Rin yang terpaksa harus merubah penampilannya saat berada disekolah barunya sebagai siswa pindahan, dikarenakan sebuah kejadian yang membuatnya tak sadarkan diri dan dirawat dirumah sakit.
Disekolah baru ini, Rin harus mengalami drama sekolah bersama primadona kelasnya serta dengan adik kelasnya. Serta rahasia dari sekolah barunya, bersama dengan identitasnya yang ingin diketahui teman-teman sekelasnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rheanzha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Apa Yang Ditakutkan
“Kalian berdua mau kemana?” tanya Sonya saat setelah bel istirahat berbunyi melihat Ami dan Tania ingin pergi.
“Mau ke sebelah.” tutur Ami.
“Mau ngapain?” ujar Olive.
“Kalau mau tahu, ikut, kalau nggak, ya nggak apa.” balas Tania.
Sonya dan Olive menjadi bingung dengan Ami dan Tania, semenjak kembali dari ruang klub SK, pemikiran mereka seperti terhubung. Sonya tak sengaja melihat Rin berbisik sesuatu ke Fifi, lalu berdiri dan meninggalkan kelas diikuti Fifi dan juga Karin yang berada didekatnya mereka. Sonya ingin memanggilnya dan bertanya ke Karin, dia mau kemana, tapi...
“Gimana, mau ikut apa nggak ni?” tutur Ami.
“Iya, iya, aku ikut, tapi tunggu sebentar.” ujar Sonya langsung berlari ke luar memperhatikan Karin.
Sonya melihat Karin berjalan didekat Rin dan Fifi dibelakang mereka, Karin yang dia kenal seakan-akan telah pergi menjauh dari mereka.
“Ada apa Son?” tutur Olive yang mendekati Sonya dengan Ami dan Tania. “Apa sih yang kamu perhatiin, itu bukannya Karin dan Rin disebelahnya, kan, mau kemana mereka, dan mereka terlihat lebih-lebih dekat dari sebelumnya.” Olive benar-benar terkejut melihat pemandangan itu.
“Jadi, gimana dengan kalian berdua mau ikut nggak, kalau nggak, kami pergi sekarang.” tutur Ami tak menghiraukan perkataan Olive tadi.
“Ami, bukannya beberapa waktu lalu kamu sangat penasaran dengan siapa Rin itu, sekarang dia terlihat sangat akrab dengan Karin dan juga saat anak baru dan guru baru itu muncul juga, kamu seperti tak tertarik lagi ingin mengetahui lagi tentang Rin.” tutur Olive berdebat dengan Ami.
“Kalau kamu mau mengikuti mereka silakan, kami mau ke sebelah, oh ya, mungkin Ardi sengaja kecelakaan agar ingatannya bisa hilang karena kamu hina waktu itu.” tutur Tania yang kesal dengan sikap Olive, lalu berjalan ke kelas sebelah.
“Kamu gimana Sonya, mau ikut kami atau buntutin Rin dan Karin.” tanya Ami ke Sonya lalu menyusul Tania.
Sonya segera menyusul Ami dan Tania. Olive mengikuti mereka dari belakang dengan wajah kesal dan juga terpancar raut merasa bersalah setelah mendengar ucapan Tania tadi.
Sonya dan Olive mengikuti Ami dan Tania masuk ke kelas 2-1, Ami dan Tania langsung menghampiri Dinda yang masih berada di mejanya.
“Ada apa ini?” tanya Dinda saat Ami dan lainnya mendekat.
“Kami ingin bertanya sesuatu ke kamu.” ujar Tania.
“Bertanya, bertanya apa, apa yang ingin kalian ketahui?”
“Gimana kamu bisa kerja di kafe itu.” tutur Ami.
“Oh nanyain itu. Awalnya aku nanya sama cowok yang ada di kasir, apa anak SMA bisa kerja disana, lalu dia suruh aku untuk datang besoknya, awalnya aku tak tahu apa yang dia inginkan, ternyata aku langsung disuruh bekerja.” tutur Dinda.
“Selain kamu, siapa lagi yang direkrutnya?” tanya Tania.
“Hanya aku dan kak Ratih yang direkrutnya.” jawab Dinda.
“Hanya kalian berdua yang lainnya gimana?”
“Yang lainnya, mereka itu yang membantu membuka kafe itu dari awal.” tutur Dinda, “tunggu dulu, kenapa kalian seperti mengintrogasi ku?”
“Masa sih, kami kan, hanya bertanya.” tutur Tania.
Dinda merasa ada yang sangat diingin tahui oleh mereka, sehingga bertanya seperti itu ke dirinya. Olive dan Sonya hanya memperhatikan apa yang dibicarakan Ami dan Tania ke Dinda.
“Kalau soal pemilik kafe itu, kamu mau menceritakannya ke kami kan.” pinta Ami.
“Haa, bukanya waktu itu, aku sudah memberitahukan semuanya ke kalian.” ujar Dinda merasa kebingungan.
“Kalau Rin gimana?” tanya Ami.
“Maksudnya Rin apa?” tutur Dinda bingung.
“Kamu tahukan siapa Rin sebenarnya.” tutur Ami mulai menyudutkan Dinda.
“Maksudnya apa sih, Rin sebenarnya, aku nggak tahu apa-apa soal Rin yang kalian maksud.” tutur Dinda gelisah.
“Rin itu sebenarnya pemilik kafe itu kan?” tanya Tania.
“Bagaimana kalian tahu, ops ....” Dinda langsung menutup mulutnya saat setelah dia keceplosan. “Permisi aku mau segera ke perpus mau mengembalikan buku” Dinda segera meninggalkan mereka dengan memeluk buku di dadanya.
“Maksud kalian berdua tadi apa? Rin, pemilik kafe.” Olive mencoba meminta penjelasan dari perbincangan mereka tadi.
Ami dan Tania langsung menatap kearah Olive dengan raut wajah seperti berkata 'siapa kamu' setelah dia melihat tatapan temannya itu, Olive langsung diam dan tak banyak bicara lagi.
“Sonya malam ini kamu bermalam di asrama ya.” ujar Tania.
“Nanti aku bilang ke orang tuaku dulu.” jawab Sonya.
“Ah lapar, ke kantin yuk, Mi.” ajak Tania yang merasa lapar.
“Kalian berdua ikut juga nggak.” ajak Ami ke Sonya dan Olive, mereka berdua mengangguk, kemudian mereka pergi ke kantin.
Dinda telah sampai di perpus, dia segera mengembalikan buku yang telah dia pinjam, setelah itu dia bergegas pergi ke UKS ingin menemui Luna. Dinda berjalan ke UKS dengan wajah yang begitu cemas karena dia tak sengaja keceplosan tentang Rin walaupun itu tidak disengaja nya.
Dinda mengetuk pintu ruang UKS, setelah mengetuk pintu dia langsung masuk berharap orang yang ingin ditemuinya ada ditempatnya. Dilihatnya Luna tengah menikmati bekal makanannya, ya walaupun itu dibelinya di kantin.
Luna menghentikan makanannya, dinda ingin tahu siapa yang datang berkunjung ke ruangannya, dilihatnya Dinda yang datang mendekatinya dengan wajah yang pucat.
“Ya ampun, ada apa Dinda, kenapa wajah kamu pucat.” tutur Luna. “Ayo kamu lebih baik berbaring aja dulu.” Luna membawa Dinda ke kasur agar dia bisa beristirahat sejenak.
Luna memeriksa suhu tubuhnya Dinda, dilihatnya termometer dan suhu tubuhnya Dinda normal, dia tak demam sama sekali.
“Suhu tubuh kamu normal kok, kamu sudah makan, kan.” tanya Luna dan Dinda mengangguk, “lalu kenapa wajah kamu bisa pucat begini, ya sudah lebih baik kamu istirahat dulu, nanti ceritakan sama Ibu.” tuturnya.
Dinda mulai istirahat sedangkan Luna kembali ke mejanya dan melanjutkan makannya yang ter jeda tadi.
Dinda merasa kondisinya sudah mulai membaik, wajahnya pun sudah mulai memerah, Luna menyuruh agar Dinda untuk segera kembali ke kelasnya, namun Dinda belum mau kembali ke kelasnya.
Dinda menceritakan apa yang mengganjal pikirannya ke Luna, Luna mendengarkannya dengan penuh perhatian.
“Kalau mereka masih penasaran dan ingin mengetahui sesuatu dari kamu, kamu bilang aja yang sejujurnya yang kamu ketahui aja. Kalau soal Rin, nanti ibu aja yang memberitahukannya.” tutur Luna memberi penjelasan ke Dinda.
Dinda merasa sedikit tenang setelah bercerita ke Luna, dia kemudian kembali ke kelasnya.
Bel kembali berbunyi lagi, semua siswa-siswinya segera kembali lagi ke kelas mereka, dan guru-guru yang akan mengajar mulai berangkat ke kelas yang akan dimasukinya.
Mengumpulkan tugas rumah, memberi materi, mengajarkan soal, tanya-jawab, sebagian ada didalam ruang praktikum, melakukan berbagai materi percobaan terkait pelajaran mereka hari ini.
Beberapa jam telah berlalu, mereka telah sampai diakhir waktu pelajaran, dan menunggu bel pulang untuk berbunyi saja lagi. Dan beberapa menit kemudian bel pun berbunyi, mereka mulai mengemasi buku-buku mereka sementara guru mereka mengakhiri pelajarannya hari ini, seusai itu mereka berhamburan meninggalkan kelas mereka satu per satu.
Kehebohan terjadi didepan kelas Nirmala, murid dari kelasnya maupun dari kelas didekatnya semua mulai berbisik-bisik saat setelah mereka keluar dari kelas.
Sesuatu yang dicemaskan Rin akhirnya terjadi, yang lainnya kini berpikir apakah dia sedang ber cosplay atau kegiatan dari anak-anak drama, tapi kalau anak drama bukannya kegiatan klub belum ada yang dimulai, atau mungkin dia adalah pelayannya seseorang, ya mungkin begitulah apa yang dipikirkan oleh mereka setelah melihatnya.
“Dia adalah pelayan asli.” tutur salah seorang dari mereka, “sebagian dari kita mungkin memang anak dari orang kaya, tapi hanya memiliki seseorang atau beberapa sebagai asisten rumah tangga yang biasanya memakai pakaian sehari-harinya bukan seperti dia.” lanjutnya dengan serius.
“Berarti yang ditunggunya itu anak orang yang sangat jauh diatas statusnya dong.” tanggap yang lainnya.
“Bisa dibilang begitu.” balasnya.
Mereka penasaran siapa dari anak kelas 1-4 yang sedang ditunggu olehnya termasuk anak kelas 1-4 yang sudah ada diluar, jika dilihat dia menunggu di depan kelas 1-4.
Nirmala yang sudah selesai mengemas bukunya ke dalam tas, dia mencoba untuk mencari tahu apa yang terjadi didepan kelasnya. Dia menyandang tasnya dan berjalan mendekat bersama dengan Aini.
“Apa, seorang Maid.” tutur Aini. “Nir, apa ini yang dimaksud kak Rin tadi.”
“Mungkin.” jawab Nirmala ragu.
Mereka melangkah lebih dekat lagi, sampai sesaat sebelum Nirmala dan Aini cukup dekat dengannya, dia segera menghampiri Nirmala saat dia melihatnya.
“Nona ....” tuturnya ketika berada di depan Nirmala lalu ke belakang Nirmala mencoba untuk melepaskan tas Nirmala agar dia yang membawa tas itu.
“Apa anak pindahan itu yang ditunggunya.” bisik mereka saat Nirmala dihampiri Maid itu.
Nirmala mencoba untuk bersikap tenang seperti apa yang dianjurkan Rin tadi, dilepaskan tasnya dan dibiarkannya tas itu untuk dibawa oleh Maid itu. Setelah itu Maid itu mengajak Nirmala segera pergi.
Hal serupa terjadi juga didepan kelas Rin. Kehebohan yang dibuat oleh mereka itu saat keluar dari kelas mereka ketika melihat seseorang menggunakan pakaian Maid berjalan melewati mereka dan berhenti didepan kelas Rin dan Karin.
Yang masih berada dikelas segera keluar untuk mengetahui keributan apa yang terjadi di luar. Begitu pun dengan yang dikelas Rin mulai heboh dengan bisikan-bisikan mereka saat Maid itu masuk kedalam kelas 2-2, dan berhenti diantara Rin dan Karin duduk.
“Nona, Tuan Muda.” tuturnya sambil memberi hormat ke Karin dan Rin.
Hal itu mulai membuat seisi kelas berdebat antara bingung dan penasaran, tak beda halnya dengan sahabat dekatnya Karin, yaitu Olive, Tania, Sonya dan Ami.
Bunyi suara nada dering berasal dari ponselnya Fifi. Dia segera mengangkat panggilan itu dan setelah itu diberikannya ke Rin atas instruksi dari orang yang menelpon itu. Rin segera menerima panggilan itu dan berbicara dengan orang itu, namun Rin tak berkata apa-apa selain menampakkan ekspresi wajah yang serius, setelah itu Rin mengembalikan ponsel itu ke Fifi.
“Siapa ....” tanya Karin setelah Rin selesai menerima panggilan itu.
“Nini.” jawab Rin singkat sambil menatap kearah Maid itu.
“Ayo kita pergi, Tuan Muda, Nona.” tutur Maid itu sambil dia memegangi tasnya Rin dan mengisyaratkan ke Fifi agar dia membawa tasnya Karin.
“Apa yang dikatakan Nini?” tanya Karin yang penasaran karena Rin yang membuat wajah serius.
“Nanti dijelaskan, sekarang kita ikuti dia.” tutur Rin.
Rin dan Karin mengikuti Maid itu dan Fifi mengikutinya dari belakang, mereka tak menghiraukan apa yang dibicarakan oleh yang lainnya saat mereka berjalan pergi.
Olive berencana ingin menyusul Karin, namun saat dia baru mau bergerak, tubuhnya langsung ditahan oleh Ami dan Tania.
Dinda yang sudah berada diluar kelas tak menghiraukan apa yang terjadi didepan kelasnya, dia ingin segera pergi ke tempat kerjanya secepat mungkin. Namun saat dia dibawah dan melewati koridor anak kelas satu, hal yang sama terjadi seperti didekat kelasnya.
Dinda mencoba untuk melewati kerumunan orang-orang itu, hingga dia sampai diluar, dihalaman sekolah, dilihatnya didepannya ada Nirmala yang diikuti seorang Maid menuju sebuah mobil yang terparkir didepan gerbang sekolah.
Ami dan yang lainnya melihat keluar sekolah melalui jendela di lantai dua, diperhatikannya dihalaman sekolah terlihat Nirmala bersama seorang Maid juga lalu memasuki sebuah mobil yang terparkir didepan gerbang, setelah itu Rin dan Karin berjalan juga menuju mobil itu.
Dinda yang tadi berhenti saat melihat Nirmala menaiki mobil bersama dengan seorang Maid, betapa terkejutnya dia saat Rin dan Karin melewati dirinya bersama dengan Maid dan seorang siswi yang tak dikenalnya.
Dinda ingin memanggil Rin, namun dia menghentikan niatnya karena sepertinya Rin tak mengetahui kalau dirinya ada disana, dan juga mereka berjalan dengan cepat.
Dinda segera menuju ke kafe setelah mobil yang dinaiki Rin pergi, begitu juga dengan yang lainnya mulai berjalan lagi.
“Lah ini bukannya mobil yang disekolah.” tutur Dinda saat dia melihat mobil itu terparkir didepan garasi rumah Rin, Dinda segera masuk ke rumah untuk mengganti seragamnya ke pakaian kafe.
“Rin.” ujar Dinda saat dia melihat Rin.
“Segera ganti pakaianmu dan bantu yang lainnya.” ujar Rin sambil meninggalkan Dinda dan menuju ke kafe.
“Siap Lead.” teriak Dinda yang sudah menjadi kebiasaannya kini.
Dinda segera menuju ke kamar belakang untuk mengganti pakaiannya. Dengan cepat dia telah mengganti pakaiannya ke seragam kafe, Dinda segera menuju ke kafe.
“Oh iya, Rin tadi ngak pakai seragam kafe, apa dia ada kepentingan lainnya lagi.” Dinda berbicara sendiri sambil berjalan ke luar menuju kafe.
“Eh, maaf ....” tutur Dinda saat dia menabrak seseorang karena dia berjalan tak memperhatikan sekeliling.
“Saya juga minta maaf, kamu nggak apa-apa, kan." tutur orang yang bertabrakan sama Dinda, sambil mengulurkan tangannya membantu Dinda berdiri.
Dinda menyambut uluran tangan itu lalu berdiri.
“Iya, saya baik-baik saja kok.” jawab Dinda, dia menatap kearah orang yang bertabrakan dengannya untuk mengetahui siapa dia. “Eh ....” Dinda terkejut melihatnya, “kamu bukannya yang bersama Rin dan Karin waktu disekolah, tapi aku baru lihat kamu deh, lalu kenapa kamu ada disini dan pakaianmu itu.” tutur Dinda kebingungan.
“Soalnya, aku baru pindah sekolah hari ini” tuturnya, “oh iya, perkenalkan saya Firia Argyle.” Fifi mengulurkan tangannya, “saya Maid nya tuan Rin.”
“Firia ya, Dinda, kamu pelayannya Rin?”
“Panggil Fifi saja, iya saya pelayan pribadinya.”
“Fifi, ada apa.” tanya suara seorang perempuan yang berjalan mendekati mereka. Dinda dan Fifi memalingkan wajahnya kearah suara itu datang, bertanya ke Fifi.
“Karin!” tutur Dinda terkejut melihat perempuan itu ternyata karin, “dan kamu juga Nirmala, kenapa kalian ada disini, dan kalian dari atas, kan.” Dinda merasa bingung dengan kehadiran Karin dan Nirmala.
“Maaf, tidak ada apa-apa, Nyonya.” ujar Fifi membungkuk kearah Karin dan Nirmala.
Dinda tahu kalau kehidupan Rin itu penuh dengan misteri, masih terlalu banyak yang tidak diketahui tentang Rin, begitu juga dengan Nirmala, baru satu bulan dia mengenal Nirmala, itu juga tidak secara keseluruhan dia mengenal Nirmala yang menjadi teman sekamarnya di asrama. Tapi Karin, Dinda mengenalnya sejak di SMP, dia mulai akrab dengan Karin saat mereka berada di kelas 8, walaupun dia belum pernah bertemu dengan Papa nya, namun dia sering bermain dirumahnya Karin dan bertemu dengan Mamanya.
Karin yang dikenalnya itu sangatlah baik dan dia sangatlah jujur dengan perasaannya sendiri, dia akan mengutarakan apa yang dirasakan oleh Karin. Dia selalu terbuka dengan pemikirannya, walaupun sejak naik kelas 11, mereka tidak pernah lagi selalu bersama, namun terlalu banyak yang berubah dari Karin. Dinda senang kalau Karin sudah berpikiran dewasa, namun yang dia rasakan, Karin seperti orang yang berbeda.
Dinda yang merasa bingung dengan Karin dan Nirmala yang ada dirumahnya Rin, sekarang dia dibuat terkejut dengan perkataan Fifi yang terakhir tadi. Fifi tidak mungkin memanggil nyonya ke dua wanita yang berada dibelakang Karin dan Nirmala, karena mereka juga berpakaian seperti Fifi, pasti yang dimaksudnya itu Karin atau Nirmala.
“Kalian sudah siap.” ujar Rin ke mereka yang memang sudah mengganti pakaiannya, “kalau begitu bisa pergi sekarang.” Rin memberi isyarat ke lainnya
“Baik, Tuan Muda.” jawab salah satu dari mereka, yang kemudian berjalan duluan ke mobil lalu disusul dengan yang lainnya.
“Oh ya Dinda, kamu segera ke kafe.” ujar Rin ke Dinda lalu dia pergi menyusul yang lainnya.
Dinda bermaksud ingin bertanya tentang apa yang diucapkan Fifi, namun mereka sudah pergi sebelum dia sempat bertanya, dan juga pertanyaan dia tadi tidak dijawab oleh Karin ataupun Nirmala. Dinda menutup pintunya dan segera ke kafe.
“Dinda kenapa kamu lama, perasaan aku tadi kamu sudah lama datangnya.” tanya Nana saat Dinda masuk ke kafe.
“Maaf, tadi aku ada suatu masalah didalam rumah.” tuturnya.
Dinda segera pergi menyambut pengunjung saat pintu kafe terbuka, dia mengantar pengunjung itu kemeja yang kosong.
“Sudah tahu mau pesan apa?” tutur Dinda bertanya ke pelanggan itu lalu dia mencatat pesanan itu dan memberitahukan kebagian dapur dan juga barista untuk membuat minumannya.
°
°