Zahra. wanita yang ditinggal oleh lelaki yang dicintainya dihari yang seharusnya menjadi hari bahagia untuk nya dan keluarga.
setelah mengetahui alasan lelaki itu meninggal kan nya entah membuat nya merasa dikhianati atau kembali bersimpati, rasanya dia sendiri tak bisa membaca isi hati nya lagi.
Belum usai rasanya mengobati hati, Zahra justru di hadapkan dengan pilihan menerima pinangan pak kiyai untuk anaknya dan harus rela dipoligami atau menerima mantan tunangan nya kembali.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Trysa Azra, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
pulang
Zahra pulang ke Banjarmasin seperti yang di pinta oleh kyai Ghafur dan juga kedua orang tua nya meski dia sendiri belum memutuskan pilihan tapi dia harus menghadapi semua nya, apa pun jawaban nya nanti kedua keluarga sudah siap menerima nya dengan tangan terbuka itu lah yang mereka katakan pada Zahra dan dia berharap apa pun keputusan yang akan dia ambil adalah keputusan yang tepat dan yang terbaik untuk semua nya.
" senang nak ngajar disana?" tanya Abah.
" iya, bah. Alhamdulillah disana ketemu orang-orang baik, murid-murid nya juga sopan" cerita Zahra pada Abah.
" syukur lah, jadi akan tetap balik kesana untuk ngajar kan?" tanya Abah lagi.
Zahra tak langsung menjawab.
" Apapun jawaban kamu besok jangan sampai itu mempengaruhi soal mengajar kamu disana" abahnya mengingatkan.
Zahra mengangguk.
" apa kamu merasa tertekan dengan lamaran ini?" tanya mama kemudian.
" Menurut mama dan Abah bagaimana? Zahra harus bagaimana? ustadz hafidz orang seperti apa Zahra sama sekali tidak tau dan bagaimana dengan istri beliau? Apa iya aku harus jadi istri kedua?"
Tanya Zahra pada kedua orang tua nya mereka pun saling pandang satu sama lain.
" Abah kenal dengan Ghafur sejak lama dari waktu mondok, dia orang yang pintar dan rajin dia bisa diamanahi pesantren oleh orang tua nya bukan semata-mata karena dia anak kyai tapi karena dia yang paling tekun dibanding saudara nya yang lain. Dia orang yang baik itu yang Abah kenal. Hafidz anak laki-laki dia satu-satunya Abah tak begitu tau tentang dia tapi jika mendengar cerita Ghafur pada Abah dia anak yang berbakti dengan orang tua nya hanya itu yang Abah tau"
Abah pun menceritakan apa yang dia tau.
" Abah tidak akan memaksa kamu, nak. kali ini pertimbangan lah sholat istikharah, Abah hanya tidak ingin kamu kecewa untuk yang kedua kali cukup kemarin kamu menangis."
Ujar Abah menekankan bahwa tidak ada paksaan apapun dari nya walau pun yang melamar kali ini adalah teman dekat nya sendiri.
Zahra sangat bersyukur kedua orang tua nya bisa mengerti keadaan nya dan tidak memaksakan keinginan mereka untuk memutuskan ini tapi di satu sisi Zahra pun merasa berat karena semua di serahkan kepadanya itu artinya ada beban tersendiri untuknya dengan tanggung jawab atas keputusan nya.
setelah berbincang sekaligus bermusyawarah dengan orang tua nya Zahra yang tadi nya berniat untuk istirahat dikamar di datangi oleh adiknya Shafa.
" kak Zahra mau menikah?" tanya Shafa sangat bersemangat.
" kata siapa?" sahut Zahra.
" ya aku kan bisa dengar, terus beberapa hari ini Abah sama mama juga sering membicarakan kamu dan siapa itu... hafidz.." Shafa mengingat.
" memang nya Abah sama mama membicarakan nya bagaimana?" Zahra jadi penasaran.
" ya kata Abah hafidz jauh lebih baik dari pada mantan tunangan kakak dulu" cerita Shafa.
" jangan suka nguping pembicaraan orang tua..." Zahra mengingatkan.
" ya gak lah... Kan Shafa kebetulan dengar" Shafa membela diri.
" awas ya kalau nanti begitu lagi, kakak sumpahin cepet kawin kamu" ancam Zahra.
" ihh gak lah kak ... Aku masih kecil" protes Shafa. Dia yang memang masih kecil dan masih bersekolah itu pasti nya kesal dengan ucapan Zahra itu.
" sudah sana... Cepet tidur" Zahra mengusir sang adik dari kamarnya.
" Shafa... Ayo ke kamarmu kakak kamu juga perlu istirahat" tiba-tiba mama datang.
Mendengar sang mama yang menyuruh Shafa pun menurut dan pergi kekamar nya namun sepeninggal Shafa sekarang mama yang masuk kekamar Zahra dia duduk di samping sang anak mengambil tangan Zahra dan mengelus nya.
" terima kasih sudah mau pulang" kata kata itu akhirnya keluar dari mulut sang mama.
" meskipun kamu pulang karena satu hal ini mama senang kamu banyak berubah sekarang sudah ceria seperti dulu lagi, selama kamu disana mama khawatir. Walaupun kakak mu sering mengasih kabar tentang kamu tapi tetap mama akan lega kalau melihat nya sendiri" sang mama sangat perhatian.
Zahra memang terlahir di keluarga yang bisa dibilang penuh dengan kasih sayang, dia yang anak kedua sekaligus anak tengah dari tiga bersaudara merasa kasih sayang orang tua nya seimbang untuk nya tapi orang bilang tak ada kehidupan yang sempurna. Meski tidak diuji dengan keluarga tapi dia mendapatkan ujian bertubi-tubi dari orang yang berusaha masuk kedalam kehidupan nya contoh nya masalah yang dia alami akhir-akhir ini.
" pasti kakak cerita nya yang jelek-jelek" protes Zahra sang mama pun tersenyum.
" tentu saja tidak. Dia cerita kamu udah bisa akrab dengan orang-orang disana dan langsung cocok dengan mereka" bantah sang mama, Zahra memeluk sang mama erat.
" ma..."
" iya, ada apa nak?"
" menurut mama mereka berharap lamaran ini di terima atau di tolak?" sang mama tersenyum mendengar pertanyaan Zahra itu.
" dimana-mana orang mau melamar itu ya pasti mau diterima Zahra..."
" Tapi bagaimana dengan ustadz hafidz sendiri? bagaimana jika dia terpaksa?" sang mama tak langsung menjawab.
" Bagaimana dengan kamu sendiri? Apa kamu terpaksa? Apa... Kamu masih menyukai Wahyu?" tanya sang mama berusaha mencari tau perasaan anaknya.
Zahra menggelengkan kepala.
" ini jawaban untuk yang mana?" tanya mama lagi.
" dua-dua nya..." jawab Zahra.
"Zahra tidak akan mengambil keputusan atas keterpaksaan dan tidak menginginkan masa lalu itu lagi" kali ini Zahra mengungkapkan isi hati nya.
" mama akan mendukung dan menerima keputusan kamu... Mama hanya berdo'a yang terbaik untuk masa depan kamu" mama memberi semangat pada anak nya.
" terima kasih ma..." ucap Zahra memeluk mama nya lagi.
Tidak mudah memang bagi Zahra untuk memutuskan semua ini karena banyak hati yang terlibat didalamnya, kedua orang tuanya, kedua orang tua hafidz, istri pertama nya dan tentu saja hati Zahra sendiri. Menerima lamaran seorang lelaki yang tiba-tiba datang pada nya saja sudah tak mudah ditambah ini membawa aroma aroma poligami. Hati wanita mana yang dengan rela di madu begitu saja dan hati wanita mana yang mau menjadi yang kedua begitu saja karena wanita ingin bahwa dia adalah satu-satunya tapi tak bisa dipungkiri ketika hukum itu ada maka hal seperti itu pastilah ada pula yang terjadi. Dengan syarat dan hukum yang ada mana boleh memukul rata bahwa wanita tak rela untuk berbagi cinta dalam rumah tangga nya, entah karena alasan apa dan entah seluas apa hati itu pasti hanya orang-orang tertentu yang sanggup melewati nya.
Karena pertimbangan yang banyak itu lah Zahra berusaha sebijak mungkin dalam mengambil keputusan kali nya.