas sofa ruang tamu dengan buku novel yang menutupi wajahnya.
"lahh malah tidur, dia udah makan belum ya? Mau di bangunin juga kasian" gumam Wa Lilis saat akan memanggil Marsya untuk mengajaknya makan siang, tetapi malah melihat Marsya yang sudah terlelap.
Wa Lilis membalikkan kembali tubuhnya melangkah ke paviliun, lalu makan siang bersama dengan Wa Eli.
*****
"hooaaammm ughhh" Marsya terbangun dari tidur lelapnya, ia meringis ketika merasakan tubuhnya pegal-pegal, dia meraih ponsel yang dia simpan di meja ruang tamu dan melihat jam sudah menunjukkan pukul 14.03 siang.
Marsya melangkahkan kakinya menuju paviliun lalu mendudukkan dirinya di kursi, dia tidak melihat Wa Eli, dan Wa Lilis di sana, entah di mana mereka, karena tidak terdengar suara dari keduanya, rumah yang biasanya ramai karena suara Wa Eli yang mengobrol dengan Wa Lilis kini terasa sangat sepi.
Marsya merasa sangat bingung saat ini karena dia tidak tahu harus melakukan apa.
'Astaga gua harus ngapain lagi ya? bingung banget sumpah, biasanya main terus, sekalinya diem di rumah pun pasti temen-temen gua pada dateng buat nemenin. Mau pergi main tapi kan gua juga baru banget pulang, masa mau pergi lagi sih?' gumam Marsya merasa kebingungan.
Tok tok tok
"Assalamualaikum"
Terdengar suara ketukan di pintu depan, di susul oleh suara seorang lelaki yang mengucap salam, gegas Marsya melangkahkan kakinya untuk melihat siapa yang datang.
"Walaikumsalam, loh Rayhan, kamu ngga kerja?" ucap Marsya terkejut saat melihat Rayhan berada di depan rumahnya.
"hehe ngga sayang" ucapnya sambil terkekeh pelan dengan matanya yang masih sayu.
"masuklah" Marsya mempersilahkan Rayhan untuk masuk ke rumahnya.
Marsya mencari Wa Eli, dan Wa Lilis karena dia tidak ingin hanya berdua saja dengan Rayhan. Marsya memeriksa kamar Wa Lilis, dan Wa Eli, di lihatnya Wa Lilis sedang tidur siang, sedangkan Wa Eli sedang berbaring di kasurnya sambil mendengarkan radio menggunakan earphone.
"Wa, di depan ada temen Marsya" ucap Marsya sambil mengguncang tubuh Wa Eli yang sedang bersenandung dengan mata yang terpejam. Wa Eli pun beranjak dari pembaringannya dan menghampiri Rayhan untuk menyapa, sedangkan Marsya melangkahkan kakinya ke dapur untuk membuatkan Rayhan teh manis hangat.
"minum Rayhan" ucap Marsya menyimpan segelas teh manis hangat ke hadapan Rayhan, lalu mendudukkan dirinya di samping Wa Eli yang duduk bersebrangan dengan Rayhan.
"terima kasih Marsya" ucap Rayhan lalu menyesap sedikit minumannya.
'nih orang hobi banget bikin gua salting dah, apalagi kalo udah manggil sayang atau cantik, tapi tetep aja kalo udah manggil nama asli damage nya bertambah berkali-kali lipat' batin Marsya dengan wajahnya yang sedikit tersipu. Meskipun Marsya selalu tersipu saat Rayhan memanggilnya cantik atau sayang, tetapi Marsya lebih suka saat Rayhan memanggil namanya.
"Ray, kamu kenapa ngga kerja?" ucapku bertanya kepada Rayhan ketika Wa Eli melangkahkan kakinya menuju paviliun.
"aku gak akan bisa kerja dalam keadaan kaya gini Marsya" ucap Rayhan menatap lekat wajah Marsya.
"ya siapa suruh orang-orang tidur kamu malah minum lagi, gini kan jadinya" ucap Marsya menggerutu dengan sedikit berbisik karena takut suaranya terdengar oleh Wa Eli.
"siapa suruh kamu begitu menggoda?" ucap Rayhan mencondongkan tubuhnya ke arah Marsya.
"Hah? Apa sih?" ucap Marsya bertanya kepada Rayhan, dia tau kemana arah pembicaraan Rayhan tetapi dia tidak tau apa maksud dari ucapannya.
'apa sih gajelas banget, menggoda apanya? Gua tidur aja pake jaket kok, pake celana panjang, dah gila kali' batin Marsya.
"engga bukan apa-apa, jalan yuk" ucap Rayhan.
"ugh, aku gaenak sama orang rumah, aku kan baru pulang tadi pagi, kalo pergi lagi takut dimarahin" ucap Marsya.
Sebenarnya Marsya merasa lebih bebas saat tinggal dengan Kakek dan Nenek dari pihak Papanya dulu karena tidak perlu merasa tidak enak seperti ini, tetapi apa boleh buat, dia tinggal di rumah ini pun karena dirinya membutuhkan pekerjaan dan tempat tinggal terpisah dari orang tuanya.
"sebentar aja Sya, ke taman yang kamu bilang waktu itu, deket kan dari rumah kamu?" ucap Rayhan. Marsya terlihat berfikir sejenak, lalu memutuskan untuk meminta izin terlebih dahulu kepada Wa Eli.
"Wa, Marsya boleh pergi sebentar sama Rayhan?" ucap Marsya meminta izin kepada Wa Eli yang sedang merokok di paviliun.
"mau pergi kemana?" tanya Wa Eli.
"ke taman aja Wa" ucap Marsya.
"yaudah tapi jangan kemaleman pulangnya" ucap Wa Eli mengizinkan.
Marsya pun gegas memakai hoodi hitamnya, memasukkan ponsel, dompet, serta novel kesukaannya kedalam tote bag yang dia bawa.
"ayok Ray" ajak Marsya kepada Rayhan.
Rayhan pun beranjak dari duduknya, lalu menuju paviliun untuk meminta izin kembali kepada Wa Eli sekalian berpamitan kepadanya untuk mengajak Marsya jalan-jalan.
jika berkenan mampir juga dikarya baruku trimakasih😊