NovelToon NovelToon
Geheugenopname : Memori

Geheugenopname : Memori

Status: tamat
Genre:Tamat / Cintapertama / Teen Angst / Teen School/College / Kehidupan di Sekolah/Kampus
Popularitas:6k
Nilai: 5
Nama Author: BellaBiyah

"3 tahun! Aku janji 3 tahun! Aku balik lagi ke sini! Kamu mau kan nunggu aku?" Dia yang pergi di semester pertama SMP.

***

Hari ini adalah tahun ke 3 yang Dani janjikan. Bodohnya aku, malah masih tetap menunggu.

"Dani sekolah di SMK UNIVERSAL."

3 tahun yang Dani janjikan, tidak ditepatinya. Dia memintaku untuk menunggu lagi hingga 8 tahun lamanya. Namun, saat pertemuan itu terjadi.

"Geheugenopname."

"Bahasa apa? Aku ga ngerti," tanyaku.

"Bahasa Belanda." Dia pergi setelah mengucapkan dua kata tersebut.

"Artinya apa?!" tanyaku lagi.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon BellaBiyah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

21

"Arlita?!" pekik Arzio begitu melihatku. "Kok ga bilang mau ke sini?"

"Ini siapa?" tunjuk wanita itu padaku.

Sakit. Dadaku mendadak sakit. Aku tidak cemburu. Hanya saja ... entahlah, aku tak bisa menjelaskannya.

"Lo siapa?" tanya wanita itu lagi.

Aku tak bisa berkata-kata. Dadaku sakit sekali.

"Kok di dalem kosan lo, Ar?" tanya wanita itu.

Bahkan untuk bernapas saja aku kesulitan. Kutatap lekat wajah Arzio. Dia tidak mencoba untuk menjelaskan apapun. Kucoba untuk mengontrol diri. Ada perasaan yang sangat tidak nyaman di dadaku. Tapi aku tidak tahu perasaan apakah itu.

"Pacar lo, Ar?" tebak wanita itu.

Tiba-tiba Arzio memelukku dengan erat membuat tangisanku pecah saat itu juga. Aku benci diriku yang cengeng seperti ini. Kenapa sulit sekali menahan air mata. Entah apa yang aku tangisi. Tapi aku hanya ingin menangis untuk saat ini.

Arzio membawaku dalam peluknya untuk masuk ke kosan. Dia juga menutup pintu kamarnya.

"Kenapa? Kok ga bilang mau ke sini? Kan gue bisa jemput!" omelnya namun aku terus menangis. Dadaku rasanya sakit sekali.

***

Selesai aku menangis. Arzio mandi. Aku hanya termenung duduk di atas kasur. Di ruangan sempit ini. Aku merasa sakit yang amat-amat tidak bisa aku jelaskan.

Aku berbaring miring menghadap tembok. Tanpa perintah, air mataku mengalir lagi. Bahkan untuk memejamkan mata saja, aku harus melibatkan air mata.

"Sayang," panggil Arzio.

Dengan cepat aku menarik selimut untuk menutupi seluruh tubuh.

Dia menghempas tubuh di kasur dan membuatku bergejolak. Sialnya, aku malah pilek. Arzio sangat peka. Dia tau aku menangis.

"Arlita," panggilnya membuka selimut yang menutupi wajahku. "Kenapa? Ada yang gangguin?" tanyanya.

Aku menggeleng sambil terus menangis. Rasanya sakit di dadaku tak bisa mereda. Entah apa yang salah.

Arzio menempelkan dagunya di pundakku. "Kalo ada masalah cerita aja. Kenapa?"

Aku terus menghapus air mata beserta pilek yang sudah membuat sebelah lobang hidungku menjadi buntu.

"Ada masalah di rumah?" tebaknya.

Aku tak memberikan jawaban.

"Masalah sama Rina? Sama Xia? Sama ibu? Sama bapak? Apa digangguin orang?" tebaknya terus menerus.

"Aduh, calon istri Pak Dokter, kok nangis gini? Jadi bingung Pak Dokternya." Dia mencoba untuk menggoda. Tapi itu tidak meredakan rasa sakit di dada ini.

"Sayang," panggilnya. Kali ini suara Arzio melemah. Dia memeluk dan tangisanku semakin meluah. "Ya udah, nangis aja dulu sampe puas," ucapnya.

Setelah aku selesai menangis. Rasa sesak itu benar-benar menetap di dadaku. Entah dia bersarang, entah apa. Rasanya sakit sekali. Tapi aku sudah lelah menangis.

"Mau pulang," ucapku membuat Arzio melepaskan pelukannya.

"Besok aja. Aku udah chat ibu sama nenek. Ntar malem aku nginep di kamar Dimas. Kamar sebelah. Kamu bisa tidur di sini," balasnya.

"Ga mau, mau pulang aja."

"Ada masalah apa sih? Marah sama aku?" tanyanya.

"Ga, cuma mau pulang aja!" tegasku.

"Nginep aja. Besok pagi pulang. Aku yang anterin! Jangan ke sini sendirian. Bilang ke aku kalo mau ke sini, biar aku bisa jemput. Kalo kamu kenapa-kenapa di jalan, gimana?"

"Mau pulang. Biar lo bisa berduaan sama cewek tadi kalo ga ada gue," ucapku mengusap wajah yang sudah kucel bin kumal bin dekil.

Seketika itu Arzio tertawa.

Aku mengubah posisi menjadi duduk dan hendak meninggalkan kasur. Namun Arzio menahan.

"Sini denger dulu!" ucapnya.

"Minggir!" teriakku.

"Denger dulu, Sayang! Jadi ini ceritanya nangis ngeliat cewek tadi?" tanyanya sambil tertawa.

"Ga!" tegasku.

"Itu Pipit, istrinya Mas Andri. Ngekos di depan itu! Baru nikah, motor suaminya mogok di jalan. Ga sengaja ketemu tadi. Jadi Mas Andri minta anterin istrinya ke kosan," jelasnya.

"Ya kan mumpung ga ada suaminya. Bisa berduaan," balasku.

"Jahat banget. Lagian mumpung Sayangnya Arzio ada di sini. Ngapain sama istri orang, he he!" godanya.

"Ga! Gue mau balik!" tegasku.

"Sini peluk dulu!" Dia merentangkan tangannya di depanku.

Aku hendak beranjak, namun Arzio menarikku untuk berhambur ke pelukannya lagi.

"Kangennyaaaaaaaaaa!" ucap pria itu memelukku dengan gemas.

Akhirnya pelukan kali ini bisa meredakan rasa sakit itu.

***

Malam ini Arzio menginap di kosan sebelah yang penghuninya adalah teman kuliah Arzio sesama laki-laki. Aku tidur di kamar ini. Aku juga melihat buku-buku milik Arzio di atas meja. Terdapat laptop yang terselip di dalam rak buku. Sepertinya laptop itu sudah tidak digunakan lagi. Soalnya, aku lihat ada laptop yang lebih bagus di dalam tas Arzio.

Kuambil laptop usang itu dan menyalakannya. Padahal laptop ini masih berfungsi, tapi entahlah apa alasan Arzio mengganti laptopnya.

Betapa terkejutnya aku saat laptop itu kubuka, wallpapernya menayangkan fotoku yang sedang menangis di UKS sekolah. Aku ingat kejadiannya. Itu saat-saat kaki Rina terluka akibat jatuh di lapangan pada jam olahraga.

Aku tidak menyadari Arzio memotret wajahku yang sejelek ini.

Aku juga melihat folder berjudul "Arzio Fabelino"

Apa isinya?

Kukira isinya adalah foto-foto atau video-video tentangnya yang dia kumpulkan dalam satu folder.

Aku salah. Folder itu berisi banyak sekali file .word kubuka secara acak.

[07 Agustus 2010

Orang aneh itu datang lagi. Dia terus memaksaku untuk memanggilnya Mama. Tapi aku tidak ingin. Dia tidak pernah merawatku. Lalu kenapa aku harus memanggilnya Mama?]

Setelah membaca sepenggal file tersebut, aku terdiam. File ini berisi semua curahan hati Arzio.

Tentu saja! Tidak mungkin dia tidak bercerita seperti yang nenek katakan. Setidaknya, dia butuh satu tempat untuk meluapkan semua yang ia rasakan.

Rupanya laptop ini yang dia gunakan untuk berkeluh kesah.

Kembali kubuka file terbaru. Yakni kemarin.

[23 April 202*

Kampus hari ini biasa saja. Aku mulai bosan belajar. Apa seharusnya aku berhenti?]

Bosan? Ternyata Arzio juga merasakan bosan yang aku rasakan.

"Hayo loh! Lagi ngapain?" Suara itu mengejutkanku.

Arzio membuka pintu kamar. Aku menunjukkan laptop usang itu sedang menayangkan file word diary miliknya.

"Eh! Jangan dibuka file yang itu!" pekiknya berusaha merampas laptop itu dari tanganku. Aku tak membiarkannya.

"Gue mau baca!" tegasku.

"Ga boleh! Itu rahasia!"

"Mau baca!" bentakku.

"Oke! Boleh baca! Dengan syarat!" ucap Arzio membuat laptop itu terlepas dari genggamanku.

"Apa? Jangan yang sulit sulit! Jangan yang sayang sayang!"

"Merem!" ucapnya.

"Merem? Merem doang?" tanyaku.

"Iya, merem."

Aku menutup mata menuruti syarat yang ia berikan.

~Cup!

"Eug." Tanpa segaja aku mengeluarkan suara aneh.

Saat kubuka mata, Arzio berada tepat di depan wajahku. "Ini rahasia, Sayang," bisiknya.

1
aca
bodoh lita di kasih spek perhatian keluarga perfect malah milih dani yang keluarganya nya toxic
aca
lanjut baca
aca
masuk ke tubuh lain kah dani
Tara
reinkarnasi Dani kah😱🤔👏🫣
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!